Hakim MK Arief: Dulu Orang Berburu Binatang, Sekarang Berburu Followers

JAKARTA | ACEHHERALD.COM – Hakim konstitusi Arief Hidayat memberikan pesan serius soal dampak media sosial terhadap ideologi bangsa. Salah satunya memunculkan paradigma baru yang disebut dengan post-truth dan false-truth. “Jadi, sesuatu yang salah, sesuatu yang tidak benar kalau diulang-ulang dalam media sosial menjadi suatu kebenaran,” kata Arif Hidayat sebagaimana dilansir di website MK, Senin (17/7/2023). … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

JAKARTA | ACEHHERALD.COM – Hakim konstitusi Arief Hidayat memberikan pesan serius soal dampak media sosial terhadap ideologi bangsa. Salah satunya memunculkan paradigma baru yang disebut dengan post-truth dan false-truth.

“Jadi, sesuatu yang salah, sesuatu yang tidak benar kalau diulang-ulang dalam media sosial menjadi suatu kebenaran,” kata Arif Hidayat sebagaimana dilansir di website MK, Senin (17/7/2023).

Arief menyatakan sekitar 63 persen generasi muda di Indonesia adalah generasi Z. Menurutnya, generasi ini harus mempunyai pemahaman-pemahaman baru bagaimana mengimplementasikan dan mengaktualisasikan Pancasila. Apalagi saat ini masuk ke dalam society 5.0 dan industry 4.0. Pada situasi demikian itu pengaruh media sosial di mana pun sungguh sangat luar biasa sehingga memunculkan paradigma baru yang disebut dengan post-truth dan false-truth.

“Oleh karena itu, kita harus berhati-hati mencerna dan memposting atau menalurikan ke mana-mana berita-berita yang berkecamuk di media sosial, seperti di WA grup atau media sosial yang lain, instagram dan lain sebagainya. Jadi sesuatu yang salah, sesuatu yang tidak benar sesuatu yang disebut hoaks, kalau itu diomongkan berkali-kali dan kemudian dicerna masyarakat yang tidak cerdas maka akan terjadi kebenaran yang salah. Apalagi Indonesia saat ini mendekati 2024 muncul isu yang tidak karu-karuan,” ujar Arief yang hadir secara luring.

Oleh karena itu, Arief berpesan agar pada situasi yang seperti ini perlunya menarasikan ideologi Pancasila melalui media sosial. Namun tantangan yang dihadapi saat ini yakni postingan hal yang tidak benar di media sosial lebih menarik dibandingkan dengan menarasikan hal yang benar.

“Kalau (zaman) dulu orang berburu binatang, kalau sekarang berburu followers, era berburu followers. Era sekarang ini, makin tercemar makin terkenal. Kita sebagai orang yang benar menurut penalaran yang wajar, menarasikan narasi ideologi Pancasila, mengenai ideologi persatuan Indonesia, mengenai kebhinnekaan yang bersifat tunggal ika itu,” tegasnya.

Baca Juga:  Gugat ke MK, Advokat Ini Minta Nopol dan STNK Berlaku Seumur Hidup

Menurut Arief, era sekarang merupakan era yang krusial sehubungan dengan media sosial. Namun demikian, media sosial pun juga mempunyai dampak positif dan dampak negatif.

“Kita perbesar dampak positifnya media sosial, kita kurangi dampak negatifnya. Mari kita jaga NKRI ini melalui media sosial,” ajak Arief.

Selain itu, hakim konstitusi Guntur Hamzah dalam paparannya menyebut kecenderungan generasi milenial selalu mencari pembanding di luar negeri. Di satu sisi hal ini bagus apabila untuk kepentingan bangsa, kepentingan ketahanan kita. Namun kalau itu kemudian mempengaruhi cara kerja, berpikir, dan bertindak, bahkan secara tidak langsung itu mempengaruhi mindset, maka itu setidaknya akan mempengaruhi cara memahami ideologi bangsa kita.

“Kalau kita sudah dipengaruhi oleh segala macam budaya lain yang sekarang ini tentu bisa mempengaruhi mindset kita. Oleh karena itu, kita harus bisa berusaha terus untuk ke jati diri kita. Sehingga kita harus paham terlebih dahulu mengenai ideologi,” terang Guntur Hamzah.

Sumber: news.detik.com

Berita Terkini

Haba Nanggroe