AKU berbicara tentang kebiasaanmu. Saat kau membeli bahan makanan kau selalu mempertanyakan tentang apa yang kau beli.
Apakah tepung ini murni atau tidak, lalu apakah ada batu di dalam beras.
Lalu saat membeli sabun kau akan bertanya apakah sabun ini berbusa atau tidak.
Demikian juga jika suatu ketika membeli sepeda motor, kau akan bertanya kecepatannya atau kebutuhan bahan bakar seliter untuk berapa kilometer.
Apakah harga jualnya bagus. Bahkan ketika kau membeli pena kau juga bertanya ini dan itu.
Intinya, apapun kau mempertanyakan setiap hal sepanjang waktu.
Seperti juga saat kau membeli obat nyamuk sekalipun, maka kamu akan mempertanyakan banyak asapnya dan bisa seampuh mana membunuh nyamuk.
Tapi, terasa aneh, ketika kau memilih sosok pengelola pemerintahan untuk lima tahun ke depan, kau tidak bertanya sama sekali, dan itulah mengapa.
Pertanyaanku adalah permintaan alas dari pilihanmu.
Jangan memilih karena ketakutan, imbalan, kasta, agama atau komunitas.
Ya..pertanyakan juga tentang orang-orang yang mencari suaramu.
Tanyakan apa yang akan mereka lakukan dalam lima tahun ke depan.
Bagaiman dengan pendidikan anak-anakku, bagaimana mereka membantu mendapat pekerjaan, jika aku sakit bagaimana dengan keluargaku, bagaimana mereka akan mamajukan negara kita lima tahun ke depan.
Tanyakan sebelum kau memilih, jari yang kau gunakan untuk memilih arahkan pada mereka dan ajukan pertanyaan.
Jika kau melakukan ini maka sistem kesehatan akan membaik untuk membantu petani miskin maka kau tidak memerlukan Vikram Rathore atau Azad karena suaramu sudah cukup. Kau memiliki kekuatan di ujung jarimu, percayalah pada ujung jarimu dan manfaatkan itu.
Cerita di atas bagian dari ucapan Azad (Syah Rukh Khan) dalam film terbaru berjudul Jawan. Film India yang dirilis pada 7 September 2023 sangat diminati di Indonesia. Disutradarai oleh Atlee Kumar film yang menelan biaya sampai Rp 3,7 miliar, menyajikan cerita rakyat yang begitu apik. Aktor utama ingin memperbaiki kesalahan masyarakat dalam menentukan pilihan atas pemimpinnya.
Dimulai dari ketidakdilan dan sikap semena-mena yang ditunjukkan oleh penguasa bersama pengusaha, menyebabkan masyarakat golongan bawah tertindas. Puncaknya ketika Vikram Rathore membajak kereta api bawah tanah. Syah Rukh Khan yang berperan dalam dua nama mampu menjalankan misinya bersama kaum Perempuan yang keluarga mereka ditindas oleh penguasa. Mereka membajak kereta api bawah tanah, kemudian moda publik itu berhasil dibebaskan dari penyanderaan tanpa ada korban jiwa. Dan Vikram Rathore berhasil meminta uang tebusan yang dikirim ke ratusan rekening warga miskin yang tertindas.
Selama 120 menit, sekuel film ini menyajikan cerita tentang intimidasi dan janji politik yang tidak pernah direalisasi. Para politisi sudah terpilih melupakan janji dan masyarakat terpuruk. Sistem pelayanan kesehatan kacau, Pendidikan tidak terurus, korupsi merejalela dan warga miskin terjerat hutang di perbankan. Para pengusaha nakal berada di belakang politisi.
Cerita dalam film Jawan mengingatkan penulis pada kondisi kekinian di Aceh umumnya dan Lhokseumawe pada khususnya, menjelang pemilihan kepala daerah. Gambaran dalam alur cerita film itu hampir sama dengan keadaan politik saat Vijai melakukan live menjelang pemilihan umum. Ia tidak mengagitasi warga untuk tidak memilih tetapi sebaliknya memberi Pelajaran pada warga untuk cerdas memilih.
