Galang Aksi Keprihatinan, Apkasindo Aceh akan Usung Peti Mati ke Kantor Dewan

Pabrik Mulai Tutup Pintu untuk TBS BANDA ACEH I ACEH HERALD LONCENG kematian untuk petani sawit di Aceh mulai berdentang. “Mulai besok, Minggu (15/05/2022) PPMKS (pabrik kelapa sawit) PT Mon Jambee di Abdya, tak lagi menerima pasokan tandan buah segar (TBS). Ini info terakhir yang sa ya terima beberapa menit lalu,” ujar Fadhli Ali, Sekretaris … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

Pabrik Mulai Tutup Pintu untuk TBS

Fadhli Ali

BANDA ACEH I ACEH HERALD

LONCENG kematian untuk petani sawit di Aceh mulai berdentang. “Mulai besok, Minggu (15/05/2022)  PPMKS (pabrik kelapa sawit) PT Mon Jambee di Abdya,  tak lagi menerima pasokan tandan buah segar (TBS). Ini info terakhir yang sa ya terima beberapa menit lalu,” ujar Fadhli Ali, Sekretaris Wilayah (Sekwil) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh, Sabtu (14/05/2022) petang ini.

Menurut Fadhli, penutupan kran TBS itu sama saja dengan kiamat bagi petani. Karena hanya PMKS lah yang mampu mengolah TBS menjadi CPO selama ini. Artinya, produk TBS petani hanya mengalir ke pabrik atau PMKS, jika tidak maka komoditi akan dibiarkan busuk di batang.

Fadhli menambahkan, langkah manajemen PT Mon Jambee itu hampir pasti akan diikuti oleh pabrik lainnya. Karena tanki mereka juga sudah penuh. Hal itu seperti diakui Jubir GAPKI Pusat, Tofan Mahdi, yang memprediksikan, dua pekan ke depan semua PMKS di negeri ini akan menutup pintu untuk pasokan TBS, baik dari kebun sendiri maupun dari petani. “Ini yang kami katakana, kiamat untuk dunia sawit yang melibatkan kepentingan serta hajad hidup jutaan orang,” tutur Fadhli.

Ditambahkan, menyikapi kondisi down fall industri sawit tersebut, petani sawit Aceh yang tergabung dalam Apkasindo akan melakukan aksi keprihatinan bersama Apkasindo Pusat di Jakarta. “Kami akan ikut aksi yang dijadwalkan berlangsung tanggal 17 Mei bulan ini di Jakarta,” tandas Fadli.

Disebutkan, dengan kondisi lonteng kematian untuk petani sawit itu, pihak Apkasindo Aceh juga berencana melakukan aksi keprihatinan ke gedung dewan di Aceh. Disebut sebut para petani yang kini nasibnya mulai morat marit itu, akan membawa keranda atau peti mati ke gedung dewan, sebagai ekspresi atas kematian ekonomi mereka akibat kebijakan larangan eksport. Disebut-sebut peti mati itu akan diserahkan kepada legislator, sebagai lambang nasib petani sawit untuk diketahui dan ditindaklanjuti oleh legislator.

Baca Juga:  7 Perusahaan Didenda Gegara Bikin Minyak Goreng Langka, Terbesar Rp 40 M

Fadli mengaku langkah itu telah menjadi agenda mereka, termasuk dengan mendatangi kantor Gubernur Aceh, dengan harapan Gubrenur juga ikut memikirkan nasib petani sawit. Termasuk untuk menetapkan harga TBS melalui Pergub. “Kami ingin agar eksekutif juga berpikir terhadap nasib petani sawit yang kini terasa di ujung tanduk,” tandas Fadhli Ali.

Panen sawit rontok

Sementara itu di sisi lain, Fadhli yang juga petani sawit itu mengungkapkan, sejak adanya trend harga sawit yang tidak menentu itu, pihak petani tetap ada yang terus berharap munculnya trend positif. Mereka membiarkan TBS di batang dengan menunda panen.

Namun apayang terjadi, harga terus terjun bebas, hingga mereka memanen buah sawit rontok atau btondilan. “Namun yang lebih pahit, justru harganya makin anjlok dan banyak yang ditolak pengepul. Rekan saya banyak yang tak sanggup menahan airmata dengan kondisi begini,” tutur Fadhli, seraya membathin kapankah prahara ini berlalu.

Fadhli sendiri mengaku sedang melakukan beberapa persiapan untuk mengikuti aksi keprihatinan di Jakarta bersama jajaran Apkasindo seluruh Indonesia,17 Mei mendatang.

Berita Terkini

Haba Nanggroe