Khawatir Corona; Masjid Raya Baiturrahman, Kini Tanpa Sajadah

BANDA ACEH – ACEHHERALD.COM Kekhawatiran yang besar akibat wabah corona dan Covid-19 yang dimulai dari Kota Wuhan, China, dan telah melanda dunia saat ini, ternyata juga ikut terpengaruh bagi sejumlah rumah ibadah. Di Banda Aceh, Masjid Raya Baiturrahman yang merupakan masjid termegah dan menjadi kebanggaan masyarakat Tanah Rencong, pada saat shalat magrib, terlihat lantainya yang … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, sejak Minggu sudah tidak lagi membentang sajadah panjang. Saat ini hanya ada satu lembar sajadah yang terbentang untuk iman. Foto diambil, Ahad (15/3/2020) magrib.              FOTO ACEHHERALD.COM/M NASIR YUSUF

BANDA ACEH – ACEHHERALD.COM

Kekhawatiran yang besar akibat wabah corona dan Covid-19 yang dimulai dari Kota Wuhan, China, dan telah melanda dunia saat ini, ternyata juga ikut terpengaruh bagi sejumlah rumah ibadah.

Di Banda Aceh, Masjid Raya Baiturrahman yang merupakan masjid termegah dan menjadi kebanggaan masyarakat Tanah Rencong, pada saat shalat magrib, terlihat lantainya yang selama terbentang sejumlah sajadah tebal dan panjang, hari ini mulai tidak terlihat lagi.

Prof A Gani Isa yang menjadi penceramah ba’da magrib sempat menyentil digulungnya seluruh sajadah yang selama ini menghiasi lantai masjid raya. “Ini bagian dari imbauan dari Menteri Agama RI, untuk menghindari adanya virus Covid-19,” katanya.

Sejumlah jamaah shalat magrib di Masjid Raya Banda Aceh, Ahad (15/3/2020) terlihat duduk di shaf tanpa sajadah. FOTO ACEHHERALD.COM/M NASIR YUSUF

 

 

Namun, guru besar UIN Ar-Raniry itu menilai untuk menghentikan penyakit ta-eun itu, tidak hanya dengan menggulung sajadah. Tapi, perlu diperkuat dengan doa. “Insya Allah doa akan menjadi penangkal paling mujarab corona di Aceh,” kata A Gani Isa.

Penceramah tetap Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh itu mengatakan ketika beliau masih kecil, untuk menghalau penyakit yang mewabah itu, biasanya selain dilakukan dengan penanganan-penanganan menggunakan ilmu medis, juga dilakukan dengan doa kunut nadzillah pada setiap shalat, tidak hanya terbatas pada shalat subuh berjamaah di masjid atau meunasah saja. Tapi, juga pada shalat-shalat lima waktu lainnya.

“Jika pada shalat magrib, isya, dan shalat subuh, doa qunut dipandu imam shalat, dengan mengeraskan suaranya. Sedangkan pada shalat dhuhur dan ashar, doa qunut bisa dibaca sendiri,” kata Tgk A Gani Isa dalam ceramah ba’da magrib, Ahad (15/3/2020).

Di samping doa qunut itu, warga desa juga melakukan doa-doa tolak bala seperti kunja al haqqu secara bersama-sama dengan mengelilingi gampong.

Baca Juga:  Panitia Tambah Waktu, Masyarakat Antri kut Vaksinasi Covid-19 di MRB

“Dengan berjalan kaki, warga melantun doa-doa di sepanjang jalan menjelang magrib. Dan saat azan magrib menggema, warga kemudian sama-sama ke masjid atau meunasah untuk melaksanakan shalat berjamaah,” kisah Tgk A Gani Isa  mengilustrasikan ceramahnya.

Penulis : M Nasir Yusuf

 

 

Berita Terkini

Haba Nanggroe