KPwBI Aceh: Dorong Perekonomian Hijau

"Artinya memang itu menjadi potensi yang harus kita optimalkan. Ini masih tahapan investasi yang jelas sangat menarik dan memang prosesnya tidak mudah," ujarnya.
KPwBI Aceh, Rony Widijarto P saat membuka Aceh Economic Forum (AEF) September 2024 di Auditorium Teuku Umar BI Aceh. Foto dokumentasi Acehherald.com

Iklan Baris

Lensa Warga

BANDA ACEH | ACEHHERALD.COM  – Bagaimana mendorong perekonomian yang hijau dan juga mengakses pembiayaan hijau. Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Aceh, Rony Widijarto P melihat simpul-simpul yang perlu disambung untuk benar-benar bisa tumbuh.

Ia mengungkapkan hal tersebut di acara Aceh Economic Forum (AEF) September 2024 sekaligus Bincang-bincang Media dengan awak media mitranya BI di Auditorium Teuku Umar Bank Indonesia, Kamis (26/9/24).

Acara yang mengangkat tema “Peluang dan Tantangan _Green Economy_ sebagai _New Source of Growth_ di Aceh”, disiarkan secara langsung dari TVRI Aceh dan bisa disaksikan melalui link zoom.

Diakuinya ada beberapa hal terkait potensi klinik ekonomi:
Pertama terkait dengan kontribusi utama Aceh yaitu sektor pertanian karena di lihat banyak upaya-upaya untuk mendorong produktivitas pertanian dengan terus memperhatikan aspek lingkungan dan berkelanjutan.

Contohnya Expo UMKM secara nasional, salah satu capaiannya adalah produk kopi yang dikelola secara hijau dan menjadi yang terbaik di nasional, sehingga mendapatkan tender. 

Kedua, terkait sumber daya untuk energi yang melimpah bagian surya air dan angin. “Tapi ini investasi yang besar yang tidak mudah. Kami juga mengantarkan beberapa usaha project corner.”

Salah satunya yang di lirik juga karena ada perencanaan untuk menggunakan NFC terbarukan, seperti menggunakan tenaga surya.

Terus yang ketiga, juga masih terkait dengan Green, seperti di Jepang. Ini memfasilitasi project corner di Aceh Green Hospital dengan mengelola secara engine terbarukan.

“Artinya memang itu menjadi potensi yang harus kita optimalkan. Ini masih tahapan investasi yang jelas sangat menarik dan memang prosesnya tidak mudah untuk memasukkan proses yang semuanya baru,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga menyarankan untuk menyiapkan regulasi-regulasi bagi mendorong ekonomi hijau, karena ini sangat potensial. Jadi potensi yang ada di Aceh ini, harus dikelola sehingga nantinya meningkatkan nilai tambah perekonomian.

Baca Juga:  Indeks Literasi Ekonomi Syariah di Aceh Sebesar 13,8%

Sebenarnya, kata Rony Widijarto, ada yang menarik di sini, kalau dilihat dari sisi pelaku ekonomi di Aceh. Masyarakatnya termasuk yang tingkat konsumsinya tinggi mencapai 55 persen.
Salah satu yang positif ternyata generasi muda milenial itu semakin dominan sebagai pekerja dan tentunya juga ini merupakan ending yang positif.

Tak hanya itu, ujarnya lagi, bagaimana mendorong UMKM sektor ekonomi terkait dengan tantangan struktural di Aceh mengenai nilai tambah dan juga menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang sangat relevan dengan prospek green ekonomi baik dari produknya maupun dari pembiayaannya.

Juga potensi ekowisata di Aceh, seperti Taman Nasional Gunung Leuser dengan kekayaan hayatinya, lalu pantai-pantai yang bagus dan semuanya menjadi potensi untuk ekowisata yang tentunya harus diperhatikan, sebutnya.

Pihak BI juga menyoroti kesiapan SDM untuk dapat memanfaatkan ekonomi hijau dan pembiayaan hijau ini untuk menarik simpul hilirisasi pertanian bisa berjalan dan juga bagaimana sumber pertumbuhan baru seperti pariwisata juga berjalan.

“Kami terus konsisten untuk mendorong digitalisasi untuk menarik investasi dengsn kondisi ekonomi yang terus bergeliat, salah satunya adalah digitalisasi,” ujarnya.

Berita Terkini

Haba Nanggroe