Acehherald.com | Banda Aceh – Di tengah ancaman kepunahan yang terus membayangi badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), langkah penyelamatan mulai diperkuat. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengumumkan bahwa suaka badak sumatra di Kabupaten Aceh Timur tengah dipersiapkan menjadi pusat penelitian sekaligus tempat pengembangbiakan spesies langka tersebut.
“Suaka badak sumatra atau Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di Aceh Timur akan dijadikan pusat penelitian dan pengembangbiakan badak sumatra yang kini terancam punah di alam liar,” kata Kepala BKSDA Aceh, Ujang Wisnu Barata, Senin (5/5).
Progres pembangunan SRS saat ini telah mencapai 90 persen. Pekerjaan yang tersisa adalah akses jalan menuju lokasi, yang saat ini sedang dalam koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur. Pemerintah daerah disebut turut mendukung penyelesaian infrastruktur tersebut.
SRS dibangun di atas lahan seluas 10 hektare dan dilengkapi fasilitas pendukung seperti klinik satwa, laboratorium penelitian, serta kandang pengembangbiakan semi-alami. Kehadiran fasilitas ini bukan hanya sebagai tempat konservasi, tetapi juga diharapkan menjadi pusat sains bagi studi spesies langka endemik Sumatra itu.
Menurut data BKSDA, populasi badak sumatra di Provinsi Aceh saat ini diperkirakan hanya tersisa antara 30 hingga 50 ekor. Spesies ini dikenal dengan dua cula yang dimilikinya: satu kecil dan satu lebih besar yang terletak dekat mulut.
“Keberadaan SRS di Aceh Timur diharapkan menjadi tempat penyelamatan terakhir bagi badak sumatra. Satwa ini merupakan spesies kunci yang keberadaannya mencerminkan kesehatan ekosistem hutan,” lanjut Ujang.
Kondisi badak sumatra di alam liar memang kian memprihatinkan. Selain perburuan, penyempitan habitat menjadi ancaman utama. Deforestasi serta fragmentasi hutan mengganggu pola migrasi dan reproduksi satwa bertubuh besar ini. Di banyak wilayah, badak sumatra kini hidup terisolasi dalam kantong-kantong populasi kecil yang tidak saling terhubung.
Langkah pembangunan SRS ini menjadi bagian dari strategi konservasi nasional yang didukung oleh berbagai pihak, termasuk organisasi internasional dan lembaga penelitian. Harapannya, Aceh bisa menjadi episentrum penyelamatan badak sumatra terakhir di dunia.