Dampak Larangan Ekspor CPO, Harga TBS Sawit AbdyaTerjun Bebas Terkoreksi Rp 1.000/Kg

BlANGPIDIE| ACEH HERALD KEBIJAKAN Presiden Jokowi melarang ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan minyak goreng, langsung berdampak nyata pada nasib petani sawit. Salah satunya adalah terjun bebasnya harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani. Sementara di sisi lain ongkos produksi malah makin menggila. “Ini sama dengan membunuh kehidupan kami petani. Dan bukan tak mungkin … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

Foto Zainun Yusuf (acehherald.com)

BlANGPIDIE| ACEH HERALD

KEBIJAKAN Presiden Jokowi melarang ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan minyak goreng, langsung berdampak nyata pada nasib petani sawit. Salah satunya adalah terjun bebasnya harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani. Sementara di sisi lain ongkos produksi malah makin menggila. “Ini sama dengan membunuh kehidupan kami petani. Dan bukan tak mungkin lahan masa depan ini akan kami telantarkan lagi,” ujar Zulkifli, salah seorang petani sawit di Abdya.

Larangan ekspor CPO yang sangat merugikan para petani kelapa sawit di seluruh Indonesia sangat disesalkan banyak pihak.

Sejatinya, larangan ekspor CPO mulai berlaku sejak 28 April 2022 sampai batas waktu belum ditentukan.

Tapi kenyataannya pengusaha Pabrik Kelapa Sawit (PKS) segera merespon dengan menurunkan harga beli TBS sawit hanya beberapa jam setelah Presiden Jokowi mengumumkan keputusan tentang larangan ekspor CPO dan minyak goreng yang diumumkan tiga hari lalu.

Pantauan Acehherald.com di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Selasa (26/4/2022) para petani kelapa sawit setempat seperti tidak percaya kalau harga TBS tiba-tiba munukik tajam, tidak terkendali.

Foto Zainun Yusuf (acehherald.com)

Dua hari terakhir Senin dan Selasa) harga TBS sawit di tingkat petani turun beberapa kali. Awal turun Rp 100, tidak lama turun Rp 300, kemudian turun lagi Rp 300 dan ajlok lagi Rp 300 per kilogram (kg) pada Senin malam.

Sampai posisi Selasa (26/4/2022) siang tadi, agen pengepul menampung TBS sawit dari petani dengan patokan harga tidak jelas atau dengan kisaran harga Rp 1.800 sampai Rp 2.100 per kg.

Sebagai gambaran pada awal Maret lalu, TBS sawit tingkat petani Abdya, melambung tebus Rp 2.800 sampai Rp 2.850 per kg.

Baca Juga:  Vaksinasi di Ujong Serangga Berakhir Ricuh

Bahkan, harga TBS sawit yang ditampung pengusaha PKS (pabrik pengolah CPO) dari pedagang pengepul mencapai Rp 2.950 sampai Rp 3.050 per kg.

Itu berarti harga TBS sawit pasca pengumuman penerintah tentang larangan ekspor CPO dan minyak goreng, terkoreksi sekitar Rp 1.000 per kg. “Kemungkinan harga TBS turun lagi, terutama setelah tanggal 28 April. Kami terpaksa beli dengan harga murah Rp 1.800 per kg,” kata Salim, agen pengepul di Kuala Batee, Selasa siang.

Sedangkan, Koni, pedagang pengepul di Kecamatan Babahrot mengaku menampung TBS sawit Rp 2.100 per kg. Para agen mengakui petani sawit menjerit akibat harga TBS sawit terjun bebas.

Diperkirakan, areal kebun kelapa sawit milik rakyat kembali tidak terurus seperti yang terjadi dua tahun lalu. Terlebih lagi sekarang ini harga obat-obatan pertanian mengalami kenaikan dua kali lipat, terutama jenis pestisida selama enam bulan terakhir.

Agen pengepul menyebutkan, akan banyak areal kebun kelapa sawit rakyat menjadi tidak terurus akibat biaya produksi sangat tidak sebanding dengan harga TBS sawit di pasaran.

Malahan, diperkirakan usaha perkebunan sawit rakyat akan bangkrut, jika pemerintah tidak meninjau ulang larangan ekspor CPO dan minyak goreng.

 

Penulis                 : Zainun Yusuf  (Abdya)

Berita Terkini

Haba Nanggroe