Ini Tanggapan ‘Juru Kunci’ Stadion Dimurthala, Sekali Tanding Butuh 175 Liter BBM

BANDA ACEH I ACEHHERALD – Siapa yang tak kenal dengan sosok pria legam berpostur gemuk berkepala plontos di Stadion Dhimurthala Lampinueng. Ya…itulah ‘juru kunci’ Stadion Lampinueng selama 31 tahun terakhir. Burhan yang kadang oleh rekan dan koleganya sering diplesetkan dengan ‘burung hantu’ itu, saat ini dalam proses pemulihan, setelah ia dirawat selama 14 hari di … Read more

Burhan sedang ikut berlatih bola di Stadion Lampinueng. Foto Ist

Iklan Baris

Lensa Warga

BANDA ACEH I ACEHHERALD – Siapa yang tak kenal dengan sosok pria legam berpostur gemuk berkepala plontos di Stadion Dhimurthala Lampinueng. Ya…itulah ‘juru kunci’ Stadion Lampinueng selama 31 tahun terakhir. Burhan yang kadang oleh rekan dan koleganya sering diplesetkan dengan ‘burung hantu’ itu, saat ini dalam proses pemulihan, setelah ia dirawat selama 14 hari di rumah sakit.

Praktis ia nyaris tiga pekan tak lagi berdinas di Stadion Lampinueng. “Saya kelelahan Bang setelah turnamen sepakbola HUT Bank Aceh yang memakai stadion nyaris sepekan. Setelah itu kondisi agak tidak fit dan seperti demam. Tapi kini kondisi mulai pulih dan istirahat di rumah saja,” kata Burhan, saat dihubungi acehherald.com, Selasa (06/09/2022) siang tadi.

Dengan kondisi itu, Burhan tak ada di Stadion Lampinueng, ketika drama genset abeh minyeuk melanda memadamkan lampu stadion Lampinueng , hingga membatalkan pertandingan Persiraja vs PSMS Medan, Senin (05/09/2022) malam. “Selama 31 tahun saya di Lampinueng, inilah kali pertama terjadi mati lampu saat laga mau dipentaskan. Nggak tahu juga saya kenapa, karena saya tak ada di Stadion,” kata Burhan.

Saat stadion Lampinueng mati lampu hingga membatalkan laga Persiraja vs PSMS

Ketika ditanya, berapa kira kira kebutuhan BBM untuk durasi sekali laga, mulai dari persiapan, Latihan pemanasan hingga closing lapangan satu jam setelah pertandingan, Burhan dengan gampang merincikan nya. “Biasanya untuk pertandingan malam, kami mulai menghidupkan genset untuk lampu stadion mulai pukul 19.00 WIB bakda magrib. Lampu itu diperkirakan hidup terus hingga pukul 23.00 WIB atau bahkan pukul 24.00 WIB, dengan perkiraan adanya adu penalty hingga insiden lapangan dan juga celebrasi tim. Kita perkirakan itu semua, dan lampu tak boleh mati. Kami butuh BBM genset solar dexlite paling tidak 175 liter atau lima jiriken 35 liter,” kata Burhan.

Baca Juga:  Gakkum KLHK: 2 TSK Penjualan Kulit Harimau Diancam Prodeo 5 Tahun dan Denda Rp100 Juta

Di sisi lain, jika memang ingin lebih save, maka disiapkan enam jiriken 35 litar atau 210 liter. Dengan taksiran harga dexlite Rp 17.100 per liter, rata rata kebutuhan uang untuk minyak genset adalah Rp 2,8 hingga Rp 3,2 juta. “Kita pakai dexlite karena membeli di SPBU, kalau solar subsidi tentu tak diberikan, kecuali pakai jiriken sepuluh liter sambil sembunyi sembunyi dan bisa dibawa pakai sepeda motor seperti scoopy,” kata Burhan sedikit bercanda.

Dalam insiden mati lampu di Stadion Dimurthala yang diakui oleh venue delegate pada pukul 20.24 WIB atau enam menit sebelum laga, maka dapat ditebak berapa alokasi BBM yang tersedia malam itu. Wajar jika Burhan memperkirakan, stok BBM saat malam nahas itu mungkin hanya cukup hingga pemain melakukan warming up di lapangan. Hasilnya, lagi lagi laga gagal, dan fasilitas stadion jadi tumbal. Tentu saja hukuman juga mendera oleh Persiraja.  Duuuuh………

 

 

Berita Terkini

Haba Nanggroe