Mungkinkah Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Tembus 20 Ribu Lebih?

JAKARTA | ACEHHERALD – Korban gempa Turki dan Suriah hingga kini terus bertambah. Per Kamis (9/2), jumlah korban sudah mencapai lebih dari 16 ribu jiwa. Jumlah ini sudah melampaui prediksi Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) yang memperkirakan 10 ribu orang meninggal dunia akibat bencana ini. Korban yang terus bertambah secara signifikan ini pun juga disebut-sebut bisa … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

JAKARTA | ACEHHERALD – Korban gempa Turki dan Suriah hingga kini terus bertambah. Per Kamis (9/2), jumlah korban sudah mencapai lebih dari 16 ribu jiwa.

Jumlah ini sudah melampaui prediksi Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) yang memperkirakan 10 ribu orang meninggal dunia akibat bencana ini.

Korban yang terus bertambah secara signifikan ini pun juga disebut-sebut bisa melampaui prediksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Anggota situasi darurat WHO untuk Eropa, Catherine Smallwood, sebelumnya memperkirakan jumlah kematian akibat gempa Turki-Suriah bisa mencapai 20 ribu jiwa.

Berikut ini sejumlah indikasi korban gempa Turki-Suriah bisa lampaui 20 ribu jiwa.

Ribuan bangunan lama rusak karena struktur tak tahan gempa. Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD) melaporkan 5.775 bangunan rusak usai gempa menerjang.

Banyak bangunan yang runtuh dan menyisakan puing-puing di 10 provinsi Turki.

Sebagian besar bangunan yang roboh di Turki diyakini tak dibangun dengan desain tahan gempa.

Seorang ahli geologi dan manajemen bencana di Pusat Manajemen Bencana Universitas Bournemouth, Henry Bang, mengatakan bangunan yang runtuh begitu saja kala gempa mengguncang membuktikan bahwa sebagian besar bangunan di Turki tak punya fitur relevan anti-gempa.

“Beberapa bangunan runtuh begitu saja ke tanah sementara banyak bangunan [bertingkat] runtuh seperti tumpukan kartu. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar bangunan tidak memiliki fitur relevan untuk memberikan stabilitas saat terjadi gempa,” ujarnya, seperti dikutip The Guardian.

Dia kemudian mengatakan, “Bangunan yang temboknya roboh ke tanah mungkin adalah bangunan yang sangat tua yang dibangun dengan bahan yang relatif lebih lemah. Bangunan [bertingkat] yang runtuh seperti tumpukan kartu mungkin tidak dibangun dengan fitur desain tahan gempa.”

Baca Juga:  Rudal Anti-kapal Buatan Turki Berhasil Capai Target Tes

Padahal, Turki sudah punya regulasi tentang standar bangunan, yakni mesti tahan gempa. Aturan itu dibuat setelah sejumlah gempa bumi mengguncang negara itu hingga meluluhlantakkan sebagian besar bangunan.

Banyak yang menilai aturan itu tak dijalankan dengan baik. Karenanya, ribuan bangunan kini banyak dilaporkan hancur lebur.

Kerusakan bangunan ini pun menjadi salah satu tanda bahwa korban gempa Turki bisa lebih dari 20 ribu jiwa. Sebab, banyak warga yang hingga kini masih hilang karena tertimbun puing-puing bangunan.

Korban dalam jumlah besar terus dilaporkan
Jumlah korban gempa baik di Turki maupun Suriah masih terus bertambah. Hingga kini, korban di kedua negara sudah tembus 16 ribu lebih jiwa.

Laporan korban itu pun datang dalam waktu yang cukup berdekatan. Walhasil, jumlah korban tewas dalam beberapa waktu mendatang berpeluang melebihi 20 ribu.

Cuaca ekstrem

Cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah Turki, termasuk daerah terdampak gempa, juga menjadi salah satu tanda bahwa korban jiwa bisa melampaui 20 ribu.

Para ahli menilai korban selamat sebetulnya bisa bertahan hingga satu minggu atau lebih. Namun, itu tergantung kondisi luka mereka, posisi mereka terjebak, dan kondisi cuaca.

“Orang-orang dengan luka berat, termasuk cedera akibat benturan dan tubuh yang teramputasi, memiliki peluang hidup yang paling kritis,” kata George Chiampas, spesialis pengobatan darurat di sekolah kedokteran Feinberg Universitas Northwestern, seperti dikutip AP News.

“Jika kamu tidak menyelamatkan mereka dalam waktu satu jam, selama golden hour (waktu kritis), peluang korban bertahan hidup akan sangat rendah.”

Otoritas dinilai lamban

Tanda bahwa korban bisa mencapai lebih dari 20 ribu jiwa juga salah satunya karena otoritas berwenang dinilai lamban menangani pasca-gempa.
Sejumlah warga Turki merasa frustrasi dan marah terhadap penanganan pihak berwenang yang disebut tak gesit.

Baca Juga:  Terus Merangkak, Kasus Covid-19 di Pidie

Tim penyelamat dilaporkan baru tiba di lokasi bencana 12 jam setelah gempa terjadi. Menurut para penduduk, sesampainya di lokasi pun, tim hanya bekerja beberapa jam sebelum istirahat malam.

“Orang-orang memberontak [pada Selasa] pagi. Polisi harus turun tangan,” kata salah satu warga Turki, Celal Deniez, seperti dikutip AFP, Rabu (8/2).

Melanda wilayah padat penduduk

Gempa bermagnitudo 7,7 itu paling terasa di Gaziantep, Turki, dan Aleppo, Suriah. Dua wilayah itu merupakan kawasan padat penduduk.

Di Gaziantep, populasi tercatat sekitar 1,8 juta jiwa. Sementara di Aleppo, tercatat sekitar 2,2 juta jiwa.

Beberapa provinsi lain yang terdampak dan memiliki banyak penduduk yakni Adana (Turki) dengan 1,8 juta jiwa dan Hatay (Turki) dengan 1,6 juta jiwa.

Dengan banyaknya jumlah penduduk, kemungkinan korban jiwa lebih dari 20 ribu sangat memungkinkan.

Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Turki dan Suriah bisa melaporkan diri melalui portal peduli WNI secara online di situs www.peduliwni.kemlu.go.id.

Sementara itu, bagi keluarga yang ingin menghubungi kerabat atau rekan di Turki, bisa menghubungi hotline perlindungan WNI di Ankara, yakni +90 532 135 22 98.

Untuk di Suriah, dapat menghubungi hotline perlindungan WNI di Damaskus, yakni +963 954 444 810.

Sumber: CNN Indonesia

Berita Terkini

Haba Nanggroe