
BANDA ACEH | ACEH HERALD.com–
Luar biasa! Ribuan pengunjung yang berdatang dari berbagai daerah di Tanah Air memadati Museum Tsunami Aceh. Sejak dibuka pada hari ketiga hari raya Idul Fitri 1443H, wisatawan sudah antre untuk mengunjungi museum tersebut.
Dari pantauan AcehHerald.com, padatnya pengunjung yang memanfaatkan liburan dan cuti bersama Idul Fitri 1443H untuk menikmati kisah duka yang tersimpan di Museum Tsunami Aceh, itu karena museum ini merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia dan memang memiliki daya pikat tersendiri bagi wisatawan untuk betah berlama-lama di Banda Aceh.
Warga yang berdatangan dari berbagai penjuru tanah air, bahkan rela berdesak-desak dan antre untuk bisa memasuki gedung yang terletak di kawasan Blang Padang, Jalan Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh.
Dari pantauan AcehHerald.com, cuti bersama dan libur hari raya Idul Fitri 1443 Hijriah yang begitu panjang kali ini, tidak hanya Museum Tsunami yang dipadati wisatawan, tapi juga sejumlah sejumlah destinasi wisata lainnya yang tersebar di Banda Aceh dan Aceh Besar terlihat penuh sesak.
Sejumlah obyek wisata terlihat ramai dikunjungi wisatawan, tidak terkecuali Museum Tsunami Banda Aceh. Museum Tsunami yang dikelola Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh memang sempat dibuka tutup saat pandemi Covid-19 dalam kondisi trend covid-10 naik. Namun, terhitung sejak hari ketiga lebaran, Rabu (4 Mei 2022) lokasi itu dibuka lagi.
Alhamdulillah, fasilitas memorabilia tsunami itu langsung diserbu ribuan pengunjung yang datang dari berbagai daerah di Tanah Air.
“Hari pertama dibuka atau lebaran ketiga, tercatat total pengunjung mencapai 2.927 orang, disusul hari keempat lebaran 4.101 orang,” rinci Kasubbag Tata Usaha UPTD Museum Tsunami Aceh Mimi Oktriyeni, Jumat, 6 Mei 2022.
Para pengunjung itu umumnya warga luar Aceh terbukti dengan jejeran parkir ratusan kendaraan roda empat dan dua yang rata plat luar Aceh. Baik itu dari seluruh Pulau Sumatera hingga seantero Pulau Jawa.
Parkir kendaraan roda empat itu nyaris memenuhi sepanjang jalan Teuku Iskandar mulai dari Simpang Jam (Taman Sari) hingga Rumah Dinas Kapolda dan area Blang Padang.
Terkait jadwal buka museum, Mimi juga menyebutkan masih sama seperti sebelumnya mulai dari pagi hingga sore. “Tidak ada perubahan jadwal selama libur lebaran atau cuti bersama, museum tetap buka dari hari Sabtu sampai Kamis dari pukul 09.00-12.00 WIB dan pukul 14.00-16.00 WIB. Khusus hari Jumat, museum tertutup bagi pengunjung,” jelas Mimi.
Terkait protokol kesehatan, tambah Mimi, manajemen Museum Tsunami Aceh selalu mengimbau pengunjung agar menggunakan masker dan mencuci tangan. Tak hanya itu jika kondisi sedang padat di dalam gedung juga diberlakukan buka tutup dari pos utama atau pagar.
Museum Tsunami Bisa Diakses di Media Sosial Resmi
Sementara Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh, M Syaputra AZ juga menyebutkan, lonjakan pengunjung museum pada hari lebaran memang sudah diprediksi sebelumnya, karena mengingat banyak wisatawan yang juga berlibur ke Aceh terutama Kota Banda Aceh sebagai ibukota provinsi, serta jalur menuju Kota Sabang dan juga memiliki beberapa spot wisata, termasuk di Aceh Besar.
“Kami juga mengimbau bagi wisatawan dari luar Aceh untuk selalu update informasi terkait Museum Tsunami Aceh lewat platform media sosial karena seluruh info, jadwal buka-tutup, harga tiket, dan lainnya sudah tersedia dan sangat mudah diakses,” sebut Syahputra di ruang kerjanya.
Akses Museum Tsunami Aceh sendiri, tambah Syahputra, bisa juga ditemukan lewat mesin pencari Google dengan hanya mengetik kata kunci “museum tsunami”.
“Informasi Museum Tsunami Aceh dari Google Business sudah sangat lengkap dan ini sudah terintegrasi langsung ke mesin pencari Google. Disana juga bisa chat dengan Admin jika terjadi kendala atau perlu informasi lanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Zulkarnain salah seorang wisatawan asal Jambi yang mengaku tujuan utama liburan kali ini ke Sabang mengaku memanfaatkan waktunya untuk berkunjung ke museum tsunami Aceh.
“Ya.. sambil menunggu kesempatan untuk penyeberangan mobil ke Sabang, nanti sore, kami manfaatkan waktu untuk melihat-lihat museum yang mungkin hanya ada satu-satunya di dunia,” ujar pemuda yang mengaku saat ini masih dudu di bangku kuliah di Jambi.(adv)
Penulis M Nasir Yusuf