Kisah Miris Cukpo Midah, Janda Miskin Dengan Seorang Putra yang Lumpuh tak Berdaya

[divider style=”solid” top=”20″ bottom=”20″] MEUREUDU | ACEH HERALD HANYA doa dan linangan air mata yang mampu dilakukan perempuan gaek Hamidah (63), saat menjalani kehidupan nya nan getir. Suami Muhammad Yahya Basyah yang selama ini menjadi tumpuan harapan telah berpulang empat tahun silam. Kini yang ada hanyalah anak semata wayangnya, Maulidin yang terbilang bukan lagi bocah … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

Maulidin (29) warga Gampong Dayah Tuha Kemukoman Beuracan Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya sejak kecil cacat tubuh, sulit bergerak dan tak bisa berbicara (Dok. Foto Aceh Herald/Abdullah Gani)

[divider style=”solid” top=”20″ bottom=”20″]

MEUREUDU | ACEH HERALD

HANYA doa dan linangan air mata yang mampu dilakukan perempuan gaek Hamidah (63), saat menjalani kehidupan nya nan getir. Suami Muhammad Yahya Basyah yang selama ini menjadi tumpuan harapan telah berpulang empat tahun silam. Kini yang ada hanyalah anak semata wayangnya, Maulidin yang terbilang bukan lagi bocah atau bahkan remaja.

Sang anak sudah berusia 29 tahun. Namun apa daya, ia hanya mampu tergolek lemah dan tak bisa bicara di dalam rumah sederhana yang dihuni Hamidah di Gampong Dayah Tuha Kemukiman Beuracan, Pidie Jaya. Ya….sang anak sudah lumpuh—terindikasi polio—sejak kecil. Praktis, Hamidah lah yang pontang panting mencari sekadar sesuap nasi untuk keluarga kecilnya. Benar benar membuat trenyuh dan menumpahkan empati.

Kepada Aceh Herald, Hamidah ditemani Nazaruddin salah seorang familinya mengisahkan kilas balik perihal kehidupan yang dialami sejak anaknya Maulidin masih bayi. Diduga, penyebab utama sehingga anak semata wayang mengalami cacat tubuh dan tidak bisa berbicara hingga dewasa adalah akibat terlalu banyak mendapat suntikan dari paramedis ketika masih bayi. “Umur tiga bulan, dalam sehari anak saya terkadang tiga kali disuntik,” kata Hamidah sambil menyeka air matanya mengenang masa silam.

Hari berganti bulan dan tahun ke tahun Hamidah bersama suaminya merawat si buah hatinya itu dengan tulus hati dilandasi penuh kasih sayang. Kondisi tubuh yang sulit bergerak apalagi berjalan, membuat keluarga tersebut harus memapah setiap saat baik saat makan dan minum termasuk ketika anaknya Maulidin hendak ke kamar mandi. Pun begitu semuanya dijalani dengan baik tanpa gundah sedikit pun. “Sudah nasib kami begini dan semua itu atas kehendak dari Allah SWT,” sebut Hamidah.

Baca Juga:  Pj Bupati Aceh Besar Sambut Ketua Umum TP-PKK Pusat Tri Tito Karnavian di Bandara SIM

Beban hidup semakin berat dialami Hamidah sejak suaminya Muhammad Yahya telah tiada. Untuk kebutuhan sehari-hari terutama makan, janda miskin ini mengandalkan dari hasil tani. Ia sendiri yang mengurus lahan mulai dari olah tanah hingga panen. Ditanya siapa yang menjaga atau mengurus sang anaknya yang terbaring di rumah saat ke sawah, Hamidah menyebutkan, tiada siapa-siapa pun.Hanya dialah sendiri tinggal di rumah. Pun begitu orang dekat atau tetangga sesekali juga menjenguknya.

“Pakiban tapeugot teuma, han tajak ublang peue tapajoh (habis gimana lagi, kalau tidak ke sawah apanya yang kita makan—-red),” timpal Hamidah dengan nada sedih. Saat ditanya apa ada bantuan dari pemerintah atau dari Dinas Sosial, janda miskin tersebut spontan menggeleng-gelengkan kepala menyebutkan belum ada. Ketika Acehherald mengamati dan menanyakan sebuah kantong berlogo Kejaksaan Negeri Meureudu tergantung di dinding, Hamidah mengaku, ya pernah ada dari orang itu (maksudnya dari Kejaksaan—-red).

Beberapa warga sekitar menjawab Aceh Herald terpisah mengaku, prihatin atau sedih dengan nasib yang dialami tetangganya itu. Nasib wak Midah dan sebagian menyebutnya Cupo Midah menyedihkan. Betapa tidak, sambung warga setempat, sudah kondisi janda dan ekonominya morat-marit, anaknya pun tak bisa bergerak dan harus dipapah sepenuhnya. Warga juga menginginkan supaya saudara sekampung nya itu mendapat perhatian atau bantuan dari pemerintah. “Kami berharap adanya bantuan pemerintah,” pinta seorang warga.

Jangan hanya berharap dari pemerintah, adakah empati dari kita untuk meringankan beban Cukpo Midah?

 

PENULIS     :     ABDULLAH GANI

Berita Terkini

Haba Nanggroe