
Banda Aceh, AcehHerald.com – Kapal perang Angkatan Laut AS berhasil membongkar usaha pengiriman misil canggih di Laut Arab bagian Utara yang dilakukan dengan sebuah kapal kecil pada Rabu kemarin.
Dari pemeriksaan, diduga senjata tersebut merupakan milik Iran yang dikirimkan untuk pemberontak Houthi di Yaman, demikian konfirmasi pejabat AS kepada koresponden keamanan nasional CBS News David Martin. Para pejabat juga mengatakan insiden ini merupakan upaya Iran untuk mempersenjatai pemberontak Houthi.
Informasi ini beredar ketika Menlu AS Mike Pompeo dan PM Israel Benjamin Netanyahu bertemu untuk membahas situasi terkini tentang Iran.
Dalam sebuah pernyataan, Komodor Sean Robertson, juru bicara Pentagon menyebutkan bahwa hasil penyeledikan lanjutan, mereka telah menemukan bagian-bagian utama dan sejumlah komponen rudal canggih, “Investigasi awal menunjukkan bahwa komponen-komponen rudal canggih ini berasal dari Iran.”
Mengutip dari AP, Kapal USS Forrest Sherman yang melakukan penangkapan, awalnya mencurigai sebuah perahu kayu kecil yang tidak memajang bendera negara. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan oleh Angkatan Laut yang naik ke atas kapal tersebut, mereka menemukan senjata. Para pejabat tidak memberikan jumlah tepat tentang rudal atau jenis rudal, namun mereka mengatakan sedang menuju Yaman.
AS telah berulang kali menuduh Iran terlibat dalam dukungan senjata ilegal kepada pemberontak Houthi di Yaman. Sebelumnya, mereka telah pernah menemukan senjata yang berafliasi ke iran, namun kurang canggih secara teknologi.
“Namun, kali ini bagian rudal yang ditemukan telah jauh lebih janggih dengan memiliki sistem pemandu misli, “ ungkap pejabat tersebut.
14 Ribu Tentara AS Siaga
Sejak pertengahan tahun 2019, Pentagon telah meningkatkan pasukanya wilayah tersebut. Diperkirakan mereka telah mengirimkan sekitar 14.000 tentara yang didalamnya termasuk kapal, pesawat terbang dan aset lainnya.
Mereka menilai kondisi Yaman yang sedang dalam situasi perang sipil adalah ancaman karena adanya keterlibatan Iran disana. Karena hal tersebut, AS berencana akan menambah beberapa ribu lagi pasukan dan sistem senjata.
Namun hal tersebut telah dibantah oleh Sekretaris Pers Pentagon Alyssa Farah, Rabu (5/12/2019). Ia mengatakan bahwa laporan Wall Street Journal tentang pertimbangan untuk mengirimkan sebanyak 14.000 pasukan lagi ke Timur Tengah sebagai upaya untuk menekan agresi Iran. Namun ia juga tidak membantah tentang kemungkinan penambahan dengan wilayah penyebaran pasukan nantinya.
This reporting by the @WSJ is wrong. The U.S. is not sending 14,000 troops to the Middle East to confront Iran. https://t.co/zxswP6sf3B
— Alyssa Farah (@PentagonPresSec) December 5, 2019
Setiap penambahan atau peningkatan kehadiran pasukan Amerika di Timur Tengah akan menajdi sorotan dari anggota parlemen, mengingat salah satu kampanye Donald Trump adalah keluar dari “situasi perang tanpa akhir” di wilayah semenanjung Arab.
Farah sendiri dalam tweeternya menandai Senator Republik Josh Hawley dari Missouri, yang men-tweet keinginannya untuk menanyai para pemimpin militer Amerika mengenai rencana untuk penempatan baru, terkait pemberitaan di Wall Street Journal.
“Setelah mengirimkan 14.000 tahun ini saja,” kata Hawley, “apakah Pentagon bersiap untuk perang darat?” (CNBC)
Editor: Salim