TAKENGON I ACEHHERALD.com – Puluhan ekor gajah liar memasuki pemukiman warga Kampung Pantan Reduk, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, Rabu, (15/11/23) lalu.
Kehadiran kawanan hewan bertubuh besar dan bertelinga lebar ini memporak-porandakan kebun dan beberapa rumah penduduk sehingga sekitar 50 KK warga Pantan Reduk terpaksa mengungsi akibat amukan kawanan gajah liar tersebut.
Pasca beberapa hari terjadi komplik antara gajah dan masyarakat ini, keadaan sedikit mulai kondusif, dimana dikabarkan saat ini kawanan gajah tersebut belum juga bergeser dari pemukiman warga, meski sudah dilakukan penghalauan oleh warga dan pihak terkait.
Ada hal menarik di saat peristiwa konflik antara gajah dan warga Pantan Reduk sedang berlangsung, kejadian unik nan mengharukan terjadi kawasan terujung dari Kabupaten Aceh Tengah tepatnya di Kampung Karang Ampar tetangga Kampung Pantan Reduk.
Kisah mengharukan dan heroik tersebut adalah dimana disaat kawanan gajah sedang memporak-porakan kawasan pemukiman warga Pantan Reduk, masyarakat Kampung Karang Ampar yang merupakan tetangga dekat dari Kampung Pantan Reduk tersebut malah menemukan seekor anak gajah liar berjenis kelamin jantan dengan kondisi luka-luka berkeliaran di permukiman mereka.
Meski kebun dan rumah warga kampung tetangga mereka porak-poranda diamuk kawanan hewan yang dalam bahasa Gayo disebut Abang Kul hingga warga sempat dipaksa mengungsi, namun tidak menyurutkan antusias masyarakat Karang Ampar untuk merawat dan memberi makan anak gajah yang terpisah dari rombongannnya dan dalam keadaan terluka itu.
Informasi terkait adanya aksi merawat anak gajah tersebut diperoleh dari Ketua Relawan Tim Pengaman Flora dan Fauna (TPFF) Karang Ampar, Muslim.
Kepada awak media Muslim mengatakan, bahwa anak gajah liar dengan kondisi luka di bagian kepala dan kaki depan yang berkeliaran di pemukiman warga Kampung Karang Ampar sejak Minggu sore kemarin.
“Kami tidak tahu penyebab luka yang didera anak gajah itu, yang kami lihat, anak gajah itu terpisah dari rombongan yang jumlahnya diperkirakan sebanyak 20 ekor,” ujar Muslim, Senin (20/11/23).
Masih menurut penuturan Muslim, bahwa dalam beberapa hari ini kawan gajah liar itu sempat memporak-porandakan Kampung Pantan Reduk. Menyebankan sekitar 15 unit rumah warga di dusun Luk Meulaboh dan dusun Baro Aman rusak, hingga warga setempat mengungsi.
Pasca kerusakan akibat amukan gajah liar tersebut, tim BKSDA Aceh langsung turun kelokasi guna melakukan pengiring, namun sayang, berdasarkan informasi yang diterima, Minggu kemarin tim sudah pulang.
“Kita akui bahwa tim BKSDA sudah berupaya melakukan pengiringan, namun kawan gajah liar itu belum berhasil keluar bahkan jangkauannya makin meluas hingga kesejumlah dusun lainnya,” ungkap Muslim.
Muslim mengaku pihaknya akan berkoordinasi dengan aparatur Kampung setempat untuk upaya pengiringan gajah liar itu keluar dari pemukiman warga. “Kita akan terus melakukan pengiringan dengan mengunakan petasan, hingga ada keputusan dari pihak aparatur kampung setempat,” ujar Muslim.
Berdasarkan informasi yang diterima, dalam beberapa hari ini sudah tidak ada lagi rumah warga yang dirusak oleh kawanan gajah liar yang sedang mengamuk tersebut, namun sejumlah tanaman warga seperti durian, pinang cabai dan tanaman lainnya yang ada di kebun warga telah banyak yang dirusak hewan bernama latin Elephas Maximus Sumatranus ini.
Masyarakat Kecamatan Ketol, Aceh Tengah khususnya Kampung Karang Ampar, Bergang dan Pantan Reduk berharap agar pemerintah daerah, provinsi maupun pusat agar segera mencari jalan keluar terkait konflik antara gajah dan manusia ini, hal ini guna untuk menghindari adanya korban baik dari masyarakat maupun dari kawanan gajah itu sendiri.
Disamping itu, maraknya praktik ilegal loging yang diduga melibatkan pihak-pihat tertentu, sehingga terkesan tidak tersentuh oleh pihak terkait, bahkan ditengah kawasan yang rentan konflik antara gajah dan manusia tersebut ada pihak yang memaksakan pendirian sebuah Sawmil dikawasan Karang Ampar, seakan dengan sengaja ingin merambah hutan tempat habitat kawanan gajah tersebut.