Nostalgi dan Asa Seorang Amal Hasan untuk Aceh Jaya

SUNSET mulai jatuh ke pelukan bumi dari balik bukit kecil yang lazim disebut Batee Tutong, tak jauh dari bibir pantai yang juga jamik dikatakan Pantai Batee Tutong yang masih terhitung di kawasan jantung Kota Calang, Aceh Jaya. Kami berbicara seputar nostalgi seorang Amal Hasan, tentang laut lepas seputar Batee Tutong yang punya misteri dihuni oleh … Read more

Amal Hasan.

Iklan Baris

Lensa Warga

SUNSET mulai jatuh ke pelukan bumi dari balik bukit kecil yang lazim disebut Batee Tutong, tak jauh dari bibir pantai yang juga jamik dikatakan Pantai Batee Tutong yang masih terhitung di kawasan jantung Kota Calang, Aceh Jaya.

Kami berbicara seputar nostalgi seorang Amal Hasan, tentang laut lepas seputar Batee Tutong yang punya misteri dihuni oleh seekor ular raksasa dalam gua yang membelah kaki bukit mini itu,  serta obsesinya tentang Aceh Jaya ke depan. Rintik gerimis mewarnai rehat kami sejenak menunggu waktu berbuka di penghujung Ramadhan 1444 H. Amal Hasan salah seorang mantan bankir yang baru saja menyelesaikan masa tugasnya yang panjang sebagai profesional di Bank Aceh Syariah, bercerita panjang lebar tentang noltalginya tentang masa kecil di Kota Calang, tempat ia dibesarkan dengan segenap kasih sayang.

Buah hati dari Ibrahim yang seorang guru dengan Rakibah itu menjalani masa kecilnya yang manis di seputaran Kota Calang, yang memiliki garis pantai memesona. “Ayah mengajar kami menjadi anak yang mengenal laut secara mandiri. Kami dilepas melaut sendiri, termasuk mengoperasikan mesin boat hingga mampu mengarungi lautan sendiri,” tutur Amal Hasan, figur kelahiran 1 Oktober 1968 itu.

Berbai dengan anak yatim.

Amal yang meninggalkan Kota Calang setamat SMP dan mengadu nasib di Ibukota Provinsi Aceh itu, bercerita tentang bagaimana ia ‘hilang’ selama 10 jam di laut lepas, hanya karena iseng melaut dengan BBM yang terbatas. “Kala itu bersama abang, kami menghidupkan boat, setelah ayah pulang melaut. Ayah tak melarang, kami pun melaju ke tengah bentang samudera. Tanpa sadar kami melaju ke tengah lalu kehabisan bahan bakar. Batas pandang hanya garis horison, tak tampak Gunong Kuali yang selama ini menjadi titik arah. Nyaris sepuluh jam kami terombang ambing dan kemudian ditemukan oleh ayah bersama tim pencari dari gampong,” ulas Amal mengenang.

Baca Juga:  Trump: Yahudi Amerika Serikat tak Suka Israel

Amal kecil dan abangnya ketakutan luar biasa dengan amarah sang ayah. Namun yang terjadi justru di luar dugaan, tak ada satu patah katapun yang meluncur dari bibir Guru Ibrahim, sosok yang paling dikagumi dan diidolakannya. Akhirnya Amal dan sang abang sadar jika sang ayah sebenarnya sedang memperkenalkan kehidupan laut yang keras, dan ia diberi pilihan, apakah meneruskan tradisi sebagai keluarga nelayan. Walhasil pilihan didapat, Amal kecil berangkat ke Banda Aceh, hingga akhirnya meniti kehidupan sebagai seorang praktisi perbankan.

Amal menyadari, di samping cinta yang kuat kepada hembusan angin laut yang sesekali berubah menjadi badai itu, sang ayah mengirim sinyal, jika profesi guru saja tak bisa dijadikan sebagai penopang utama ekonomi keluarga. Butuh lahan kehidupan pendamping. Dan itu adalah hamparan laut yang luas yang memeluk Kota Calang lewat sebuab teluknya.

Suara lantunan ayat suci dari meunasah dan mesjid mulai menggema, warga juga telah banyak memadati kawasan Pasie Luwah yang menjadi zona kuliner, untuk berbuka puasa. Kami terus berbincang sembari menanti sunset terbenam dalam pelukan garis horizon. Amal secara terbuka mengemukakan obsesinya tentang Aceh Jaya. “Sebagai seorang yang punya basis ekonomi, saya ingin agar Aceh Jaya yang punya potensi ekonomi yang kuat ini bisa menjadi sebuah kawasan pertumbuhan di Barat Selatan Aceh. Dan ini menjadi mimpi saya sejak lama. Mewujudkan Aceh Jaya yang bal datun thayibatun waraabun ghafuur,” kata suami dari Aida Tuti ini.

Bukber dengan Ipelmaja, ACeh Jaya di Pantai Batee Tutong.

Ayah dari Fatih A Mutawakkil dan Shanaz Annur Fathanah itu ingin mengulang masa kecilnya di Aceh Jaya, namun kini dalam posisi sebagai pelaku bukan sebagai sosok penonton. Guru Ibrahim telah mengajarkan dirinya bagaimana menjadi sosok petarung di laut lepas, hingga hilang jejak selama 10 jam.

Baca Juga:  Selama Ramadhan Polres Aceh Tengah Terjunkan Ratusan Personel, Ada Apa?

Sebagai wujud kepedulian itu, dalam skala kecil, Amal bersama keluarga memberikan santunan untuk kaum yatim di Masjid Besar Kota Calang, Aceh Jaya di penghujung Ramadhan 1444 H.

Kami terus bercerita ketika cahaya merah saga meluncur dari ufuk barat. Lamat lamat terdengar suara azan. Kami lalu bergabung dengan dengan anak anak muda yang berhimpun dalam Ippelmaja, dari seluruh kecamatan yang di Aceh Jaya dan berbuka bersama, dengan menu ala anak milenial, ayam geprek.

Debur ombak mengiringi acara berbuka dan dilannjutkan makan malam itu. Kelambu malam mulai terbentang menutup bumi. Usai shalat Magrib, kami lalu berpisah. Ada harap dan doa yang tersisa, semoga obsesi seorang Amal Hasan tentang masa depan tanah kelahirannya terwujud. Ya…..harap seorang anak manusia yang lahir dan besar di bibir pantai Kota Calang, Kecamatan Krueng Sabe.

 

Berita Terkini

Haba Nanggroe