RAKYAT adalah raja. Rakyat adalah penguasa! Itulah deklarasi tanpa suara yang dilontarkan melalui bathin 496 orang warga Jurong Cot Klah Gampong Paya Seunara Kecamatan Sukamakmue Kota Sabang. Saat di lokasi itu tepatnya di TPS 02, dilakukan Pemungutan Suara Ulang (PSU), Sabtu (05/04/2025) kemarin.
Diakui atau tidak, jauh sebelumnya, tiga abad sebelum Tahun Masehi, Bapak Filsuf Politik Dunia Arristoteles telah menyatakan hal tersebut. Termasuk road to throne atau jalan menuju tahta (kekuasaan). Semuanya dapat mencalonkan diri, tanpa melalui agen atau makelar lembaga seperti partai politik.
Muncul dari jalur ‘non makelar’ alias non partai atau perseorangan (independen), yang memang fasilitasnya telah disediakan oleh negara, Zulkifli H Adam/Suradji Junus, mengasah nyali untuk masuk dalam kontestasi politik Walikota/Wakil Walikota Sabang periode 2025-2030. Bila pasangan lain memiliki induk semang politik—Paslon 01 Hendra SH/drg H Marwan (PKS, Nasdem), Paslon 03 Ferdiansyah/Muhammad Isa (Partai Aceh, Demokrat dan Golkar), Paslon 02 Zulkifli H Adam/Suradji Junus, induk semangnya adalah rakyat. Yaa….berserah diri kepada pemilik demokrasi yang hakiki.
Zulkifli yang sempat dicibir saat berniat masuk altar kontestasi itu beranggapan, rakyat adalah the real king dalam dunia politik sebenarnya. Bukankah salah satu filsuf terbesar sepanjang sejarah, Plato (427 SM – 347 SM) di Athena mengatakan, dalam kondisi sosial politik yang demokratis, tradisi intelektualitas semakin mendapatkan tempatnya, karena dalam demokrasi dikenal istilah isonomia dan isogoria, yakni suatu prinsip kebebasan berpendapat maupun persamaan di depan hukum.
Rakyat memang makin sadar dalam menyalurkan aspirasi politiknya, kecuali mereka dibungkam dengan ‘upeti’ atau diadang saat hendak ke TPS. Era digital saat ini membuat rakyat makin tahu jika merekalah yang berkuasa dalam mengantarkan sosok kandidat menuju throne.

Lihatlah, betapa banyak tokoh turun gunung ke Jurong Cot Klah saat PSU di TPS 02, kemarin. Ada ketua patai, ada politisi dari Senayan. Sepertinya mereka turun untuk memberi support kepada kandidat dari partai masing-masing. Rata -rata mereka bermalam di Sabang untuk konsolidasi internal pra PSU.
Semua boleh turun gunung, satu yang tak boleh dilupakan, yang memilih adalah 540—belakangan 496– warga Cotklah yang datang ke TPS. Artinya apa, merekalah pemilik kekuasaan yang sebenarnya lewat one men one vote. Bapak bapak yang turun gunung hanya bisa ‘tengok tengok’ saja.
Memang ada sinyal ala rakyat, tentang pilihan mereka kepada pihak pihak yang telah menghubungi sebelum proses PSU. Misalnya dengan menyelipkan origami, potongan kertas HVS di kertas suara mereka. Kita piker itu hal wajar, bukti sebuah ‘kesetian’ dan lupakan soal politik transaksional.
Buktinya Zulkifli/Suradji (ZURA) unggul telak 307 suara. Sementara Ferdiansyah/Muhammad Isa (FISA) 188 suara dan Hendra/Marwan hanya ketiban 1 suara.
Bukankah seorang filsuf politik Inggris di abad pertengahan, John Locke (1632-1704) yang juga diklaim sebagai Bapak Liberalisme telah mewanti-wanti, demokrasi harus menjamin hak dan kebebasan individu sebagai prinsip utama. Dan warga Jurong Cot Klah di Sabang, sedikit banyak mulai menyadari itu.
Memang selama ini, terlalu banyak pekik protes terhadap system demokrasi yang rakyat hanya menjadi ‘pecundang’, seperti yang dilengkingkan lewat tembang hits, ‘Democracy’ yang menyuarakan tentang kegagalan dan janji demokrasi di negara yang mengaku paling demokratis, Amerika Serikat. Lagu yang dirilis tahun 1992 lewat album The Future, dilengkingkan rocker Leonar Cohen.
Ingat, makna demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, baik secara langsung maupun melalui perwakilan yang mereka pilih, dengan prinsip kebebasan, kesetaraan, dan keadilan. Zulkifli H Adam/Suradji Junus dengan rakyat yang menjadi induk semang politiknya, telah membuktikan ia mampu. Sebuah prestasi yang juga di ukir oleh Muharram Idris/Syukri A Jalil yang kini bertahta di Aceh Besar. Selamat untuk ZURA
*) Pemimpin Redaksi Acehherald.com