“Nak, ada tiga hal yang akan singgah di dalam hidup mu, rezeki, jodoh dan maut. Suka tak suka, ia akan mampir di dalam hidup mu. Jalani lah dengan ikhtiar dan tawaqal sembari berserah diri kepada Allah penguasa sekalian alam.”
Itulah sepenggal ucapan seorang Bustami Hamzah SE, menirukan wasiat sang ibu tercinta dan ia berkomitmen untuk memegang wasiat itu hingga ajal menjemputnya. Ia menceritakan kembali soal wasiat sang ibu, kepada beberapa Peminpin Redaksi (Pemred) media, yang tergabung dalam organisasi Forum Pemred Aceh, kala menemui pria itu di ruang kerjanya, Selasa (03/10/2023) siang.
Bagi Bustami, Sekda Aceh yang dilantik tanggal 8 September 2022 menggantikan Taqwallah itu, wasiat sang ibu adalah satu hal yang sangat berarti, termasuk memberi motivasi sepanjang hayat, terutama untuk menjadi figur yang terus bersyukur namun harus memiliki spirit dan daya juang. Pria yang lahir di Gampong Nicah Kecamatan Peusangan, Bireuen tanggal 22 Juli 1967 itu, dalam kondisi apapun harus dijalani sesuai dengan segenap kemampuan, dan tentu saja menurut porsi tugas yang diemban. “Jujur saja, saya bukan sosok yang meninggalkan badai. Saya akan menjalaninya sesuai dengan kemampuan yang diberikan Yang Maha Kuasa. Bahkan hingga badai itu berlalu. Tentu saja dengan rasa syukur yang tiada henti,” kata Bustami, yang siang itu terlihat sangat santai.
Menurut mantan Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh dan juga mantan Komisaris Utama Bank Aceh itu, sejauh ini dua wasiat sang ibu telah ia rengkuh dan jalani. Soal rezeki dan jodoh. Lelaki yang sempat menghilang dari hiruk pikuk birokrasi Pemerintah Aceh itu, terhitung telah punya segalanya. Termasuk soal rezeki dan jodoh serta ikutan dari kedua itu, “Saya kini tinggal menanti el maut. Dan itu sifatnya pasti, namun tetap menjadi rahasia Allah. Jadi kini tinggal menjalaninya saja,” kata suami dari Melani Subarni tersebut.
Bustami yang ‘turun gunung’ ke altar Birokrasi Pemerintah Aceh itu, menyadari secara penuh jika tak semua itu seperti dalam koridor ekspektasi. Karena hidup dan karir ibarat roller coaster yang berputar kadang mendebarkan jantung. Toh karena telah ‘naik’, maka semuanya harus dijalani. “Saya nikmati, saksikan serta jalani saja semuanya. Namun satu yang harus diingat, sebagai bagian dari sistem, saya harus menjalani sistem itu secara penuh, termasuk memenuh instruksi pimpinan. Kita harus bersikap profesional, dan itu rasanya tak ada tawar menawar,” kata Bustami yang dikenal tegas dalam memegang prinsip.
Sosok Bustami terhitung kenyang dalam rentang tugasnya di birokasi. Ia memulainya dari Pemkab Pidie saat menjadi ADC Bupati Pidie, kala itu Almarhum Jakfar Is. Lalu sosok ASN yang terhitung aktif di organisasi kepemudaan seperti KNPI itu, karirnya terus menanjak. Ayah dari Muhammad Syafiq dan Muhammad Yafiq itu terhitung komunikator ulung. Bukan rahasia lagi, Ketua IKA USK tersebut menjadi ‘juru damai’ untuk beberapa elit Aceh yang sempat renggang dan miskomunikasi. Dan semuanya berakhir dengan happy ending.
Kami menyudahi pertemuan ‘setengah kamar’ sejenak menjelang ashar. Beberapa orang tamu telah antre di luar kamar kerja Pak Sekda Aceh itu. Kami lalu berpisah, sembari mengingat beberapa penggal kata Pak Sekda yang sarat dengan nilai filsafat.