BLANGPIDIE I ACEH HERALD.com- Kakao dalam bahasa latin disebut Theobroma Cacao L menjadi pohon budidaya di kalangan petani/pekebun di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), termasuk kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Aceh.
Pohon budidaya di perkebunan yang berasal dari Amerika Selatan ini dikembangkan di Kabupaten Abdya sejak era tahun 2000-an, meliputi kawasan sembilan kecamatan di Abdya, sejak Babahrot sampai Lembah Sabil.
Harga biji kakao kering ketika itu memang agak menggiurkan berkisar antara Rp 25 ribu sampai Rp 28 ribu per kilogram (kg). Biji kakao produksi perkebunan Abdya ditampung eksportir di Medan, Sumatera Utara.
Di sisi lain, sejumlah petani lainnya di Abdya mulai coba-coba mengembangkan tanaman kelapa sawit, meskipun tingkat harga TBS (tandan buah segar) kelapa sawit saat itu belum begitu menjanjikan.
Perkembangan kemudian, pergerakan harga biji coklat kering sangat lamban, bahkan kerap terjadi fluktuasi (naik turun harga). “Sampai akhir era tahun 2000-an harga biji coklat paling tinggi Rp 30 ribu per kg, kemudian bergerak turun,” kata H Adnan Johan, salah seorang pedagang kakao ketika dihubungi Aceh Herald.com, Rabu (20/3/2024).
Sementara perkembangan harga TBS kelapa sawit semakin menjanjikan, sehingga diprediksi budidaya tanaman ini semakin menguntungkan petani ke depan. Di sisi lain, tingkat harga biji coklat yang stagnan, dan hama yang menyerang buah kakao semakin menggila, sehingga membuat petani sangat kewalahan.
Buah kakao yang terserang hama dalam waktiu singat berubah warna menjadi hitam, lalu busuk dan gagal panen. Produksi tanaman kakao turun drastis sehingga para petani tidak bergairah lagi merawat areal tanaman coklat milik mereka.
H Adnan Johan, pedagang asal Abdya yang saat ini membuka gudang penampungan di Medan, menjelaskan setelah hama yang menyerang buah kakao semakin sulit dikendalikan, akhirnya petani bertindak lebih ekstrim. Betapa tidak, mulai saat itu, petani ramai-ramai menebang pohon kakao, kemudian di lahan bekas tersebut ditanami tanaman kelapa sawit.
Tindakan petani menebang pohon coklat juga terjadi di Kecamatan Darul Makmur, Kecamatan Tripa Makmur, termasuk Kecamatan Kuala Pesisir, daerah sentra tanaman coklat di Kabupaten Nagan Raya.
Sehingga, baik di Abdya maupun di Nagan Raya, lahan yang dulunya merupakan areal tanaman kakao yang tumbuh subur, seketika berubah menjadi areal perkebunan kelapa sawit rakyat.
Di kawasan Kabupaten Abdya, sekarang ini nyaris tidak ditemukan areal perkebunan coklat. Tanaman ini hanya tersisa tumbuh di lahan perkarangan rumah atau di pojok-pojok kebun atau tumbuh liar di sepanjang pagar areal perkebunan tanaman lain. Sehingga ketersediaan biji kakao kering di tingkat petani Abdya, saat ini sangat terbatas sekali, sementara harga sangat tinggi di pasaran.
Entah karena biji coklat semakin langka di pasaran atau dampak gagal panen perkebunan kakao di Negara Pantai Gading, yang pasti harga biji kakao kering mengalami peningkatan sangat sangat mencengangkan saat ini.
H Adnan Johan menjelaskan, harga biji kakao kering yang ditampung pengusaha eksportir di Medan, Sumatera Utara sampai posisi Selasa, tanggal 19 Maret 2024 melonjak luar biasa sampai menembus Rp 111.500 per kg, merupakan tingkat harga tertinggi sepanjang sejarah. “Selama kami bergelut sebagai pedagang kakao, tak pernah mencapai harga setinggi saat ini, yaitu menembus Rp 111.500 per kg,” katanya. Kenaikan harga sangat terasa sejak akhir tahun 2023 lalu, dimulai Rp 40.000 per kilo, kemudian terus bergerak naik.
Misalnya, bulan Februari lalu, harga ditampung pengusaha Medan meningkat tajam menjadi Rp 75.000 per kg, kemudian nai lagi menjadi Rp 99.800 pada 15 Maret 2024. Tanggal 16 Maret melonjak lagi menembus harga Rp 111.500 per kg. Malahan, bahan baku yang diolah menjadi produk yang dikenal sebagai cokelat ini harganya akan naik lagi.
H Adnan, asal Lama Inong, Kecamatan Kuala Batee lebih lanjut menjelaskan salah satu pengusaha pedagang kakao di Medan adalah PT SCC. Pengusaha dari PT SCC mengumpulkan biji coklat kering dalam gudang di Medan, termasuk dari pedagang di Aceh, terutama dari Aceh Tenggara, kemudian dibawa ke Batam untuk diekspor.
Belum diketahui secara pasti penyebab sehingga harga kakao kering terus meroket, yang pasti harga pasar luar negeri semakin meningkat. Dari informasi berkembang bahwa produksi perkebunan coklat semakin menurun di negara-negara penghasil kakao, terutama negara Pantai Gading.
Dikutip dari sumber-sumber bahwa kakao adalah pohon budidaya di perkebunan yang berasal dari Amerika Selatan, tetapi sekarang ditanam di berbagai kawasan tropis. Biji kakao yang dihasilkan oleh tumbuhan ini diolah menjadi produk yang dikenal sebagai cokelat
Kakao sendiri adalah tanaman asli Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara (Kolombia, Ekuador, Venezuela, Brasil, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis). Ini juga telah diperkenalkan sebagai tanaman pangan ke banyak negara tropis Afrika dan Asia.
Lebih lanjut Adnan Johan menjelaskan kalai harga kakao kering di pasaran Medan, Sumut saat ini mengalahkan harga kopi yang memang juga naik drastis. Harga kopi jenis Arabika atau kopi ateng Rp 105.000 per kg, sedangkan kopi Robusta atau kopi lokal Rp 50.000 per kg. Sementara harga pinang juga mulai meningkat menjadi Rp 6.000 per kg yang sebelumnya sempat anjlok drastis.(*)