Pemerintah Aceh Bahas Kemarau dan Cara Atasi Kekeringan Sawah di Aceh Besar

BANDA ACEH I ACEH HERALD.com Kemarau panjang yang kini melanda sebagian Aceh Besar telah menyebabkan sawah penduduk di sejumlah kecamatan kering kerontang dan sebagian tanaman padi yang menjadi harapan petani setempat diperkirakan akan mengalami puso hingga petani bakal gagal panen. Untuk mengatasi dan mencari jalan keluar kebutuhan air sawah petani, Pemerintah Aceh, Selasa (28/1/2020) menggelar … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

BANDA ACEH I ACEH HERALD.com

Kemarau panjang yang kini melanda sebagian Aceh Besar telah menyebabkan sawah penduduk di sejumlah kecamatan kering kerontang dan sebagian tanaman padi yang menjadi harapan petani setempat diperkirakan akan mengalami puso hingga petani bakal gagal panen.

Untuk mengatasi dan mencari jalan keluar kebutuhan air sawah petani, Pemerintah Aceh, Selasa (28/1/2020) menggelar rapat khusus membahas kekeringan yang melanda sebagian besar Kabupaten Aceh Besar. Rapat yang berlangsung di  ruang rapat Asisten ll Setda Aceh, Selasa (28/1/2020) dipimpin Teuku Ahmad Dadek dengan  melibatkan Dinas Pengairan Aceh, Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh hingga Bappeda.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Aceh, Teuku  Ahmad Dadek didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Hanan serta beberapa dinas terkait dampak kekeringan sawah di Aceh Besar, ruang rapat Asisten II, Selasa, 28/01/2020.

Teuku Ahmad Dadek menjelaskan, rapat tersebut digelar untuk memetakan langkah dalam menghadapi kekeringan yang melanda areal persawahan di Kabupaten Aceh Besar.

Dampak kekeringan tersebut dikatakan telah merusak areal persawahan di Aceh Besar seluas 1.593 hektar. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari sejumlah kecamatan di mana Seulimuem merupakan kecamatan dengan luas areal sawah yang mengalami puso mencapai 683 hektar.

Selanjutnya Kecamatan Kuta Cot Glie seluas 624 hektar, Indrapuri 25 hektar, Pulo Aceh seluas 224 hektar, Krueng Barona Jaya 16 hektar, Kuta Baro 10 hektar, Jantho 8 hektar dan Lhoknga 3 hektar.

Dalam rapat itu disebutkan, jika luas area sawah yang mengalami gagal panen tersebut dikalikan produktivitas tanaman 5 ton per hektar, lalu dikalikan harga gabah Rp.5.000 per kilogram, maka kerugian yang ditimbulkan mencapai Rp.40 miliar.

Dikatakan, untuk mengatasi kekeringan itu perlu dukungan semua pihak untuk mencari solusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap kondisi tersebut mengingat tren kekeringan terus meningkat, terutama di Aceh Besar.

Setidaknya ada dua solusi untuk menangani kekeringan area persawahan yang disimpulkan dalam rapat tersebut, yakni menggunakan pompanisasi, membangun sumur bor atau sumur dangkal.

Baca Juga:  Tidak Diberi Uang Rp 500 Ribu Untuk Beli HP, Seorang Pemuda Aniaya Ibu Kandungnya

Namun begitu, tambah Ahmad Dadek untuk memastikan solusi apa yang akan ditempuh, diperlukan langkah penelitian langsung ke lapangan guna melihat kondisi persawahan. Pengecekan ke lapangan akan dilakukan pada Kamis mendatang dengan lokasi yang akan dikunjungi adalah kawasan Kecamatan Seulimuem dan Kuta Cot Glie.

Penulis : M Nasir Yusuf

 

Berita Terkini

Haba Nanggroe