Kondisi yang terjadi di Lhokseumawe saat ini sangat mengkhawatirkan. Dalam diskusi terkait calon kapala daerah yang akan ambil bagian pada bulan November nantinya muncul sinyalemen bakal ada jual beli suara. Bacalon yang dicari adalah yang punya uang atau minimal arus kas di rekeningnya yang mencapai angka miliran rupiah.
Informasi yang diperoleh, para pengusung mencari calon semacam ini karena mengacu pada pemilihan DPR, DPD, DPRA dan DPRK pada pemilu satu bulan yang lalu sangat transaksional. Anggota dewan yang sedang menduduki jabatan sudah menjaga pemilih serta membantu kebutuhannya selama empat tahun ditambah sebelas bulan. Namun segala upaya itu sirna saat ada calon yang baru menghampiri serta menjanjikan dan menyerahkan uang pada pemilih atau pimpinan dari kelompok yang akan memilih tersebut.
Terkait kondisi ini penulis merasakan langsung di lapangan. Pasca dilakukan pertemuan dengan calon legislatif lalu pimpinan rombongan menghubungi penulis dan meminta pengertian untuk kegiatan orang-orang yang ia bawa. Saat tidak diberikan maka suara sangat minim diperoleh oleh calon yang tidak mau memberikan uang.
Apakah kondisi ini tidak terulang saat pemilihan kepada daerah nantinya, jawabannya sangat mungkin. Sebab aktor dan pemain masih orang-orang yang sama di lapangan. Oleh kerena itu, apa yang disampaikan oleh pakar hukum tata negara Dr Amrijal J Prang bahwa Pilkada tahun 2024 sangat mahal bakal tidak terbantahkan.
Lalu bagaimana dengan penjaringan calon kepala daerah saat ini. Dari nama-nama yang beredar di publik terlihat ada beberapa pengusaha serta orang yang tinggal di Jakarta serta di belakangnya para pengusaha. Bacalon seperti inilah yang digadang-gadang oleh Parpol sebab menyangkut kebutuhan logistik menjelang hari pemilihan. “Ada calon yang sudah mempersiapkan dana sekiitar Rp 16 miliar,” ujar seorang sumber.
Kalaulah ini benar dan calon ini menang maka tidak terbayang bagaiman ia membangun Lhokseumawe. Dana yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak tentu akan diputar otak, bagaimana mengembalikannya. PAD Lhokseumawe sekitar Rp 70 miliar pertahun tidak akan sanggup membiayai pembangunan apalagi untuk Kembali modal para pengusung. Lalu kemana arah mencari dana untuk ini, makaa pendapatan ASN di luar gaji sangat seksi untuk dibidik. Ini tentunya masih asumsi apalagi mempersonifikasi dari alur cerita Film Jawan.
Pilkada Aceh dan Lhokseumawe serta Aceh Utara pada khususnya hanya menghitung hari. Bacalon sudah mendaftarkan diri serta menawarkan diri untuk dipilih. Oleh karena itu dari alat peraga yang dipasang di jalan utama dalam bentuk baliho atau lainnya memudahkan publik untuk mempelajari secara dalam siapa sosok calon itu. Lihat rekam jejaknya di alam digital. Sebab, mereka semua punya sejarah dan catatan yang memperkaya kita dalam menentukan pilihan.
Tanyakan sebelum kau memilih, jari yang kau gunakan untuk memilih arahkan pada mereka dan ajukan pertanyaan. Kau memiliki kekuatan di ujung jarimu, percayalah pada ujung jarimu dan manfaatkan itu.
Jangan hanya uang kita menggadaikan hak pilih kita. Sebab, lima tahun Lhokseumawe dan Aceh Utara butuh pemimpin yang jujur, tidak korup, serta mampu membawa Lhokseumawe menjadi daerah yang kokoh secara ekonomi serta mandiri secara pendapatan. Banyak sektor yang belum tersentuh di Lhokseumawe dan ini sangat menjanjikan bagi calon walikota dan wakil walikota terpilih nantinya.
Semoga daerah tercinta tidak sama dengan nukilan cerita di akhir film Jawan terkait pengusaha “nakal” di belakang pemerintah. Hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang sesungguhnya (Wallahu A’lam Bishawab)
(*) Koordinator Acehherald wilayah Lhokseumawe/Aceh Utara