BANDA ACEH I ACEHHERALD.com – Para perantau (diaspora) Aceh Selatan, Kamis (26/10/2023) malam, melakukan konsolidasi silaturrahmi lintas komunitas, Masyarakat, Pemuda dan Mahasiswa Aceh Selatan yang ada di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Acara itu dihelat dalam bentuk pertemuan silaturrahmi dan ngopi bareng dengan Penjabat (Pj) Bupati Aceh Selatan Cut Syazalisma SSTP di Warkop Keubon Raja, Uleekareng.
Dalam pertemuan itu dibahas tentang tekad kolektif warga Aceh Selatan untuk kembali meraih status juara umum pada perhelatan budaya Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 di Banda Aceh, 4 Nopember 2023 mendatang. “Kita harus punya target untuk itu, karena kita telah pernah meraihnya. Melalui forum silaturrahmi ini kita pasang tekad bersama untuk saling mendukung merealisasikan target juara umum tersebut,” kata Syazalisma.
Pj Bupati Aceh Selatan itu juga mengajak seluruh diaspora Aceh Selatan di Banda Aceh dan Aceh Besar untuk selalu solid, karena dengan soliditas akan membuat semua persoalan mudah dipecahkan. Lebih dari itu juga jangan cepat terprovokasi dengan hal hal yang berujung konflik, terutama dengan pihak pihak eksternal.
Menyikapi hal itu, Mayjen TNI (Purn) TA Hafil Fuddin yang juga putra dari Meukek Aceh Selatan itu menawarkan konsep ‘kebangsaan’ Aceh. Dengan melihat Aceh sebagai sebuah bangsa yang terdiri atas berbagai suku, akan memunculkan ikatan emosional sebagai sebuah kesatuan besar. “Kita adalah Bangsa Aceh yang terdiri atas beberapa etnik atau suku, sangat tak elok rasa kebangsaan ini dirusak dengan hal hal yang kadang hanya terpicu dari sebuah kesalahpahaman. Mari kita galang rasa kebangsaan Aceh, untuk meminimalisir potensi konflik diantara sesama kita Aceh,” tandas Hafil yang mantan Pangdam IM itu.
Pertemuan silaturahmi dan konsolidasi yang dihadiri oleh tokoh tokoh Aceh Selatan, seperti mantan Bupati Maksalmina Ali, Prof Jasman J Maaruf, Anggota DPRA Irfanusir, Anggota DPRK Adi dan mantan Wabup Daska Azis itu juga diikuti seratusan lebih dari unsur mahasiswa, pemuda serta warga Aceh Selatan perantauan. Mereka secara tekad bulat mendukung untuk meningkatkan soliditas dan solidaritas sesama diaspora Aceh Selatan. Mereka juga berharap agar pertemuan silaturrahmi itu berkelanjutan misalnya dilakukan setiap triwulan. “Dengan cara itu akan didapat solusi cepat jika ada persoalan atau bahkan hingga pergesekan yang berpotensi memunculkan kerenggangan hingga konflik dengan pihak eksternal,” kata Maulizar, salah seorang tokoh muda Aceh Selatan.