BANDA ACEH – Kota Meulaboh mencatat trend paling positif dalam laju inflasi se Aceh. Saat daerah lain di Aceh mengalami pertumbuhan laju inflasi, Meulaboh, Aceh Barat justru mengalami deflasi atau terjadinya penguatan daya beli masyarakat, akibat penurunan harga barang dan jasa.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Aceh, Achris Sarwani, Jumat (2/12). Menurutnya, hanya ada dua kota di Aceh yang mengalami deflasi, yaitu Meulaboh dan Kota Lhokseumawe. Namun secara angka, Meulaboh tertinggi deflasinya yaitu 0,62 persen MtM, sedang Lhokseumawe mencapai 0,32 persen MtM.
Sementara itu, propinsi Aceh juga mengalami trend positif, dengan penurunan laju inflasi. Secara nasional menempati peringkat ke-7 sebagai provinsi dengan laju inflasi terendah dari 34 provinsi yang ada di Indonesia.
Achris menjelaskan, informasi tentang perkembangan laju inflasi tersebut merupakan data terbaru bulan November 2022. “Secara month-to-month (MtM) Aceh menduduki peringkat ke-7 dengan laju inflasi terendah dari 34 provinsi di Indonesia,” kata Achris.
Selain itu, Aceh juga menduduki peringkat ke-12 inflasi terendah secara Year On Year atau YoY.

Dari tiga kota penghitungan indeks harga konsumen di Aceh, Kota Banda Aceh disebut mengalami inflasi MtM, sedangkan Kota Lhokseumawe dan Kota Meulaboh malah mengalami deflasi, atau terjadinya penguatan daya beli masyarakat, akibat penurunan harga barang dan jasa.
Adapun rincian data ke tiga kota tersebut yakni, Banda Aceh, secara Bulanan: 0,11% MtM, secara Tahun Kalender: 5,32% YtY, dan secara Tahunan: 6,11% YtY.
Sedangkan Lhokseumawe secara Bulanan: -0,36% MtM, Tahun Kalender: 3,81% YtD, Tahunan: 4,42% YoY. Sementara Meulaboh secara Bulanan: -0,62% MtM, Tahun Kalender: 5,53% YtD,Tahunan: 6,38% YoY.
Terjadinya deflasi di Meulaboh itu tidak terlepas dari koordinasi intensif antarinstansi terkait sebagai mana arahan Pj. Bupati Aceh Barat Drs Mahdi Efendi selama ini. Terutama koordinasi antara seluruh anggota TPID serta stakholder lainnya.
Lebih lanjut, Achris juga menyebutkan secara Aceh, deflasi Aceh pada November 2022 melanjutkan tren penurunan harga dari bulan sebelumnya yang juga mengalami deflasi -0,25% (mtm) pada Oktober 2022.
Hal itupun selaras dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) KPwBI Aceh yang mencatat deflasi -0,07% (mtm) pada November 2022.
Adapun kelompok volatile foods memiliki andil deflasi terbesar pada periode laporan, dimana barang/jasa yang memberikan andil deflasi terbesar seperti, cabai merah (memberikan andil -0,16%), beras (-0,05%), ikan dencis (-0,04%), ikan tongkol (-0,04%), dan ikan kembung (-0,04%).
Penurunan harga pada komoditas hortikultura seperti cabai merah disebabkan masuknya masa panen raya yang berpengaruh pada peningkatan pasokan. Sementara penurunan harga beras ditopang meningkatnya stok sejalan dengan masuknya masa panen. Selanjutnya penurunan harga ikan dencis, ikan tongkol, dan ikan kembung didukung banyaknya tangkapan ikan oleh nelayan.