Jalan Rusak Parah, Petani Kesulitan Angkut Hasil Panen

BIREUEN I ACEH HERALD.com- Dana Otonomi khusus (Otsus) Aceh sudah berjalan belasan tahun dan akan berakhir tahun 2027. Begitu juga otonomi desa sudah berjalan satu periode, namun pembangunan ekonomi masyarakat Aceh masih sangat jauh dari harapan. Hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat di pedalaman Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen, Aceh. Ruas jalan ke desa mereka masih … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

Kondisi Jalan Pintoe Batee – Alue Kuta Kecamatan Peudada, Bireuen rusak parah

BIREUEN I ACEH HERALD.com-

Dana Otonomi khusus (Otsus) Aceh sudah berjalan belasan tahun dan akan berakhir tahun 2027. Begitu juga otonomi desa sudah berjalan satu periode, namun pembangunan ekonomi masyarakat Aceh masih sangat jauh dari harapan.

Hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat di pedalaman Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen, Aceh.

Ruas jalan ke desa mereka masih sangat sulit dilintasi kendaraan bermotor, salah satunya  jalan Pintoe Batee – Alue Kuta Peudada. Jalan tersebut kini rusah parah, sehingga petani setempat sulit mengangkut hasil kebun ke kota.

Petani di Alue Kuta Peudada, M Rizal kepada Acehherald.com, Selasa (9/11/2021) mengatakan, beberapa tahun lalu kondisi badan jalan tersebut masih baik setelah dibangun oleh NGO GITEK dibawah koordinasi Pemkab Bireuen.

“Ironinya beberapa tahun ini, lanjutan pembangunan fisik jalan Pinto Batee – Alue Kuta perbatasan Gampong Alue Gandai – Cot Kruet Peudada, masih belum ada tanda-tanda akan dibangun kembali dan kondisinya saat ini rusak parah apalagi musim penghujan seperti saat ini,” kata Rizal.

Lobang kecil di badan jalan sudah diganti nama kolam mandi gajah, karena ukuranya besar tergenang air hingga menenggelamkan ban mobil dan menyebabkan sepeda motor mati tiba-tiba karena terendam.

“Bagaimana sedihnya kami petani, kita bayangkan bila kendaraan mengangkut barang dan anak istrinya di atas kendaraan tersebut mati saat sedang dalam perjalanan, harus kami tinggalkan sepeda motor dalam lumpur,” ujarnya.

Selama ini sangat menyedihkan, petani saat panen pisang mereka tidak bisa mengangkut sendiri, bahkan mereka harus mengupah menggunakan mobil angkutan yang juga sulit melintasi lumpur.

Disebutkan Rizal, kebun pisang milik warga sangat luas, setiap hari panen. Pisang-pisang tersebut dipasarkan hingga ke Medan dan Jakarta. “Tapi biaya angkut lebih mahal dari harga pisang, karena kondisi jalan yang rusak berat,” terangnya.

Baca Juga:  Yayasan Bhakti Susoh dan Ippelmas Temu Ramah Forkopimcam dan Keuchik Susoh

Jalan merupakan kebutuhan utama bagi petani agar ekonomi masyarakat benar-benar pulih pasca konflik dan imbas covid-19, apalagi saat ini pemerintah pusat sedang melaksanakan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

“Harapan kami petani, agar semua pihak bisa membantu mewujudkan keinginan kami, agar semua masyarakat kami bisa merasakan apa yang mereka harapkan selama ini,” pinta M Rizal.

PENULIS : FERIZAL HASAN (BIREUEN)

Berita Terkini

Haba Nanggroe