Ternyata Begini Bentuk Hilal yang Menandakan Awal Bulan Hijriah

Hilal biasanya diamati pada hari ke-29 dari bulan Hijriah. Jika terlihat usai matahari tenggelam, berarti keesokan harinya adalah awal bulan baru.
Foto: dok. BMKG

Iklan Baris

Lensa Warga

JAKARTA | ACEHHERALD.COM – Awal bulan-bulan Hijriah dapat ditentukan dengan rukyat atau rukyatul hilal. Metode ini biasa dijadikan acuan saat menetapkan 1 Ramadhan dan 1 Syawal dalam sidang isbat yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) setiap tahunnya.

Metode rukyat merujuk pada melihat hilal atau bulan baru di ufuk pada posisi ketinggian tertentu menggunakan mata langsung ataupun dengan bantuan alat seperti teropong, dilansir laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Akan tetapi yang masih dipertanyakan, bagaimana ya bentuk hilal?

Bentuk Hilal

Dikutip dari laman Kemenag Provinsi Bali, hilal adalah bulan sabit muda pertama yang muncul setelah terjadinya konjungsi (ijtimak). Bulan sabit dapat dikatakan hilal apabila terlihat ketika matahari terbenam pada fase pergantian bulan dalam kalender Islam.

Hilal biasanya diamati pada hari ke-29 dari bulan Hijriah. Jika terlihat usai matahari tenggelam, berarti keesokan harinya adalah awal bulan baru.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang sekarang melebur jadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkap bahwa hilal merupakan satu dari beberapa fase bulan. Lebih tepatnya setelah fase bulan baru atau new moon, dikutip dari catatan detikEdu.

Merujuk modul Bulan dan Karakteristiknya oleh Harlinda Syofyan, berikut penjelasan fase-fase bulan:

1. Fase Bulan Baru (New Moon)
Ini adalah fase di mana bulan tidak terlihat. Hal tersebut terjadi karena bulan tidak menerima sinar dari matahari. Alhasil, bulan jadi berwarna gelap dan tak terlihat. New moon berlangsung saat bulan berada di posisi 0 derajat.

2. Fase Sabit Muda (Waxing Crescent)
Fase inilah yang disebut hilal. Pada fase ini, kurang dari setengah bagian bulan terkena pantulan cahaya matahari. Sehingga bulan akan tampak melengkung seperti sabit.

Baca Juga:  Menteri Investasi dan Nova Bahas Kelanjutan Investasi UAE di Aceh

Menurut kriteria baru yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), visibilitas hilal (imkanur rukyat) memenuhi syarat jika posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.

Jika syarat tersebut terpenuhi maka hari berikutnya adalah awal bulan baru dalam kalender Islam.

3. Fase Kuartal Pertama (First Quarter)
Pada fase kuartal pertama, bulan berada di posisi 90 derajat dengan bentuknya yang terlihat setengah lingkaran. Fase ini diperkirakan terjadi pada hari ke-8 setiap bulan.

4. Fase Cembung Awal (Waxing Gibbous)
Fase ini terjadi sekitar hari ke-11. Setengah bagian bulan tampak lebih besar dari fase sebelumnya dan posisi bulan ada di 135 derajat.

5. Fase Bulan Purnama (Full Moon)
Fase purnama terjadi pada hari ke-14 dan saat bulan terletak di posisi 180 derajat. Pada fase ini, bulan terlihat seperti lingkaran penuh yang sempurna. Ini karena bulan berada pada sisi yang berlawanan dengan bumi sehingga cahaya matahari terpantul sepenuhnya ke bulan.

6. Fase Cembung Akhir (Waning Gibbous)
Masuk fase ini, bentuk bulan akan tampak mengecil dari fase sebelumnya. Ini terjadi sekitar hari ke-17 dan ketika bulan ada di posisi 225 derajat.

7. Fase Kuartal Ketiga (Third Quarter)
Pada fase ini, bulan kembali terlihat jadi setengah bagian. Fase kuartal ketiga biasanya terjadi pada hari ke-21, saat bulan terletak di posisi 270 derajat.

8. Fase Sabit Tua (Waning Crescent)
Ini adalah fase terakhir, dan itu artinya kalender bulan akan berganti. Pada fase sabit tua, bulan kembali berbentuk sabit seperti fase new moon. Ini karena bulan berada di posisi 315 derajat. Fase ini diperkirakan terjadi tiap bulannya pada hari ke-25.

Baca Juga:  Istana Gelar Geladi Kotor Upacara HUT Ke-78 RI, Begini Suasananya

Sumber: detik.com

Kata Kunci (Tags):
hilal, hijriah, kalender Islam,

Berita Terkini

Haba Nanggroe