Ini Curhat Susi Pudjiastuti Soal Nasib Susi Air di Papua

JAKARTA | ACEHHERALD – Untuk membantu pendistribusian dan mobilisasi masyarakat di wilayah Papua, sejak tahun 2006 Susi Air telah hadir membantu masyarakat Papua secara umum maupun pemerintah daerah. Namun, tepat 27 hari yang lalu salah satu pesawat porter milik Susi Air dibakar dan sang Pilot disandera oleh kelompok bersenjata yang mengatasnamakan Organisasi Papua Merdeka (OPM). … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

JAKARTA | ACEHHERALD  – Untuk membantu pendistribusian dan mobilisasi masyarakat di wilayah Papua, sejak tahun 2006 Susi Air telah hadir membantu masyarakat Papua secara umum maupun pemerintah daerah.

Namun, tepat 27 hari yang lalu salah satu pesawat porter milik Susi Air dibakar dan sang Pilot disandera oleh kelompok bersenjata yang mengatasnamakan Organisasi Papua Merdeka (OPM). OPM juga membakar pesawat Susi Air.

“Saya ingin menyampaikan Susi air telah berkiprah di Papua sejak tahun 2006. Dari 1 pesawat, 2 pesawat, sampai akhirnya ada 22 pesawat terbang di Papua,” cerita Founder Susi Air, Susi Pudjiastuti saat jumpa pers beberapa waktu lalu, seperti dikutip, Senin (6/3/2023).

Adapun base yang telah dibangun Susi Air dari tahun 2009 sudah ada di Sentani, Wamena, Nabire, Timika, Manokwari, Merauke, dan ada 6 lokasi Sorong Biak.

“Rata-rata pesawat kita terbang kurang lebih dari 70-120 penerbangan setiap hari, dengan 2 jenis pesawat yaitu Caravan dan Porter,” terangnya.

Pada tahun 2012, lanjutnya, Susi Air mendapatkan kontrak perintis dari pemerintah, dengan itu Susi Air dapat terbang menerbangi rute-rute perintis, yang karena waktu itu Merpati dan maskapai lainnya sudah selesai, dan tidak melakukan penerbangan lagi. Jadi, Susi Air yang mendapatkan amanah dengan kontrak pemerintah untuk menerbangi rute-rute perintis.

Rute perintis adalah rute yang ditentukan oleh pemerintah untuk diterbangi, dan 65% ongkosnya disubsidi oleh pemerintah.

“Jadi tiketnya murah, Rp 250 ribu saja kita jual, sebagian dibayar oleh pemerintah kepada kami,” ujarnya.

Dengan rata-rata 100 flight per hari, kehadiran dan peran Susi Air tentunya sangat signifikan untuk masyarakat Papua. Menurut Susi maskapainya setiap hari mengangkut kebutuhan pokok, bahan bakar, makanan, hingga obat-obatan bagi masyarakat Papua. Tidak hanya itu, Susi Air juga membawa program-program pemerintah untuk kemajuan masyarakat Papua.

Baca Juga:  Susi Air Diusir Paksa Satpol PP Dari Hanggar Malinau, Kaltara

Namun, dengan adanya kejadian ini tentu mengagetkan pihak maskapai Susi Air. Dampaknya pun sudah terasa.

Insiden pembakaran pesawat dan penyanderaan pilot Susi Air menyebabkan 70% operasional penerbangan porter Susi Air di Papua berhenti. Tidak hanya itu, banyak pilot yang trauma dan kehilangan kepercayaan diri untuk terbang ke wilayah-wilayah tersebut.

Dari pesawat yang dibakar OPM saja, Susi Air sudah rugi US$ 2 juta atau sekitar Rp 30,4 miliar (asumsi kurs Rp 15.250 per dolar AS). Bahkan yang bikin sedih lagi, pesawat jenis Pilatus PC-6 Turbo Porter sudah tak diproduksi lagi.

Lalu, bandara distrik Paro yang menjadi tempat kejadian sudah ditetapkan sebagai zona merah (red zone) yang tidak boleh dimasuki oleh pesawat komersil atau yang di luar institusi negara. Susi pun berkirim pesan ke masyarakat Papua dan OPM.

“Kehadiran Susi air tentunya sangat signifikan di Papua. Dan saat ini, Dengan kejadian ini tentu mengagetkan kami, menyedihkan kami, juga tidak habis pikir. Untuk saya pribadi, apa yang terjadi ini adalah hal yang sangat tidak kita harapkan, dan kita tidak habis pikir. Saya mengerti orang berjuang, memperjuangkan kemerdekaan dengan mengambil kemerdekaan orang itu bukan cara yang bijak,” pungkasnya.

Sumber: CNBC Indonesia

Berita Terkini

Haba Nanggroe