BANDA ACEH | ACEHHERALD – Salah satu peserta Seminar setengah hari dari Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Aceh mempertanyakan mengapa kaum perempuan tidak memilih calon perempuan, apakah maju sebagai calon legislatif (Caleg) atau posisi lainnya seperti calon kepala daerah.
Pemateri Syarifah Rahmahtillah di seminar peringatan hari ibu ke 94 tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Aceh ini secara gamblang melemparkan pertanyaan bahwa sebelumnya perempuan harus bisa mendefinisikan dirinya mau berdiri dimana, untuk apa ikut pemilihan atau pencalonan?
Tentu, kata Syarifah yang juga aktivis dan politikus perempuan Aceh, supaya bisa membuat regulasi untuk perempuan, agar dapat membuat budget yang keperuntukkannya untuk perempuan, dan memonitoring kegiatan perempuan, sehingga kaum perempuan pun bisa memilih dan mendukung nya.
“Tapi, kita lihat kebelakang. Bagaimana Caleg itu hanya sebagai pemenuhan quota, lalu diletakkan di posisi terakhir. Belum lagi kost politik nya tidak se full kepada caleg pria,” ujar Syarifah yang menyampaikan materi tentang politik perempuan di gedung BKOW Aceh, Selasa (20/12).
Ia menambahkan kehadiran perempuan dalam politik sebagai pemenuhan kebutuhan dan kepentingan perempuan mengharuskan kehadiran perempuan itu sendiri dalam arena politik. Dan tak hanya itu, kehadiran tersebut diperlukan agar perempuan mampu mendefinisikan dan mengintrepretasikan kebutuhan perempuan.
Kemudian mempunyai status politik yang jelas dalam arena politik, juga bisa mengawal agar kebutuhan perempuan tersebut dapat terpenuhi, dan ketika perempuan berada diluar arena politik maka mereka kehilangan kesempatan untuk melakukan tiga hal tersebut di atas.
Seminar Hari Ibu yang mengambil tema “Perempuan Berdaya Indonesia Maju” ini juga diisi pemateri dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh Putri Nofrizal, M.Si., menyampaikan tentang tupoksi dari Komisi penyiaran yang mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran, lalu memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran, dan melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah, lembaga penyiaran, dan masyarakat.
Pada kesempatan tersebut, Putri yang akrab disapa Puput ini juga menyebutkan bagaimana berita atau informasi hoak yang beredar di media sosial atau pun konten lainnya yang dengan mudah dapat diketahui masyarakat.
Acara seminar yang dibuka oleh Ketua BKOW Aceh, Hj Nurhayati, SH., menyebutkan kedepan ini merupakan tahun tahun politik, untuk itu pihaknya merasa bahwa kaum perempuan itu harus mengetahui bagaimana berpolitik yang baik dan apa saja yang harus dilakukan agar nantinya dapat mwnyuarakan dan lebih peduli terhadap perempuan dan anak, makanya dalam seminar kali ini dipilih yang berkaitan dengan politik perempuan.
Ketua BKOW Aceh juga mengatakan rangkaian yang di gelar selama beberapa hari menjelang peringatan hari Ibu yang bertepatan dengan tanggal 22 Desember yang setiap tahunnya diperingati oleh Badan kerjasama organisasi wanita yang didalamnya juga ikut IKWI Aceh, seperti ziarah dan tabur bunga ke Makam Laksamana Hayati juga kuburan masal tsunami, memberikan bantuan kepada marbot masjid, lomba merangkai hand bucket artificial, seminar, dan bazar.
Disebutkan Nurhayati bahwa hari puncaknya adalah lomba membuat bu kulah (nasi khas Aceh yang dibungkus daun pisang-red) peserta dari semua lembaga, organisasi, dan badan perempuan yang ada di Kota Banda Aceh, sekaligus menata hidangan masakan ala kenduri maulid Nabi Muhammad SAW, Rabu (21/12).