
TOTALITAS tanpa batas! Itulah kata yang cocok untuk disematkan kepada ribuan orang tenaga pendidik di seluruh Aceh, terutama untuk level SMA dan SLB. Betapa tidak, belasan dan bahkan puluhan tahun mendidik hingga mencerdaskan anak negeri, dengan segala keterbatasan, termasuk soal ganjaran finansial yang jauh dari kata layak, termasuk jauh dari nilai upah minimum regional (UMR), sosok pendidik ini menanti untuk sebuah kepastian masa depan.
Sementara ada yang anak didiknya yang telah menjadi ‘orang’, mulai dari birokrat, teknokrat atau bahkan menjadi sosok pengusaha ternama. Sementara sang gurunya, hanya mampu tertatih dengan sepeda motor atau bahkan berjalan kaki, menuju sekolah mengabdikan diri, sambil memelihara sedikit asa yang tersisa. Menjadi PNS!
Lihatlah sosok Cek Gu Tarmizi, ia mulai mengabdi jauh sebelum murid atau siswanya melongok dunia. Rasanya seperti di luar nalar dan logika normal. Betapa tidak, guru pria ini mengabdi dengan status honorer selama35 tahun 3 bulan. Selana itu pula ia hidup normal dengan sebuah keluarga layaknya orang lain. Jangan tanyakan bagaimana Cekgu Tarmizi bisa hidup dan bertahan. Tapi catatlah……….ia tetap survive hingga 35 tahun lebih menjadi honorer. Kesabaran yang tanpa limit, karena hati telah menyatu dengan profesi yang dijalani.
Rentang waktu 33 tahun 3 bulan bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah penantian yang nyaris tak berujung. Namun, tekad kuat disertai totalitas tanpa batas dengan jiwa pengabdian yang tetap membara dalam membimbing siswa, sosok pria bergelar doktorandus yang bernama Tarmizi itu akihirnya berbuah manis.
Guru bimbingan konseling (Bimpen) itu bersama 498 rekan seprofesinya yang mengabdi di Lhokseumawe, Aceh Utara dan Bireuen, menerima SK Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) yang diserahkan langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Taqwallah, di GOR SMAN Modal Bangsa Arun, Kamis (19/5/2022).

“Alhamdulillah, hari ini Saya menerima SK langsung dari Pak Sekda. Hari ini saya benar-benar bahagia. Terima kasih Pak Gubernur, terima kasih Pak Sekda,” ujar Cekgu Tarmizi yang selama puluhan tahun mengabdi di SMA Modal Bangsa Arun Lhokseumawe.
Sebuah SMA papan atas di Aceh yang muridnya rata rata membidik dan dibidik oleh perguruan tinggi favorit di negeri ini. Wajar jika mendapat posisi kerja yang juga menggiurkan. Bandingkan dengan gurunya Tarnizi yang selalu memberi nasihat selama pendidikan, nasibnya tetap setia dengan status honorer. Ibarat, Tarmizi adalah busur, sementara muridnya adalah anak panah yang melesat jauh sejenak dilepaskan dari busur.
Catat, Cekgu Tarmizi menerima SK hanya berselang tujuh bulan lagi ia pensiun. Ya….ibarat pertandingan sepakola, Pak Guru Bimpen ini mendapatkan legalitas impiannya saat injury time atau menjelang detik detik akhir sebuah perlagaan.
Pantas jika, tepuk tangan para penerima SK bergemuruh di GOR SMAN Modal Bangsa, saat nama Cekgu Tarmizi dipanggil dan disebutkan masa baktinya, sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi tanpa henti pria kelahiran Ujong Blang itu. Ya….mendapatkan kepastian masa depan di hadapan rekan dan anak muridnya, yang mungkin kini sebagian telah menjadi ‘orang’.
Sebagai Guru Bimbingan Konseling, tugas Cekgu Tarmizi tentu tidak mudah. Tarmizi tentu harus bisa memberikan bimbingan menyeluruh, mulai dari bimbingan secara akademik hingga membantu menyelesaikan permasalahan para siswa. Mendidik siswa SMA dengan emosional yang masih meledak-ledak, tentu memberi tantangan tersendiri bagi Cekgu Tarmizi. “Alhamdulillah, sejak pertama kali mengajar saya tidak pernah memarahi siswa, karena marah tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Saya selalu berusaha membimbing sebaik mungkin dengan pendekatan sebagai seorang Ayah,” imbuh Cekgu Tarmizi.
Bekerja di Sekolah dengan tingkat kedisiplinan tinggi tentu tidak mudah. Lokasi kerja dan rumahnya yang cukup jauh, mengharuskan Tarmizi muda memacu diri untuk bisa ke sekolah tepat waktu. “Akses jalan dulu tentu sangat berbeda dengan sekarang, jika musim penghujan, saya harus berjibaku dengan lumpur, harus cepat sampai ke sekolah. Sebagai guru setiap gerak gerik kita adalah contoh bagi siswa, jika kita telat sampai ke sekolah, maka jangan salahkan siswa jika mereka juga telat,” kata tarmizi.

