
BANDA ACEH I ACEHHERALD.com
Harga berbagai kebutuhan pokok terus melonjak di berbagai pasar di Banda Aceh.
Kenaikan-kenaikan harga itu, selain faktor menjelang hari raya Idul Fitri 1441H yang hanya tinggal 3 hari lagi, juga faktor ketersediaan dan pasokan barang yang semakin menipis.
Harga tomat yang sebelumnya berkisar Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per kg, Rabu (20/5/2020) dijual dengan harga Rp 14.000 per kg. “Ketika dicoba meminta kurang, pak harga ini berlaku untuk hari ini, mungkin besok (Kamis, 21/5) harganya akan naik lagi,” kata seorang pedagang di Pasar Seutui, Banda Aceh.
Sedangkan harga cabai merah yang sebelumnya sempat bermain dihargai antara Rp 12.000 – Rp 15.000 per kg, hari ini dijual dengan harga Rp 40.000 per kg. “Sejak beberapa hari ini harga cabai merah memang terus terkoreksi. Ya bisa saja karena dekat dengan hari raya Idul Fitri atau bisa jadi karena faktor produksi yang berkurang, karena banyak areal pertanian terendam banjir selama sepekan terakhir,” ujar Irwan.
Cabai Ijo Ikut Naik
Sedangkan cabai hijau yang sebelumnya bermain di bawah Rp 20.000 per kg, hari ini juga dijual di atas Rp 20.000. “Rata-rata harga cabai ijo itu dijual dengan harga Rp 24.000 per kg atau Rp 7.000 seper empat,” tambah Irwan.
Gejolak harga kebutuhan sehari-hari, ternyata tidak hanya di cabai dan tomat. Tapi, bawang merah yang sempat naik hingga Rp 70.000 per kg, hingga saat ini belum juga turun-turun. “Ada memang beberapa jenis bawang merah dengan harga di bawah Rp 60.000 per kg, tapi kondisi masih basah hingga sulit untuk disimpan,” ujarnya.
Akibat mahalnya bawang merah lokal, seorang ibu mengaku sejak harganya sudah tak nomor, kami kini beralih ke bawang peking. “Harga bawang peking di pasar saat ini, ukuran paling besar Rp 16.000 per kg. Sedangkan ukuran sedang harganya mencapai Rp 25.000 per kg,” ujarnya.
Dan lebih gila lagi, harga kangkung yang sebelumnya dua ikat besar dihargai Rp 5.000, kini harganya mencapai Rp 14.000 per dua ikat. “Itu pun barangnya terbatas,” kata pedagang yang akrab disapa dengan panggilan Bang Do.
“Kami mau tak mau harus berjualan, meski modal barang kami mahal. Ya kami harus jual dengan harga mahal juga,” katanya.
Penulis : M Nasir Yusuf