M Nasir Usman : Hasil Imbang Adalah Modal Kepercayaan Tifosi

Catatan Sisa Dari Tandang Perdana Persiraja BANDA ACEH I ACEHHERALD.com – Hasil imbang yang diraih skuat Lantak Laju Persiraja Banda Aceh direspon secara posiif oleh salah seorang punggawa the golden generation Persiraja masa lalu, M Nasir Usman. Pensiunan PNS yang menjadi salah seorang punggawa lantak laju saat menjadi juara PSSI tahun 1981 itu menilai sukses … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

Kemelut di depan gawang Persiraja, saat laga matchday 2 degan Madura United di Madura.

Catatan Sisa Dari Tandang Perdana Persiraja

M Nasir Usman

BANDA ACEH I ACEHHERALD.com – Hasil imbang yang diraih skuat Lantak Laju Persiraja Banda Aceh direspon secara posiif oleh salah seorang punggawa the golden generation Persiraja masa lalu, M Nasir Usman. Pensiunan PNS yang menjadi salah seorang punggawa lantak laju saat menjadi juara PSSI tahun  1981 itu menilai sukses Persiraja meraih satu angka di kandang Madura United, adalah modal besar untuk menjaga konsistensi dukungan para tifosinya di Aceh. “Ini sebuah hasil yang membanggakan, dan ini juga adalah modal menjaga kepercayaan tifosi terhadap Miftahul Hamdi dkk,” kata Nasir Usman.

Pria yang juga pernah menjadi manajer Persiraja saat Liga Kansas dan Liga Dunhill tahun 1994-1995 itu menambahkan, tradisi yang patut terus dilestarikan oleh The Orange Force adalah terus meraih angka  saat tampil di kandang. Karena tradisi itu sudah terpatri sejak era 80-an, dimana Persiraja tak pernah kalah di depan pendukungnya, terutama saat tampil di Stadion Lampinueng..

Namun Nasir mengingatkan, semua itu juga sangat tergantung dengan kualitas tim, terutama dalam menjaga spirit bertanding serta konsistens permainan dan kolektifitas tim di lapangan hijau .  “Kalau kualitas bagus dengan rata rata pemain mumpuni maka akan menjadi modal terwujudya sebuah prestasi yang bagus pula. Tapi jika sebaliknya, pasti prestasi anjlok dan itu akan menjadi mimpi buruk bagi tim itu sendiri,” tutu Nasir Usman yang satu generasi antara lain dengan M Daan, Tarmizi, Rani serta goal keeper Zaim Mardika..

Diakui oleh Nasir, untuk mernjaga konsistensi prestasi kandang itu  kadang harus diwujudkan dengan berbagai cara, termasuk upaya yang kadang terasa non teknis. Karena kemenangan atau minimal satu angka saat kandang itu juga bagian dari untuk menjaga income klub. Karenanya jika saja sudah kalah di kandang apalalgi sampai dua kali, akan membuat income klub jatuh ke titik nadir. “Pendukung tak mau prestasi klub kebanggannya anjlok, jika prestasi macet, maka mereka pun  meninggalkan tim, termasuk untuk idaklagi menonton. Intinya, pretasi berjalan seiring dengan kondisi income klub.”

Baca Juga:  Bus Sempati Star Terbalik di Aceh Timur, Polisi Minta Sopir Serahkan Diri

“Kemenangan memang harus dijaga, minimal satu angka di kandang.  Dulu juara Indonesia, Persebaya, kami sikat 3-1 di Banda Aceh, walau waktu tandang ke Surabaya kami balik dibabat 4-1, bahkan Persiraja pernah menang 7-0 atau mencukur habis tim lawan saat bertanding di Banda Aceh.”

Bagaimanapun fanatisme penonton akan timbul bila ada kemenangan, kalau tak ada maka hanya menanti kehancuran tim. Mantan bek Persiraja era 80-an itu mengingatkan, jangan ada emosional saat di lapangan,  karena hanya menghilangkan tenaga, enerji dan konsentrasi.

Sementara menyangkut dengan laga tandang, menurut Nasir, setiap tim termasuk Persiraja tentu telah memetakan kekuatan tim yang dikunjungi, termasuk potensi raihan angka. Walau kadang tidak terduga, terutama bagi tim tim promosi seperti Persiraja.  “Jujur saja, laga tandang ke Madura yang sempat melumat Barito Putra 4-0 di matchday 1, adalah hal tak terduga, jika Persiraja sukses mencuri satu point. Karena tuan rumah sangat konfiden. Artinya secara tim Persiraja kini sudah solid dan konsisten. Ini modal yang luar biasa,” tandas Nasir Usman.

Mantan defender Persiraja itu juga mengingatkan, kualtas tim harus merata, kalau hanya bagus beberapa orang, maka itu bukan  tim namanya. Itu yang justru menyebabkan tim tak maksimal. Paling tidak, pemain berkualitas ada pada posisi posisi krusial, yakni posisi bertahan, gelandang dan striker. Karena dalam sepakbola tak perlu bergantung pada skema permainan misalnya, 4-4-2, 3-4-3 atay 3-5-2 .

Karena prinsipnya, semua adalah satu dan satu untuk semuanya. Artinya, setiap pemain bisa bertahan hingga menyerang. Konsep mana dianut Persiraja masa lalu yang mirip dengan lakon total football milik The Oranje Belanda. “Kalau mencari pemain berkualitas, minimal di lini bawah 3 (full back, back kiri kanan) depan dua yang berakualitas, atau bisa sebaliknya, dua lini belakakng atau tiga penyerang plus kiper tentunya. Jadi lima orang sebagai nyawa tim dan itu benar benar pemain berkualitas. Lebih baik lagi kalau ada enam dengan formasi menyerang yaitu depan tiga, tengah satu dan bek dua orang. Kalau itu bagus, maka permainan akan hidup,” kata Nasir seakan mengingatkan ‘jembatan belanda’ saat era emas AC Milan di tahun 90an, yaitu Frank Rijkaard, Ruud Gullit dan Marco Van Basten, yang menjadi nyawa AC Milan kala itu hingga mampu merajai Eropa.

Baca Juga:  Paslon Tagar Perdana Daftar ke KIP Bener Meriah

Menyangkut konsistensi dan soliditas tim, Nasir Usman mengingatkan perlu nya menjaga keutuhan tim, secara berksinambungan, karena itu adalah modal terbentuknya nyawa kolektif tim. “Sekadar diketahui, saat kami menjadi juara PSSI era Pak Di Murtala, kami bersama selama enam tahun sejak tahun 1975. Semua kompetisi kami ikut, hingga menjadi juara PSSI tahun 1981, mengalahkan Mutiara Hitam Persipura 3-1,” tandas Nasir Usman, seraya menutup pembicaraan dengan doa dan harapan agar Persiraja di Liga 1 musim debutnya ini sukses. Apa lagi telah meraih satu angka saat tandang dan belum terkalahkan dalam dua kali laga perdana di altar Liga 1 yang keras dan berat.

 

Penulis                : Nurdinsyam

Berita Terkini

Haba Nanggroe