BLANGPIDIE I ACEHHERALD.com – Sebanyak 12 kasus kematian bayi dan dua kasus kematian ibu, ditemukan di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), kurun waktu enam bulan terakhir, terhitung sejak Januari hingga awal bulan Juli 2024.
Data diperoleh Acehherald.com dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Abdya, Kamis (11/7/2024) diketahui, kasus kematian bayi pertama terjadi pada bulan Januari sebanyak dua kasus di Kecamatan Susoh dan Kecamatan Setia.
Kasus kedua terjadi pada bulan Februari, sebanyak dua kasus kematian bayi di Sangkalan, Kecamatan Susoh. Kasus ketiga bulan Maret, sebanyak tiga kasus kematian bayi di Kecamatan Tangan-Tangan dan Kecamatan Lembah Sabil.
Kasus keempat ditemukan pada bulan Mei, sebanyak tiga kasus kematian bayi di Kecamatan Tangan-Tangan dan Kecamatan Kuala Batee. Kasus kelima bulan Juli, sebanyak dua kasus kematian bayi di Kecamatan Tangan-Tangan.
Sementara dua kasus kematian ibu juga ditemukan di Kabupaten Abdya dalam kurun waktu Januari hingga Juni 2024. Kasus pertama pada bulan Februari satu kasus kematian ibu di Kecamatan Babahrot. Kasus kedua bulan Juni satu kasus kematian ibu di Kecamatan Tangan-Tangan.
“Sedangkan tahun 2023 lalu, ada 19 kasus kematian bayi dan dua kasus kematian ibu,” kata Kepala Dinkes Abdya, Safliati S.ST M.Kes.
Dia menjelaskan bahwa penyebab kasus kematian ibu rata-rata hampir sama, yaitu phenomia shok sepsis, sesak berat, juga penyakit penyerta.
Sementara kasus kematian bayi, riwayat kematiannya beragam. Diantaranya, demam, sesak, infeksi paru, RDS dan suspeck HMD, disfagia croup, asfiksia, BBLR, BBLR/asfiksia, penomonia, aspira penomia, BBLR/premature, gagal kardiopumonal, BBLR/suspeck aspirasi, pheuomonic plus dehidrasi sedang plus kejang, lahir mati, chongenital hearth desease, premature, hipotermi dan sepsis dehidrasi berat.
Terkait peristiwa ini, Kepala Dinkes Abdya, menekankan kepada para bidan yang bertugas agar lebih menfokuskan diri pada kesehatan ibu dan bayi.
Bidan memainkan peran yang sangat penting dalam mengurangi kematian ibu dan bayi. Ibu hamil harus rutin memeriksakan kesehatannya selama mengandung ke dokter atau bidan. Sehingga, jika ada sesuatu yang berjalan tidak semestinya, bisa ditangani sedini mungkin, ungkap Safliati.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam rangka menekan angka kasus kematian ibu dan bayi di Abdya, jajaran Dinkes mewacanakan meningkatkan kompetensi petugas kesehatan di lapangan, terutama bidan yang menolong persalinan, juga dokter Puskesmas, untuk in house training atau magang di Rumah Sakit Umum Teungku Peukan (RSUTP) Abdya, terkait tata laksana penanganan asfiksia/resusitasi pada bayi, yang menjadi penyebab terbanyak dari kematian bayi.
Penulis: Zainun Yusuf (Aceh Barat Daya)