Sigupai Singgah: Tempat Berteduh dan Menjaga Harapan ‘Puleh’ bagi Warga Abdya

Di balik dinding sederhana Rumah Sigupai Singgah, tersimpan harapan bagi keluarga kecil dari pelosok Abdya yang berjuang mendampingi orang tercinta menjalani pengobatan di Banda Aceh—tanpa lagi dibebani soal tempat tinggal.
Bupati Aceh Barat Daya, DR. Safaruddin saat memberikan sambutan peresmian Sigupai Singgah (photo: Andika)

Iklan Baris

Lensa Warga

BANDA ACEH — Kamis pagi yang cerah di Jalan Ayah Hamid No. 19, Lampriet, Banda Aceh, menjadi saksi sebuah peristiwa kecil tapi berarti besar bagi warga Aceh Barat Daya (Abdya).

Sebuah rumah sederhana berpagar putih dibuka secara resmi oleh Bupati Aceh Barat Daya, Dr. Safaruddin, M.S.P. Bukan rumah mewah, bukan pula kantor elit—melainkan sebuah tempat singgah, rumah yang diniatkan menjadi pelipur lara bagi mereka yang tengah berjuang: Rumah Sigupai Singgah.

Di luar, spanduk peresmian terpasang sederhana, tapi di dalamnya hadir harapan yang mengalir deras. Rumah ini bukan sekadar bangunan fisik; ia adalah simbol dari kehadiran Pemerintah Abdya di saat warganya terluka dan terdesak.

Untuk Mereka yang Menunggu dan Bertahan

Setiap hari, Banda Aceh menjadi tujuan rujukan pasien dari berbagai kabupaten, termasuk Abdya. Tak sedikit keluarga pasien yang kebingungan mencari tempat tinggal selama proses pengobatan. Rumah kontrakan terlalu mahal, kos-kosan tidak selalu tersedia. Sementara di lorong-lorong rumah sakit, sering kali kita lihat sosok-sosok yang tidur beralaskan tikar, menunggu keluarganya yang sedang dirawat.

“Rumah Sigupai Singgah ini adalah wujud kepedulian pemerintah terhadap rakyatnya yang dalam kesulitan,” ujar Bupati Safaruddin dalam sambutannya. Suaranya terdengar lantang tapi sarat empati. Ia menyebutkan bahwa rumah ini akan menyediakan tempat tidur, dapur umum, kamar mandi, hingga makanan bagi warga kurang mampu yang datang dari Abdya.

Lebih dari Sekadar Nama

Nama “Sigupai” bukan pilihan sembarangan. Diambil dari nama padi khas Abdya, Padi Sigupai, rumah ini ingin membawa identitas dan kebanggaan lokal dalam setiap detaknya. “Kita ingin menunjukkan bahwa Abdya punya karakter. Rumah ini bukan sekadar tempat, tapi bagian dari narasi kita sebagai masyarakat Abdya,” tambah Safaruddin.

Baca Juga:  Polres Aceh Timur Cokok Sindikat Curanmor dan Pemalak Pulsa

Lebih lanjut, ia membocorkan rencana pembangunan lain yang akan membawa nama Sigupai, seperti Sport Center Arena Sigupai dan Legend Sigupai. Semua bagian dari visi Arah Baru Abdya Maju yang ia usung bersama wakilnya, Zaman Akli.

Disambut Hangat oleh Diaspora Abdya

Peresmian Rumah Sigupai Singgah tidak berlangsung biasa-biasa saja. Para tokoh masyarakat Abdya yang berdomisili di Banda Aceh hadir hampir lengkap. Dari mantan Pangdam IM, Mayjen (Purn) T. Hafiful Fuddin, hingga aktivis Yayasan Bakti Bina Susoh dan tokoh-tokoh IKAMABDYA lainnya, semua tampak antusias.

“Ini bukti bahwa meski berjauhan dari kampung halaman, semangat kolektif untuk memajukan Abdya tetap kuat,” ucap Safaruddin.

Tempat yang Menghadirkan Rasa Dipedulikan

Bagi keluarga pasien, rumah singgah ini lebih dari sekadar tempat tinggal. Ia menghadirkan rasa: rasa ditolong, rasa dianggap, dan rasa bahwa mereka tidak sendiri. Rumah Sigupai Singgah ingin menjadi tempat di mana mereka yang lelah bisa beristirahat, mereka yang bingung bisa menemukan arah, dan mereka yang putus asa bisa mengumpulkan kembali harapan.

“Ini baru awal,” kata Safaruddin sambil menatap bangunan mungil di hadapannya. “Lima tahun ke depan, Sigupai Singgah akan terus kita kembangkan.”

Di tengah hiruk-pikuk kota dan riuh suara ambulans rumah sakit, Rumah Sigupai Singgah hadir sebagai jeda. Sebuah ruang kecil untuk bernapas sejenak di tengah pergulatan besar melawan sakit dan keterbatasan ekonomi. Di sana, Abdya tak hanya hadir lewat nama—tetapi lewat aksi nyata yang bisa dirasakan langsung oleh warganya.

Berita Terkini

Haba Nanggroe