Tujuh bulan lagi, Cekgu kelahiran tahun 1962 ini akan mengakhiri masa baktinya. Tarmizi berharap rekan seprofesinya bisa segera mendapatkan SK seperti dirinya dan para penerima SK hari ini. “Saya berharap teman-teman lainnya bisa segera menerima SK seperti saya hari ini. Sekali lagi, terima kasih saya sampaikan kepada Pak Gubernur dan Pak Sekda. Semoga Bapak tetap sehat dan selalu sukses dimanapun beraktifitas,” pungkas Cekgu Tarmizi.
Sebuah totalitas tanpa limit dari seorang Cekgu Tarmizi menginspirasi kita, bahwa semua mungkin terjadi, walau kita kadang sudah putus harapan akan sebuah penantian.
Lain lagi penuturan Raden Ahmad sosok honorer di Simuelue yang berjuluk Ate Fulawanyang juga salah satu penerima SK P3K guru di Kabupaten Simeulue. Pria itu dengan nada haru menyatakan kelegaannya karena kini telah diangkat menjadi pegawai P3K, setelah mengabdi sebagai guru honorer di SMA Negeri 1 Salang selama 18 tahun.
Raden menyampaikan terimakasih kepada pemerintah yang telah membuka program P3K untuk guru honorer. Menurutnya program tersebut memberi kesempatan bagi tenaga honorer untuk dapat merasakan jenjang karir yang lebih baik. Khusus bagi Pemerintah Aceh, melalui Dinas Pendidikan Aceh ia menyampaikan apresiasi dan terimakasih karena sudah mengurus segala urusan penyelesaian SK kerja hingga mengantarkan langsung ke tempat.
Mempunyai latar belakang sebagai lulusan guru, menuntut Raden untuk mengabdikan dan mendedikasikan diri hingga belasan tahun, untuk mencerdaskan anak bangsa meskipun sebagai honorer. Ia mengaku ikhlas dan senang saat melihat anak didiknya sukses. “Jenuh tentu ada selama menjadi honorer, tapi kami sangat bersyukur bisa diangkat menjadi pegawai P3K,” kata Raden.
Belasan Tahun di Aceh Utara, Akhirnya Berlabuh di Ate Fulawan
Hal yang sama juga disampaikan oleh Nazaruddin. Guru yang sudah mengabdi sebagai tenaga honorer selama 16 tahun di Aceh Utara itu mengaku bahagia bisa lulus tes dan diangkat menjadi pegawai P3K di SMAN 3 Simeulue Barat. “Program P3K pemerintah ini bagus buat guru honorer. Kami berterimakasih dan berharap ke depan kuotanya bisa lebih banyak lagi sehingga kawan-kawan honorer lainnya juga bisa menjadi guru P3K,” kata Nazaruddin.
Nazaruddin juga mengaku senang penerimaan SK pengangkatan sebagai guru P3K diantar langsung ke tempat oleh Sekda Aceh Taqwallah.

Sementara itu, Sekda Aceh Taqwallah mengharapkan para guru honorer yang sudah diangkat menjadi pegawai P3K dapat bekerja lebih baik lagi. Status yang lebih baik juga harus diimbangi dengan kinerja yang lebih baik. “Bapak ibu adalah penghuni surga, sebab salah satu amalan yang terus mengalir pahalanya adalah ilmu bermanfaat, selain sedekah jariyah dan anak yang shaleh,” kata Taqwallah.
Dalam kesempatan itu, Taqwallah berpesan tiga hal. Bagi guru SLB, ia berpesan agar bekerja keras supaya bisa membentuk anak-anak disabilitas menjadi anak yang mandiri. Kepada guru SMK, ia meminta agar bisa membentuk lulusan yang mampu membuka lapangan pekerjaan dan dapat diterima di berbagai tempat kerja. Sementara bagi guru SMA, Sekda berpesan supaya mereka mampu mencetak banyak lulusan yang diterima di perguruan tinggi.
Senantiasa gunakan Masker
Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Alhudri yang juga ikut berkeliling Aceh untuk menyerahkan langsung SK P3K kepada para tenaga pendidik yang selama ini berstatus honorer, dalam setiap kesempatan senantiasa mengingatkan kepada para ASN di jajaran Disdik Aceh untuk senantiasa menerapkan protokol kesehatan di semua aktifitas. Terutama agar tidak melepaskan masker.
Secara special, Alhudri menyatakan rasa terimakasih kepada para guru yang mendapat status PNS P3K, sebagai buah dari kesabaran atas dedikasi tiada henti selama ini. “Ini benar benar luar biasa, dan negara tetap memperhaikan semua pengabdian tersebut. Selamat menjalani profesi dengan status baru yang bisa jadi lebih terjamin dari sebelumnyam,” kata Alhudri seraya kembali mengingatkan agar semua ASN jajaran Disdik Aceh untuk patuh protokol kesehatan.(adv)