
[divider style=”solid” top=”20″ bottom=”20″]
JAKARTA | ACEH HERALD
SEJARAH telah membuktikan peran perempuan dalam merebut dan mengisi kemerdekaan tidak dapat dipandang sebelah mata. Salah satunya melalui Kongres Perempuan Indonesia Pertama di Yogyakarta pada 22 Desember 1928. Perempuan Indonesia menyatukan gagasan, pendapat, dan pemikirannya mengenai peran perempuan dalam perjuangan meraih kemerdekaan. Momentum ini kemudian diperingati sebagai Hari Ibu Nasional.
Menjelang Hari Ibu Nasional 22 Desember, Hj. Rizayati mencoba berbagi sharing pengalaman nya kepada generasi perempuan milenial untuk terus berusaha menata hidup dan membangun keluarga, bangsa dan negara yang dicintainya.
Hj Rizayati SH MM, tokoh perempuan Indonesia asal Aceh yang juga seorang pengusaha nasional yang telah ikut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia, mengingatkan, kaum perempuan harus sadar dan bangkit dari keterpurukan, keterbelakangan maupun mitos yang membelenggu kehidupannya.
Dikatakan Rizayati, kepada Aceh Herald, Selasa (8/12/2020), makna Hari Ibu bagi dirinya adalah mengenang betapa sejarah panjang perjuangan kaum perempuan sejak era kolonial hingga dasawarsa ini. Dimana perempuan ingin mewujudkan peranan, kedudukan, dan kesetaraan gender dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Kaum perempuan harus sejajar dengan kaum lelaki dalam hal pendidikan, pergaulan, kedudukan dan karier dalam kehidupan dengan tetap memperhatikan ketentuan maupun batas-batasan Sunnatullah yang disyari’atkan kepadanya,” ajak Hj Rizayati kepada generasi perempuan menyongsong peringatan Hari Ibu Nasional 22 Desember 2020 yang tahun ini genap 92 tahun itu.
Ia mencontohkan, sebagaimana kodrat seorang ibu yang melahirkan, mendidik anak, atau menghormati suaminya. Akan tetapi hal itu tidak membatasi pergerakan perempuan untuk tampil dan meraih sesuatu di ruang publik.
Terkait fenomena instan yang sering terjadi misalnya kasus-kasus pergaulan bebas yang berujung perbuatan melawan hukum seperti prostitusi dan lainnya, Hj.Rizayati mengaku miris.
Selain itu, Hj Rizayati juga menyoroti masalah eksploitasi. Penggagas program Indonesia Terang ini blak-blakan menyebut eksploitasi terhadap kaum perempuan masih saja terus dilakukan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.(*)
PENULIS : FERIZAL HASAN