Pemerintah Aceh terus berjuang untuk menyelamatkan naskah-naskah kuno sehingga tidak hilang karena kerusakan. Upaya itu dilakukan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA) dengan cara melakukan pendokumentasian naskah kuno dengan digitalisasi.
Bidang Deposit, Pengolahan dan Pelestarian Bahan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh kini tengah melaksankan kegiatan digitalisasi naskah kuno, dimana naskah kuno yang digitalisasi ini akan dipublikasikan melalui aplikasi I-PustakaAceh hingga dapat diakses masyarakat luas.
Kabid Deposit, Pengolahan dan Pelestarian Bahan Perpustakaan, Syahrul, SH mengatakan digitalisasi Naskah Kuno Aceh merupakan sebagai upaya pelestarian dari warisan leluhur yang berisikan kearifan lokal dan wajib untuk dilestarikan.
“Dalam jangka pendek Naskah Kuno yang terdapat di dinas perpustakaan sebanyak 132 Naskah akan dilakukan proses digitalisasi, sementara pada jangka menengah akan dilakukan kerjasama dengan Yayasan dan Lembaga serta masyarakat yang memiliki koleksi naskah Kuno untuk dapat dilakukan proses digitalisasi. Pada jangka panjang Database yang sudah di scan atau digitalisasi akan dapat diakses oleh masyarakat luas, baik Dalam Negeri maupun Luar Negeri melalui website Dinas perpustakaan dan kearsipan Aceh.” Ujarnya, Rabu (14/12/2022).
Syahrul, SH menambahkan undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, menjelaskan bahwa Naskah kuno berisi warisan budaya karya intelektual bangsa Indonesia yang sangat berharga dan hingga saat ini masih tersebar di masyarakat dan untuk melestarikannya perlu peran serta pemerintah.
Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Aceh, juga melakukan pelaksanaan penerimaan dan pengumpulan koleksi naskah kuno guna melestarikan hasil budaya bangsa. Naskah kuno Aceh merupakan warisan budaya masa lampau berbentuk naskah tulisan tangan yang berisi kearifan lokal dan dapat menjadi alternatif solusi bagi pemecahan permasalahan di masa kini. Naskah kuno sebagai bentuk peninggalan budaya baca tulis, dapat dijumpai hampir di setiap daerah di Indonesia yang disajikan dalam berbagai media, aksara, dan bahasa. Saat ini keberadaan naskah kuno tersebar di berbagai lokasi, baik yang dimiliki oleh perorangan maupun lembaga, didalam dan luar negeri.
Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Aceh menyimpan koleksi naskah kuno dan koleksi arsip penting terkait umur, keaslian, isi, hingga kelangkaannya. Naskah kuno Aceh koleksi Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Aceh berjumlah 131 naskah berupa buku-buku yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, agama, adat istiadat dan sejarah aceh pada masa dahulu yang ditulis dengan aksara arab.
Naskah Kuno atau Manuskrip adalah dokumen dalam bentuk apapun yang ditulis dengan tangan atau diketik yang belum dicetak atau dijadikan buku tercetak yang berumur 50 tahun lebih. Pelestarian Budaya merupakan upaya perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan warisan budaya Aceh. Naskah Kuno masih banyak tersebar dan tersimpan pada masyarakat, selain itu naskah kuno Aceh juga banyak terdapat di luar negeri bahkan sampai saat ini masi dicari oleh kolektor untuk diperjualbelikan, sudah semestinya warisan budaya yang berwujud naskah kuno harus dijaga, dirawat serta dipelihara baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik Naskah Kuno Aceh telah berusia ratusan tahun dan sudah lapuk dimakan usia, sehingga dimungkinkan akan rusak bahkan punah jika tidak dilakukan perawatan, pemeliharaan, dan penyimpanan secara baik dan benar. Perlindungan Naskah Kuno melalui Digitalisasi merupakan salah satu cara non fisik yang dianggap ampuh untuk menjaga kelestarian budaya bangsa, agar generasi yang akan datang dapat mengenal khsanah warisan leluhurnya.
Namun tidak semua buku-buku koleksi perpustakaan wilayah Aceh dapat diakses secara terbuka oleh pengunjung. Hal ini dikarenakan banyak material dari buku-buku koleksi tersebut dalam kondisi yang kurang baik karena dimakan usia. Banyak buku kuno yang terpaksa diisolasi penyimpannya, dimasukkan kedalam kotak plastik atau kayu dan dipisahkan dari buku yang masih baik karena dimakan kutu buku. Pengisolasian ini dilakukan untuk mencegah kutu buku menular ke buku yang kondisinya masih baik. Apabila hal tersebut dibiarkan dan tidak diikuti tindakan nyata untuk penyelamatan, maka hampir bisa dipastikan bahwa kerusakan dari naskah-naskah kuno yang penting akan terus terjadi. Lambat laun, peninggalan tak ternilai harganya yang merupakan karya asli Bangsa Indonesia khususnya Aceh tersebut akan punah dan tidak dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, khususnya Bidang Deposit, Pengolahan dan Pelestarian Bahan Perpustakaan, disamping melakukan penyelamatan naskah-naskah yang ada pada Dinas, juga mencari naskah-naskah kuno yang berada pada masyarakat, Lembaga/Organisasi yang megoleksi naskah untuk melakukan Kerjasama dalam rangka penyelamatan naskah sebagai pelestarian budaya dalam bentuk digitalisasi naskah agar menjadi koleksi tambahan khasanah perpustakaan guna dapat dibaca dan diakses oleh masyarakat luas, dan naskah aslinya tetap berada pada pemilik masing-masing.(Adv)
