BANDA ACEH I ACEHHERALD.com – Kabar gembira untuk para pegiat bisnis serta UMKM di Aceh. Tahun ini pemerintah kembali mengucurkan talangan dana untuk pihak ketiga dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), setelah tahun 2022 paket serupa untuk pertama kalinya digelindingkan.
Hal itu diungkapkan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aceh, Yusri, dalam temu pers dengan awak media mitra OJK Aceh, Senin (30/01/2022) petang hingga malam. Menurut Yusri yang dalam kesempatan itu didampingi para kabag atau Deputi, untuk tahun 2023, hanya ada dua bank di Aceh yang diberi kesempatan untuk menyalurln KUR, yaitu Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Bank Aceh Syariah (BAS).
Yusri juga merinci kemungkinan potensi penyaluran kedua bank tersebut, yaitu Rp 3 triliun melalui BSI dan Rp 510 miliar melalui BAS. Khusus BAS, jumlah ini jauh melesat dibanding tahun 2022 yang hanya Rp 25 miliar. “Paket itu sedang difinalkan di pusat, termasuk soal persyaratan dan regulasi lainnya. Hanya saja soal bunga pinjaman KUR masih tetap hanya 6 (enam) persen.” kata Yusri.
Penggodokan itu menyangkut antara lain kriteria penerima, pendataaan lapangan, jenis KUR yang diberikan serta persyaratan normatif lainnya. Seperti sebelumnya, pengawas dari program KUR itu adalah OJK dan BPKP yang ada di seluruh wilayah NKRI. Dari data yang ada, KUR ini terdiri beberapa jenis, dengan rate hingga pinjaman maksimum senilai Rp 500 juta.
Kinerja Positif Keuangan Aceh

Di bagian lain, Yusri dan jajaran pimpinan OJK Aceh menyampaikan apresiasi kepada seluruh Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang beroperasio di Aceh dengan membukukan kinerja yang positif.
Diakui sempat terjadi pertumbuhan stagnan setelah diberlakukan Qanun LKS tahun 2018, namun secara akseleratif, kondisi itu kembali mengarah normal di tahun 2022. Bahkan pertumbuhan pinjaman digital seperti fintech, pasar modal dan bursa saham juga bersamaan dengan trend positif indutri perbankan di Aceh. “Memang hanya ada dua kompetitor kuat, yaitu BSI dan BAS, namun bank lain juga tumbuh,” kata Yusri.
Hanya saja Yusri mengingatkan indsutri perbankan di Aceh terus berinovasi dan melakukan terobosan pelayanan yang lebih maksimal. Karena pertumbuhan industri keuangan non bank itu mau tak mau harus diakui jika telah ikut menggerus prospek keuntungan di industri perbankan.
Total Aset Bank Umum tumbuh 5,58% menjadi Rp48,54 triliun, dana pihak ke tiga (DPK) tumbuh 0,80% menjadi Rp39,63 triliun dan pembiayaan tumbuh 9,83% menjadi Rp34,23 triliun. “Kinerja ini jauh lebih baik dibandingkan dengan kinerja tahun 2021, dimana ketiga indikator tersebut mengalami pertumbuhan negatif, namun kini sudah kembali positif,” ungkap Yusri.