
BLANGPIDIE I ACEH HERALD
TERNAK kerbau dan sapi yang disembelih pada hari meugang Idul Fitri 1443 H/2022 M di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), jumlahnya berkurang dibandingkan hari meugang Ramadhan.
Meugang Idul Fitri yang dilaksanakan, Minggu (1/5/2022), terdata sebanyak 95 ekor kerbau dan sapi yang dipotong para pedagang lokasi terpisah.
Jumlah ini menurun 40 ekor dibanding jumlah ternak yang disembelih pada hari Meugang menyambut Ramadhan sebanyak 135 ekor.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpan) Abdya melalui Kabid Perternakan, drh Laili Suhairi kepada Aceh Herald membenarkan hal itu.
Sebanyak 95 ternak yang disembelih pedagang untuk memenuhi permintaan kebutahan daging meugang Idul Fitri kali ini, menurut Laili tersebar di sembilan kecamatan.
Sebanyak 95 ekor ternak yang dipotong itu berdasarkan data jumlah pedagang yang mengambil KIR hewan untuk disembelih.
Terdiri dari, 70 ekor ternak kerbau dan 25 ekor ternak sapi yang disembelih di seluruh kecamatan dalam wilayah Kabupaten Abdya. Dengan rinciannya, Kecamatan Babahrot 25, terdiri dari 18 kerbau dan 7 sapi. Kuala Batee 6, terdiri dari 4 kerbau dan 2 sapi. Jeumpa 4, masing-masing 3 kerbau dan 1 sapi. Susoh 4, terdiri dari 2 kerbau dan 2 sapi. Blangpidie 15, terdiri dari 12 kerbau dan 3 sapi. Setia 2 kerbau tanpa sapi, Tangan-Tangan 7, terdiri dari 5 kerbau dan 2 sapi. Manggeng 23, terdiri dari 17 kerbau dan 6 sapi serta Kecamatan Lembah Sabil 9, masing-masing 7 kerbau dan 2 sapi.
Dari jumlah 95 ekor hewan ternak yang disembelih, menurut Laili, berhasil dikumpul retribusi pemotongan ternak dan pemeriksaan kesehatan ternak sebesar Rp 11 juta lebih.
Setiap hewan ternak yang mengambil KIR itu juga dilakukan pemeriksaan kesehatan sehingga layak untuk disembelih.
Retribusi ini selanjutnya menjadi salah satu sumber pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Abdya tahun 2022.
Begitupun, pengakuan salah seorang petugas Distanpan Abdya yang memungut retribusi bahwa ada sejumlah pedagang yang tidak bersedia atau menolak membayar retrebusi dengan alasan tidak jelas. “Ada pedagang yang bersitegang dengan kita di lokasi penyembelihan sehingga retribusi tak berhasil dipungut,” kata petugas tersebut
Padahal, setiap ternak yang dipungut retribusi, petugas menyerahkan tanda bukti lunas retribusi.
Selain itu, ada sejumlah ternak yang disembelih tidak terdata dikarenakan pemotongan terpencar-pencar sampai pelosok desa sehingga lolos dari pungutan retribusi.
Sebagai catatan, berdasarkan keputusan Bupati Abdya ditetap hari meugang menyambut Idul Fitri dilaksanakan, Minggu (1/5/2022).
Meugang merupakan tradisi yang sudah mengakar menyambut bulan Ramadhan dan Idul Fitri di Abdya khususnya dan Aceh umumnya.
Hari meugang ditandai kegiatan penyembelihan hewan ternak dalam jumlah besar oleh para pedagang.
Selama dua tahun terakhir atau selama pandemi Covid-19, kegiatan penyembelihan ternak tidak ditetapkan di lokasi titik tertentu, misalnya, di bantaran sungai (krueng) Beukah, Blangpidie yang sangat terkenal itu. Melainkan disarankan ternak disembelih di tempat-tempat bersih dan aman.
Pantauan Aceh Herald, pedagang menyembelih ternak kerbau dan sapi di lokasi tertentu secara terpencar sampai kecamatan-kecamatan, lalu daging ternak dipasarkan di lokasi pinggir jalan raya yang diangkut dengan mobil pikap dan becak barang.
Lokasi pemasaran daging ternak kebutuhan meugang yang sangat padat di Kecamatan Blangpidie, terjadi di pinggir Jalan Manyang, kawasan Dusun 4 Gampong Keude Siblah dan Gampong Meudang Ara atau sepanjang jalan antara Simpang Jalan Lukman hingga jembatan rangka baja Krueng Beukah.
Sejak Minggu pagi, masyarakat beramai-ramai menuju lokasi membeli daging untuk dimasak memenuhi menu makanan utama hari meugang Idul Fitri. Sanking ramai warga tumpah di lokasi, sampai-sampai arus lalu lintas macet, terutama lintasan Jalan Manyang. Personil Polantas dari Polres Abdya tampak sibuk mengatur arus lalu lintas di lokasi.
Lokasi lain juga tampak dipadati warga antara lain sepanjang Jalan Persada dan Jalan Iskandar Muda (Simpang Puskesmas Geulumpang Payong) Blangpidie arah Tapaktuan, Aceh Selatan, dan sepanjang Jalan BB Djalal, terutana kawasan Gampong Pantai Perak, Kecamatan Susoh.
Pusat pemasaran daging meugang juga terlihat beberapa titik sepanjang jalan raya di kecamatan-kecamatan sejak Bababrot sampai Lembah Sabil.

Harga Sempat Melonjak Rp 220 Ribu Per Kilo
Harga daging kerbau dan sapi yang ditawarkan pedagang pada meugang Idul Fitri melambung hingga sempat menembus Rp 220 ribu per kilogram (kg). “Harga daging meugang Idul Fitri tahun ini berkisar antara Rp 200 ribu sampai Rp 220 per kg baik daging kerbau maupun sapi,” kata Buyong, salah seorang warga Blangpidie.
Farid, warga Babahrot juga mengakui harga daging sempat menyentuh Rp 220 per kilo, kemymudian turun lagi menjadi Rp 200 ribu per kilogram. Melonjaknya harga daging dikarenakan selain harga ternak kerbau dan sapi hidup tinggi melambung, juga dikarenakan jumlah yang disembelih berkurang dibandingkan pada hari meugang Ramadhan.
Meroket daging meugang juga dilaporkan terjadi Kecamatan Babahrot, Kuala Batee, Tangan-Tangan dan Manggeng.
Meski harga tinggi melambung, sepertinya nyali masyarat tidak surut. Mereka tetap membeli daging kerbau atau sapi, walau hanya satu kilogram.
Hal ini dikarenakan menyantap daging dalam jumlah tidak biasa pada hari meugang sudah menjadi tradisi. “Umumnya warga sudah melakukan persiapan membeli daging sejak beberapa hari jelang meugang. Bagaimana cara mereka tetap membawa pulang daging meski hanya sekilo pada hari meugang.
Bahkan warga yang tergolong agak mampu persediaan daging beragam. Selain daging kerbau atau sapi juga daging ayam atau itik dan ikan segar dimasak pada hari meugang.
Menu yang dominan masakan dari bahan daging, di sebagian rumah warga juga tersedia makanan leumang, tape, ketupat, dan lain-lain.
Penulis: Zainun Yusuf