SELASA (06/06/2023) sekira pukul 17.23 WIB, mendung masih menggelayut di langit Kota Banda Aceh. Udara terasa mulai basah. Sebuah mobil warna hitam diplomat merek Mitsubishi Pajero Sport BL 1 A yang diikuti sedikitnya dua mobil, merapat ke tempat kami bersama para Pemimpin Redaksi portal media online, sedang santai ngopi sore, di sebuah coffee kekinian tak jauh dari Fly Over Simpang Surabaya.
Seorang pria dengan gaya sederhana barbalut busana dinas, turun dari mobil yang pintunya dibukakan oleh seorang anak muda. Pria dengan potongan rambut ala klasik menjurus ikal itu adalah Bakri Siddiq, Penjabat Walikota Banda Aceh.
Bakri datang dengan didampingi beberapa orang staf, seperti Kabag Humas, Kabag Hukum dan Asisten Sekdako. Mantan Ketua Bappeda Singkawang Kalimantan Barat selama tujuh tahun itu, langsung menuju ke meja kami bersama stafnya yang ikut mendampingi. Meja panjang yang telah kami siapkan terisi penuh.
Kami lalu terlibat pembicaraan santai menjurus ngalor ngidul sekadar membunuh waktu menanti malam turun. Tentunya sambil menyeruput secangkir kopi atau teh manis. Ada cemilan kentang goreng dan ketela goreng yang garing dan terasa nyaman di lidah. Bakri bercerita soal obsesinya untuk terus berbuat yang terbaik bagi Kota Banda Aceh, di tengah serbuan isu hoaks dan bahkan rumors soal ancaman hukum. Padahal semua tahu, jika Bakri yang dilantik oleh Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki pada tanggal 7 Juli 2022 itu ‘menerima’ warisan utang yang disebut sebut mencapai Rp 200 miliar lebih dari pemerintahan pendahulunya. Wajar kala itu, Achmad Marzuki berharap banyak kepada Bakri Siddiq untuk memulihkan ‘demam panas akut’ yang melanda Pemerintahan Kota Banda Aceh.
Namun tiba tiba beredar rumors jika Pemko Banda Aceh tersangkut persoalan hukum, terutama terkait dengan iklan media. Kabag Humas Pemko saat ini, Aulia SSTP juga sempat dipanggil oleh hamba hukum. Seiring dengan itu, ‘senapan’ para penyerbu juga mengarah ke Bakri Siddiq. Dan yang membuat makin gonjang ganjing, justru serbuan hujatan dan sangkaan terhadap Bakri Siddiq tiba tiba tensinya meningkat, seiring muncul rumors jika Bakri Siddiq sedang bersiap masuk kontestasi politik untuk posisi Walikota Banda Aceh tahun 2024 mendatang.
Lantas apa kata Bakri……? Saya juga bingung, soalnya tak ada sedikitpun rencana saya untuk maju di tahun 2024. Toh sampai saat ini saya ASN, komitment saya adalah bekerja dan menjalankan amanah sebagai PJ Walikota Banda Aceh. Jika memang dinyatakan telah selesai, tentu saya harus kembali ke markas di Kemendagri.
Ketika ditanya seputar apa sikapnya terhadap serbuan rumors yang kadang menyentuh privasinya dan lebih dominan nuansa hoaksnya, Bakri dengan santai mengatakan, kita kalikan semuanya dengan nol. Ya…..bilangan pengali yang membuat bilangan manapun hasilnya akan menjadi nol. “Kita kalikan saja dengan nol, jika beratus kali pun hoaks itu datang, maka kalikan saja dengan nol dan hasilnya akan tetap nol. Kita hidup saja bagai air mengalir dan akan terus mengalir menuju muara di hilir.”
Ya….bagi Bakri, tak ada kata untuk counter attack (serangan balik) atau bahkan untuk defends sekalipun. Karena kamusnya adalah berpikir positif dan kali kan saja dengan nol. Hingga apa pun yang dikatakan akan hilang dengan sendirinya.
Namun menyangkut dengan rumors pelanggaran terkait anggaran di tubuh Pemko atau tepatnya di bagian Humas, Bakri secara terbuka mempersilakan pihak terkait manapun untuk meneusurinya. Namun ia mengingatkan, hendaknya dilakukan audit cut off atau pemisahan catatan transaksi dari periode sebelumnya ke periode berjalan. Dengan cara ini akan diketahui persoalan yang sebenarnya.
Tampa terasa, kami nyaris satu jam berbincang. Matahari telah menyentuh batas horison, lamat lamat suara lantunan ayat suci Alquran menggema dari menara masjid, pertanda Magrib menjlang. Kami lalu meninggalkan lokasi rehat petang itu, sambil mengenang filosofi Angka Nol seorang Bakri Siddiq.