SINGAPURA | ACEHHERALD.COM – Singapura barangkali cuma punya luas wilayah ribuan kali lebih kecil dari Indonesia. Tapi nyali negara ini tidak main-main jika bicara keberlanjutan dan energi bersih.
Dengan wilayah dan sumber daya yang terbatas, the Little Red Dot harus mencari cara bagaimana bisa membangun sumber energi baru untuk masyarakatnya. Sumber energi baru tersebut pun harus bersih dan tidak mencemari lingkungan.
Salah satu sumber energi bersih yang tengah masif dimanfaatkan Singapura adalah matahari. Rata-rata penyinaran matahari di Singapura yang mencapai 1.580 kWh/m2 setiap tahunnya membuat solar PV menjadi pilihan utama.
Namun, tantangan lain menghadang mengingat keterbatasan lahan yang dimiliki Singapura. Tapi bukan Singapura kalau tidak cerdik membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Danau buatan yang berlokasi di Tengeh, bagian barat daya Singapura pun ‘disulap’ menjadi gugusan pulau-pulau PLTS terapung.
Sebanyak 10 ‘pulau’ PLTS dengan ukuran dan jumlah panel yang berbeda dibentangkan di atas waduk Tengeh. Total luas sepuluh pulau PLTS tersebut mencapai 45 ha atau sepertiga wilayah dari waduk buatan tersebut.
Atau agar lebih mudah lagi membayangkannya, total luas PLTS tersebut setara dengan 65 lapangan sepak bola. Luas tersebut membuat PLTS apung di Tengeh menjadi PLTS apung terbesar ketiga di dunia setelah dua PLTS apung yang dibangun di China.
detikcom berkesempatan mengunjungi langsung lokasi PLTS apung yang memiliki total kapasitas puncak 60 MW ini. PLTS ini dibangun oleh Sembcorp Solar Singapore di masa pandemi (Agustus 2020) dan rampung hanya dalam waktu 11 bulan atau pada Juli 2021.
Untuk menghasilkan tenaga listrik yang diharapkan, Sembcorp membentangkan lebih dari 122 ribu panel surya di atas waduk yang terbagi atas 10 kelompok atau yang mereka sebut ‘pulau’. Setiap panel surya dapat menghasilkan listrik 490 watt pada kapasitas puncaknya.
Proyek ini menggabungkan inovasi dalam desain solar panel terapung. Komponen yang digunakan juga dipilih dengan sangat hati-hati untuk meminimalkan dampak terhadap kualitas air dan lingkungan waduk.
Agar panel-panel tersebut dapat membentang dengan baik di atas waduk, Sembcorp memasang lebih dari 250 ribu pelampung dan sekitar 800 pemberat di bawahnya. Panel didukung oleh enam jenis pelampung yang berbeda, semuanya terbuat dari polietilen densitas tinggi bersertifikat food grade untuk memastikan kualitas air tidak terganggu. Mereka juga tahan UV dan dapat menahan sinar matahari yang intens.
Proyek PLTS terapung 60 MW ini kini telah terhubung ke jaringan listrik dan sudah beroperasi secara komersial. PLTS ini memiliki perjanjian pembelian listrik selama 25 tahun dengan PUB (Public Utilites Board) Singapura.
Listrik yang dihasilkan dari PLTS apung ini digunakan sebagai sumber energi memproduksi air minum warga Singapura yang diproses dari fasilitas pemurnian air (water treatment). Artinya semua saluran air di negara tersebut sekarang ditenagai oleh energi terbarukan.
Emisi gas buang yang dipangkas dengan penggunaan PLTS ini setara dengan menghilangkan 7.000 mobil dari jalan raya. Sementara kapasitas puncak 60 MW-nya dapat menghasilkan listrik yang cukup untuk menyalakan sekitar 16.000 rumah HDB dengan 4 kamar di Singapura selama satu tahun.
Mengembangkan sumber energi alternatif sangat penting bagi Singapura. Saat ini, lebih dari 95% bauran energi Singapura masih berasal dari gas alam, bentuk bahan bakar fosil terbersih.
Negara ini masih memiliki jalan panjang untuk melipatgandakan kapasitas energi mataharinya menjadi 1,5 gigawatt peak (GWp) pada tahun 2025 dan 2 GWp pada tahun 2030. Namun panel surya di Tengeh telah berkontribusi sekitar 4% dari target 1,5 GWp Singapura. Sebuah usaha nyata menjaga kebersihan lingkungan dari sebuah negeri kecil di sebelah utara Indonesia.
Sumber: finance.detik.com