
KABUL | ACEH HERALD-
Teka-teki siapa pemimpin Afghanistan ke depan, paska hengkangnya Presiden Ashraf Ghani, masih sulit ditebak? Sejumlah tokoh pergerakan di kalangan Taliban yang kini kembali menguasai Afghanistan bermunculan.
Abdul Ghani Baradar kini menjadi tokoh sentral atas kekuasaan di Afganistan. Ia diperkirakan bakal memimpin Emirat Islam Afganistan, yang merupakan negara resmi setelah Taliban kembali menguasainya.
Siapa Baradar? Ia pernah dipenjara Pakistan atas permintaan Amerika Serikat pada tiga tahun lalu. Ketika 20 tahun petualangan militer AS ambruk dalam sebuah hari dramatis, Minggu (15/8/2021), Abdul Ghani Baradar berada di Qatar. Lelaki pejuang dan ahli strategi diterbangkan dari Doha, Qatar.
Ia diamanatkan mengambil alih kekuasaan usai larinya Presiden Ashraf Ghani ke luar negeri.
Melansir Suara.com, salah seorang tokoh pendiri Taliban itu diplot menjadi pemimpin Emirat Islam Afganistan yang baru dideklarasikan.
Meski saat ini, Haibatullah Akhundzada masih menjadi episentrum pergerakan para talib, sejak pendahulunya Mullah Mansour Akhtar, meninggal pada 2016.
Baradar adalah pemimpin politik dan tokoh Taliban yang paling dikenal di dalam dan luar negeri. Baradar lahir di Provinsi Uruzgan dan dibesarkan di Kandahar yang awal mula pergerakan Taliban.
Masa kecilnya dibebani oleh pertumpahan darah selama invasi Uni Soviet pada dekade 1970an, yang membuatnya mengangkat senjata.
Seisi negeri terjerembab dalam perang antar warlords pasca hengkangnya Uni Soviet, ia membantu saudara iparnya, Mohammad Omar, dengan membuka sebuah pesantren pembentukan kekhalifahan Islam.
Kekuatan Taliban kian menggurita, hingga menyita perhatian dinas rahasia Pakistan.
Di periode awal masa keemasan tersebut, Baradar dianggap sebagai ahli strategi juga arsitek kejayaan Taliban.
Menyusul invasi Amerika Serikat pada 2001, Baradar dikabarkan mendekati Presiden Hamid Karzai guna menawarkan kesepakatan untuk pengakuan Taliban.
Dia akhirnya ditangkap di Pakistan pada 2010 dan dibebaskan atas desakan Presiden AS Donald Trump, 2018.
Saat itu militer AS meyakini Baradar cenderung berpandangan moderat bisa memimpin tim negosiasi Taliban.
Ia pun tinggal di Doha, Qatar, hingga penaklukan Kabul pada 15 Agustus 2021.
Meski berstatus pemimpin umat, Baradar bakal berbagi kekuasaan dengan Haibatullah Akhundzada yang merupakan pemimpin resmi Taliban.
Sang mullah selama ini dikenal sebagai tokoh spiritual, ketimbang komandan perang Taliban. Usai diangkat pada 2016 silam, Akhundzada menerima baiat kesetiaan dari pemimpin Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri yang menjuluki sebagai “Amir al-Mu’minin.”
Pengakuan gembong Al-Qaeda itu diyakini menempatkannya dalam posisi elit dalam gerakan jihad dan di antara sekutu-sekutu lama Taliban.
Sang mullah dianggap berhasil menyatukan kembali gerakan militan yang sempat cerai berai pada serangan Amerika Serikat dan militer Afganistan itu.
Tokoh lain Taliban termasuk paling berpengaruh adalah Sirajuddin Haqqani yang memimpin kelompok teror, Jaringan Haqqani, yang ditakuti.
Saat ini berstatus wakil pemimpin Taliban dan diakui sebagai salah satu komandan perang paling disegani di Afganistan.
Di saat pemerintahan Taliban belum terbentuk, Wakil Presiden pertama Afghanistan, Amrullah Saleh mengumumkan dirinya sebagai penjabat Presiden sementara yang sah. Ini setelah Presiden Ashraf Ghani kabur dari negaranya usai pejuang Taliban menguasai ibu kota Kabul.

Amrullah Saleh memang dikenal amat vokal menentang Taliban. Dalam cuitannya di Twitter, Selasa (17/8/2021), ia mengatakan, secara aturan kenegaraan, maka dirinyalah yang duduk sebagai pemimpin tertinggi yang sah apabila presiden tidak ada.
“Menurut aturan jelas Konstitusi Republik Islam Afghanistan, dalam hal presiden tidak hadir, melarikan diri atau meninggal, wakil presiden pertama akan menjadi penjabat Presiden,” ujar Saleh dalam cuitannya.
“Saya berada di dalam negeri dan saya secara hukum dan sah bertanggung jawab atas posisi ini. Saya berkonsultasi dengan semua pemimpin negara untuk memperkuat posisi ini,” sambungnya.
Selain menyatakan sebagai pemimpin Afghanistan yang sah, Amrullah Saleh juga mengkritik pernyataan Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menyebut penguasaan Taliban adalah karena para pemimpin Afghanistan telah menyerah.
“Tidak ada gunanya berdebat dengan Presiden AS soal Afghanistan sekarang. Biarkan dia mencernanya. Kami di Afghanistan mesti membuktikan bahwa Afghanistan bukanlah Vietnam dan Taliban bahkan tidak jauh seperti Viet Cong,” kata Saleh.
“Tidak seperti AS/NATO, kami tidak kehilangan semangat dan melihat peluang besar di depan. Peringatan yang tidak berguna telah selesai,” sambungnya.