CALANG I ACEHHERALD.com – Pengamat ekonomi yang juga praktisi perbankan, Amal Hasan SE MSi, mengatakan, selama ini kecenderungan bantuan dan dukungan dana kepada lembaga dayah atau pesantren hanya bersifat program hibah. Dan itupun lebih banyak bersifat konsumtif, sehingga sangat sulit bagi dayah untuk tumbuh mandiri.
Hal itu diungkapkan Amal di depan forum Kopiah (Kolaborasi Pemberdayaan Ekonomi Dayah) yang dilaksanakan di Calang, Aceh Jaya, