Dianggap Kualitas Buruk, Masyarakat Pertanyakan Proyek Pembangunan Drainase Rp. 1.048 M

TAKENGON I ACEHHERALD – Guna antisipasi banjir dan longsor yang kerap melanda kawasan Aceh Tengah, pemerintah Aceh Tengah gencar membangun saluran drainase di beberapa titik selama ini berpotensi menyebabkan banjir dan longsor. Salah satu proyek pembangunan drainase tersebut berada di kawasan Kampung Atu Tulu Kecamatan Bebesen Aceh Tengah. Proyek pembangunan drainase tersebut menelan biaya sekitar … Read more

Foto Ist

Iklan Baris

Lensa Warga

TAKENGON I ACEHHERALD – Guna antisipasi banjir dan longsor yang kerap melanda kawasan Aceh Tengah, pemerintah Aceh Tengah gencar membangun saluran drainase di beberapa titik selama ini berpotensi menyebabkan banjir dan longsor.

Salah satu proyek pembangunan drainase tersebut berada di kawasan Kampung Atu Tulu Kecamatan Bebesen Aceh Tengah.

Proyek pembangunan drainase tersebut menelan biaya sekitar 1,048 miliar dengan bersumber dari Dana Otonomi Khusus Aceh atau DOKA.

Pembangunan tersebut mendapat kritikan dari beberapa masyarakat kawasan setempat, hingga masyarakat menghubungi pihak media guna mempertanyakan perihal pembangunan proyek tersebut yang menurut mereka terkesan tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

Di antara kejanggalan yang mereka pertanyakan adalah terdapat kekurangan pelaster di sisi parit atau drainase yang dibangun sehingga meski masalah pengerjaan namun sudah ditemukan banyak keretakan yang diduga akibat ketebalan material plaster kasar antara batu mangga sangat tipis, sehingga banya titik yang batu mangga sebagai material utama masih bermunculan setelah diplaster kasar.

Disamping itu, takaran campuran antara pasir dan semen juga menjadi perhatian mereka, menurut masyarakat plaster kasar yang ada saat ini, bisa di garut dengan tangan atau diremas, sehingga semen plasteran tersebut hancur lebur seperti abu. “Kami sangat menyayangkan pengawasan proyek pembangunan drainase di kampung kami ini, banyak kejanggalan yang menurut kami yang awam ini terjadi pada pembangunan drainase ini. Kami takut pihak pelaksana dengan tanpa pengawasan langsung memelaster halus parit ini, agar tampak bagus dan mulus dan diterima oleh pihak dinas Perkim dan dilakukan pembayaran, sementara pihak pengawas terkesan membiarkan kualitas parit ini buruk,” ujar salah warga yang engan disebut namanya.

Berdasarkan pengamatan awak media di lapangan, memang tampak seperti apa yang digambarkan oleh masyarakat, banyak terdapat keretakan disisi parit yang sudah diplaster kasar, dan ada beberapa titik yang cor-corannya tampak gantung tidak sampai kedasar parit.

Baca Juga:  Wali Nanggroe : Pengembangan Pariwisata Aceh Tengah Butuh Pengelolaan Lebih Baik

Ada juga beberapa titik yang sesuai laporan warga plasterannya bisa digarut atau diremas dengan tangan, dan setelah awak media menyaksikan warga melakukan penggarutan dengan cara meremas plasteran sisi parit, ternyata benar, material plasteran tersebut sangat rapuh.

Sementara itu, Kadis Perkim Aceh Tengah Mauiza Uswa ketika di konfimasi terkait hal tersebut yang diwawancarai Acehherald.com via whatsapps, Jum’at (04/11/22) mengatakan, pihaknya akan segera turun ke lapangan guna melakukan pengecekan pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Dalam kesempatan itu, Mauiza juga mengatakan bahwa jika terdapat kekurangan pada pengerjaan proyek tersebut akan dilakukan perbaikan segera dan jika ada terdapat kekurangan yang parah, akan dilakukan pembongkaran. “Kami akan turun dulu kelapangan untuk melihat kondisi sebenarnya, biar tidak salah mengambil keputusan, tapi kemungkinan pekerjaan ini dibongkar ada,” ujar Mauiza.

 

Hari ini, lanjut Mauiza, pihaknya akan melakukan perbaikan dan penyempurnaan, jika ada yang tidak sesuai, akan dilakukan pembongkaran.

 

Robby

Berita Terkini

Haba Nanggroe