
ADA suara tercekat menahan tangis saat secara perlahan ambulans yang membawa jasad almarhum dr Imai Indar Sp An bergerak perlahan meninggalkan pelataran RSUDZA lama. Ya Allah terimalah sahabat tercinta kami di sisi Mu ya Rabb. Lalu terdengar lantunan Shalawat Nabi dari dua sisi barisan panjang hingga menuju pintu keluar. Semua dengan wajah tertunduk dan ada dengan mata sembab serta bulir bening yang bergulir.
Ya….mereka semua merasa sangat kehilangan. Inilah dokter pertama di Aceh yang meninggal karena terpapar covid. RSUDZA berduka atas kehilangan tenaga intinya di divisi Anastesi, banyak kesan luar biasa yang dirasakan para kolega almarhum yang juga penggemar olahraga sepeda dan off road itu. “Beliau adalah pribadi yang tepat janji, terutama janji dengan anak didiknya atau mahasiswa yang selalu diutamakan,” ujar dr Zafrullah Sp An, yang mengatakan hal itu dengan suara terbata, nyaris tak terdengar.
Lebih jauh pria yang akrab disapa Jeff itu mengungkapkan, dr Imai adalah sosok agamis. Salah satu kebiasaan almarhum adalah meninggalkan kamar tindakan operasi setiap panggilan azan shalat lima waktu berkumandang. “Itu tak ada tawar menawar, dan semua memakluminya,” kata Zafrullah.
“Beiau adalah sahabat sejati saya, kami membangun divisi anastesi ini dengan tulus selama belasan tahun, secara bersama dengan segala keterbatasan dan tantangan. Kami benar benar kehilangan,” tutur Zafrullah senior dari dr Imai yang sebenarnya kini menjadi kabag terpilih Divisi Anastesi FK Unsyiah dan hanya menunggu SK Rektor. Almarhumkini juga sedang bersiap untuk menempuh pendidikan Konsultan Anastesi untuk Bedah Mata.
Juga terungkap jika pihak Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pusat dan IDI Aceh sejogyanya akan melakukan doa dan pengajian untuk kesembuhan almarhum dr Imai pada malam ini, Rabu (02/09/2020) malam. Namun Allah berkehndak lain, dan memanggil dr Imai ke HaribaanNYA, beberapa jam sebelum acara itu berlangsung.
Namun seperti diakui oleh dr Zafrullah, acara doa yang berlangsung secara daring itu akan tetap dilangsungkan, namun berubah menjadi doa dan takziah untuk almarhum Imai Indra. Sementar divisi Anastesi RSUDZA selama tiga malam terakhir telah melakukan doa dan pengajian bersama untuk kesembuhan doter Imai. Acara doa para staf itu dilakukan secara daring.
Pada bagian lain, dr Zafrullah mengungkapkan, alm dr Imai dirawat di Pinere RSUDZA selama 10 hari, setelah masuk perawatan saat dinihari pekan lalu dalam kondisi batuk dan sesak nafas. Kondisi almarhum dalam perawatan terlihat grafiknya naik turun.
Almarhum saat sepuluh tahun terakhir aktif menjadi anggota komunitas gowes sepeda gunung (montain bike) dalam grup Hospital bike community (HobiC). Bersama Hobic, almarhum sempat menjajal nyaris seluruh Aceh serta juga nusantara dan luar negeri. “Kami taklagi mendengar tawa lepas dan canda segar pak Imai, seperti saat gowes di Tangse, Takengon, Abdya hingga Jayapura. Beliau adalah sosok yang cair dengan tidak memandang strata sosial serta umur,” ujar drg Mukhlis Noer, ketua HobiC.
Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun……..
PENULIS : NURDINSYAM