Selamat Datang Maret, Awal Mula Pancaroba dan Pudarnya El Nino

Pada Maret, BMKG memprakirakan wilayah yang mengalami puncak musim hujan turun drastis dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada bulan ini hanya terdapat 36 ZOM (5,15 persen) yang mengalami puncak musim hujan.
Ilustrasi. Pancaroba diprediksi terjadi mulai Maret meski cuaca esktrem masih berpotensi melanda. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Iklan Baris

Lensa Warga

JAKARTA | ACEHHERALD.COM – Maret diprakirakan jadi awal periode transisi buat sejumlah fenomena iklim, termasuk musim hujan dan El Nino. Cuaca ekstrem pun diprediksi masih ramai terjadi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap Indonesia bagian selatan bakal mengalami masa pancaroba atau peralihan musim hujan ke musim kemarau pada Maret hingga April.

“Mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April,” tutur Kepala BMKG Dwikora Karnawati dalam siaran pers para pada, Minggu (25/2).

BMKG juga menyebut puncak musim hujan sudah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, terutama bagian selatan Indonesia yang lebih dekat ke Benua Australia yang jadi sumber Angin Monsun Australia pembawa udara kering.

“Berdasarkan analisa dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG didapati bahwa saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia,” ujar Dwikorita.

Dalam Prakiraan Musim Hujan 2023/2024 di Indonesia, BMKG menuturkan puncak musim hujan terjadi pada Januari-Februari.

Februari menjadi bulan dengan wilayah terbanyak yang mengalami puncak musim hujan, yakni 215 Zona Musim (ZOM) atau mencapai 30,76 persen total wilayah RI.

Pada Maret, BMKG memprakirakan wilayah yang mengalami puncak musim hujan turun drastis dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada bulan ini hanya terdapat 36 ZOM (5,15 persen) yang mengalami puncak musim hujan.

Yakni, 8 ZOM di Sumatra, 5 ZOM di Jawa, 4 ZOM di Kalimantan, 13 ZOM di Bali dan Nusa Tenggara, 4 ZOM di Sulawesi, serta 2 ZOM di Maluku dan Papua.

Kapan kemaraunya?

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab mengatakan transisi ke musim kemarau di Indonesia secara umum terjadi pada Mei.

Baca Juga:  KPU: Pendaftaran Calon Independen Pilkada 2024 Dibuka 5 Mei

“Kita mulai memasuki transisi ke periode musim kemarau itu pada bulan Mei. Ini daerah-daerah yang perlu menjadi kewaspadaan kita, seperti Jawa Tengah bagian Timur, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, curah hujan sudah dalam kategori rendah di bulan Mei. Ini kaitannya dengan penanaman tanaman pangan,” tutur dia dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2024 yang disiarkan di YouTube Kementerian Dalam Negeri, Senin (5/2).

Meski demikian, kata Fachri, sudah ada beberapa wilayah yang mengalami kemarau lebih dulu pada Februari. Yakni, Aceh, Riau, Sumatra Utara bagian Timur.

“Karena di daerah itu memang terjadi dua kali musim hujan dan saat ini sudah masuk musim kemarau yang kedua,” jelasnya.

El Nino netral

International Research Institute for Climate and Society (IRI) menuturkan fenomena ‘pengering hujan’ El Nino, berdasarkan sejumlah prediksi model iklim, mulai mereda alias jadi netral (0,5 derajat C hingga -0,5 derajat C) pada Maret.

Rinciannya, kondisi El Nino Southern Oscillation (ENSO) netral itu berpeluang besar (66 persen) pada periode April-Mei-Juni (AMJ) dan Mei-Juni-Juli (MJJ).

Pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA), IRI mengungkap peluang El Nino bahkan makin mengecil, yakni cuma 7 persen.

Meski begitu, berbagai lembaga meteorologi, termasuk BMKG dan World Meteorology Organization (WMO), memprediksi El Nino benar-benar ‘hilang’ pada April.

Cuaca ekstrem

BMKG, dalam prospek cuaca seminggu ke depan periode 1–7 Maret, tetap memperingatkan potensi cuaca ekstrem, seperti puting beliung, di banyak daerah, termasuk Jakarta.

“PERINGATAN DINI: Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll) dan dampak yang dapat ditimbulkannya,” menurut keterangan lembaga.

“Seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohontumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan.”

Baca Juga:  Terjaring Polisi di Kamar Hotel, Ngaku Tante - Ponakan, Ternyata Pasangan Mesum

Pemicunya adalah beberapa fenomena atmosfer yang signifikan.

Pertama, fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang aktif pada fase 3 (Samudera Hindia) yang signifikan terhadap peningkatan curah hujan di bagian barat RI dan bergerak ke Indonesia timur.

Kedua, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial yang diprakirakan aktif di Aceh, Sumatra bagian utara hingga tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Kep. Maluku, dan Papua Barat.

Ketiga, pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk daerah pertemuan angin (konfluensi) memanjang dari NTT hingga Laut Timor.

Keempat, Sirkulasi Siklonik di Samudra Hindia sebelah barat Banten yang membentuk daerah pertemuan dan perlambatan percepatan angin (konvergensi), contohnya, di Samudra Hindia selatan Jawa Barat hingga barat Banten.

Sumber: CNNIndonesia.com

Kata Kunci (Tags):
bmkg, prakiraan cuaca, musim hujan, pancaroba, el nino, la nina, cuaca ekstrem, puting beliung,

Berita Terkini

Haba Nanggroe