JAKARTA | ACEHHERALD – Burung prasejarah Archaeopteryx kerap disebut sebagai dinosaurus terbang. Menurut sejumlah ahli hewan purba, binatang berbulu dan bersayap ini adalah bukti bahwa burung atau unggas lainnya berevolusi dari dinosaurus.
Archaeopteryx punya panjang tubuh sekitar 60 cm, dengan rentang sayap juga sekitar 60 cm, dikutip dari laman Encyclopaedia Britannica Kids.
Fosil rangka Archaeropteryx salah satunya terawetkan di batu kapur (limestone), lengkap dengan jejak bulunya.
Saking miripnya dengan dinosaurus karnivora coelurosaurs (theropoda seperti T-rex), peneliti awalnya tidak mengklasifikasikannya ke golongan burung andaikan tidak ada jejak bulu-bulu tersebut, seperti dikutip dari Encyclopaedia Britannica.
Terlebih, bulu-bulu tersebut memiliki struktur dan susunan seperti bulu sayap. Struktur ini mirip dengan punya burung modern, sehingga mengindikasikan bahwa Archaeropteryx bisa terbang.
Fosil-fosil berusia sekitar 159 juta-144 juta tahun tersebut umumnya ditemukan di bagian selatan Jerman. Kelak, 70 juta tahun kemudian, burung pun muncul sebagai bentuk evolusi terbarunya. Memangnya, seperti apa bentuk sebelumnya?
Rupa Burung Zaman Dinosaurus
Fitur Dinosaurus Pemakan Daging
Semasa hidupnya, dinosaurus terbang pemakan daging ini punya gigi dewasa berbentuk kerucut di rahang bawah. Ia bisa makan reptil, mamalia, atau serangga kecil, dikutip dari laman Natural History Museum.
Mendukung perburuannya, Archaeropteryx juga berleher kurus panjang yang fleksibel. Kaki, telapak kakinya, dan ekornya juga panjang, sementara tangannya bercakar.
Terbang, Berenang, dan Menangkap Ikan
Archaeropteryx diperkirakan terbang dengan berlari cepat di tanah lalu melompat untuk mulai mengepakkan sayap di udara. Ia diperkirakan lebih mampu terbang jarak pendek untuk mengecoh predator ketimbang mengepakkan sayap lama-lama dan berjalan jauh.
Namun, burung purba ini dianggap cenderung menghabiskan lebih banyak waktu berteduh di pohon-pohon rendah.
Dinosaurus ini juga diperkirakan berenang dan menangkap ikan di laguna-laguna yang mengelilingi pulau habitatnya. Seperti dinosaurus dan burung masa kini, Archaeropteryx juga berkembang biak dengan bertelur.
Bulu Hitam
Berdasarkan studi melanosoma, granula pemroduksi melanin berwarna di sel kulit melanosit, sayap Archaeropteryx berbulu hitam. Bentuknya seperti bulu burung merpati masa kini.
Bukan Nenek Moyang Burung
Fitur bulu, tangan berjari tiga, tulang garpu, dan tungkai kuat dan panjang sering dianggap peneliti sebagai acuan mendiagnosis apakah sebuah hewan termasuk kelompok burung.
Nah, berdasarkan acuan tersebut, maka Archaeropteryx bukanlah dinosaurus burung tertua di dunia. Sebab, fosil Xiaotingia zhengi dan Aurornis xui dari China punya fitur tersebut. Keduanya diperkirakan sudah hidup sekitar 5-10 juta tahun sebelum Archaeropteryx.
Sumber: detikedu