BANDA ACEH | ACEHHERALD.com — Ketua Pimpinan WIlayah Muhammadiyah (PWM) Aceh, Abdul Malik Musa, SH.,M.Hum., mengatakan bahwa Pemuda Muhammadiyah di Aceh harus ambil peluang dan potensi pada sektor turunan sawit.
Hal ini disampaikannya kepada peserta Sosialisasi Inkubator Bisnis UMKM Produk Turunan Sawit yang helat di hotel Grand Arabia, Peunayong, Banda Aceh, Rabu (16/8/2023).
Malik Musa menyingung, Rasulullah SAW dikenal sebagai pedagang yang memiliki nilai amanah, kejujuran, dan menjaga kehormatan diri. Hingga diberikan gelar Al-Amin yang melekat padanya diusia remaja. Pada usia remaja itu, Rasulullah SAW juga diberikan kepercayaan oleh pamannya untuk berdagang secara mandiri bersama As-Saib bin Abus-Saib yang merupakan rekanan terbaik dan partnership yang saling kooperatif demi suksesi ekonomi.
Maka dari itu, Pemuda Muhammadiyah Aceh perlu membangun dan memperkuat hubungan kerjasama seperti yang dilakukan Rasulullah bersama As-Saib bin Abus-Saib.
Malik Musa berharap Pemuda Muhammadiyah di Aceh harus merebut peluang ini, nantinya bagaimana pihak Rektor juga bisa ikut melakukan risetnya tentang potensi Sawit ini, tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Malik Musa berencana agar bagaimana masing-masing pimpinan daerah Muhammadiyah di seluruh Aceh memiliki aset lahan sawit minimal 100 hektare perdaerah,” imbuhnya.
“Kita minta pak Pj Bupati dimasing-masing daerah bisa bekerjasama dengan ahli sawit di Medan untuk dapat melakukan pembibitan, dan kita harapkan yang mengelola lahan sawit tersebut merupakan para pemuda-pemuda Muhammadiyah,” ujarnya.
Malik menjelaskan, bagaimana sinergi ini nantinya bisa menjadi pilot project penanaman sawit. Sebab ia melihat ada peluang dan bahkan banyak sekali turunan produksi sawit ini yang dapat dikembangkan, seperti sabun, shampo, cosmetic dan lain-lain.
“Kalau nanti ada biogas, bisa kita kembangkan juga dari potensi sawit ini, jadi pemuda Muhammadiyah Aceh perlu rapat khusus untuk ambil peluang bersama pihak BPDPKS ini”, tuturnya.
Ia punya mimpi nantinya Aceh punya pabrik minyak makan yang merupakan turunan dari minyak CPO. Namun sayang, saat ini minyak mentah nya dibawa keluar. Lucunya sampai di luar Aceh, hasil olahan sawit tadi menjadi nama dan produksi bukan Aceh lagi.
Penulis: Andika Ichsan/Banda Aceh