Heading Akhirul Wahdan Hentikan Penantian 20 Tahun Skuat Porwil Aceh

BENGKULU, ACEHHERALD.com – DRAMATIS. Itulah kata yang pantas untuk lakon laga pamungkas cabang sepakbola Porwil X Bengkulu, yang mempertemukan Aceh dengan tuan rumah Bengkulu. Bertarung di bawah pressure penonton tuan rumah, serta tampil sedikit fors dan full attacking football, skuat Aceh akhirnya meraih mimpi medali emas cabang sepakola, cabor paling bergengsi. Adalah gol tunggal lewat … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

Gol semata wayang Aceh yang dicetak melalui heading Akhirul Wahdan (7) di penghujung injury time, sekaligus emas bola untuk Aceh di Porwil X Bengkulu. Foto Ist/dok

BENGKULU, ACEHHERALD.com – DRAMATIS. Itulah kata yang pantas untuk lakon laga pamungkas cabang sepakbola Porwil X Bengkulu, yang mempertemukan Aceh dengan tuan rumah Bengkulu. Bertarung di bawah pressure penonton tuan rumah, serta tampil sedikit fors dan full attacking football, skuat Aceh akhirnya meraih mimpi medali emas cabang sepakola, cabor paling bergengsi.

Adalah gol tunggal lewat heading Akhirul Wahdan pemain nomor punggung 7 yang memanfaatkan tendangan bebas dari sisi kanan tengah lapangan yang dilesakkan dengan kaki kiri Reza Santika.

Akhirul Wahdan, punggawa PS Peureulak Raya itu melompat tinggi dalam adegan skrimit di depan gawang Bengkulu, sekaligus menyambut bola tendangan bebas Reza Santika punggawa Persal  dengan kepala dan menghunjamkan ke dalam gawang tuan rumah, tanpa dapat disentuh kiper Bengkulu.

Gol garansi emas di penghujung injury time itu pun disambut histeris oleh para pendukung tim Aceh. Akhirul Wahdan dkk yang tampil dengan seragam the reds, kuasa menahan kegembiraan yang luar biasa.

Benar benar sensasional, karena gol semata wayang sebagai legitimasi medali emas itu terjadi saat injury time di menit terakhir. Akhirul Wahdan mengakhiri penantian Aceh selama 20 tahun untuk tampil kembali ke PON sekaligus meraih medali emas. Kala itu pada Porwil Jambi 1999, Aceh tampil sebagai juara sepakbola setelah di final mengalahkan Sumut.

Final itu terasa makin istimewa, karena ikut disaksikan langsung oleh Plt Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT yang membatalkan kunjungan ke Turki dan turun ke Stadion Semarak Sawah Lebar untuk menyaksikan pasukan besutan Muhmmad Azwar, Mukhlis Rasyid dan Eddy Gunawan itu bertempur dengan semangat Teuku Umar di tengah lapangan hijau.

Juga ikut mendampingi Plt Gubernur Nova, Ketua Umum KONI Aceh, Muzakir Manaf, Ketua Harian KONI Kamaruddin Abubakar, Kadispora Aceh Dedi Yuswadi.

Baca Juga:  Saatnya Mengislamkan Kaum Kafir dan Meningkatkan Kualitas Iman

Permainan kedua tim yang fors memaksa wasit Maky Akza melayangkan sedikitnya lima kartu kuning untuk kedua skuat finalis itu.

Pelatih sepak bola Porwil Aceh Muhammad Azhar secara terbuka menyatakan haru yang mendalam atas perjuangan tak kenal lelah anak asuhnya. “Terimakasih. Kalian telah memberikan segalanya untuk Aceh, di tengah segala keterbatasan yang ada. Kini kita menatap PON 2020 untuk langkah selanjutnya yang lebih berat dan menantang,” tutur Azhar.

Pria itu secara fair juga mengakui pertahanan anak anak Bengkulu yang begitu rapat, hingga gagal ditembus Reza Santika dkk yang justru menggempur tuan rumah terutama sepanjang babak kedua.

“Pertandingan ini dari menit awal sangat mengesankan. Bengkulu adalah  lawan yang kuat, tetapi alhamdulillah anak anak akhirnya memenangkan laga pamungkas ini,” kata Azhar.
Prestasi yang diraih anak anak Aceh yang notabene 90 persen pemain dari Liga 3 se Aceh itu benar benar mengejutkan banyak pihak. Betapa tidak mereka hanya berlatih bersama selama tiga pekan, dan satu bulan latihan secara desentralisasi. Karenanya wajar, jika hasil itu dianggap jauh dari ekspektasi semua pihak. Ya….anak anak Aceh telah menjalani lakon from zero to hero.

 

Penulis/editor  : Nurdinsyam

 

Berita Terkini

Haba Nanggroe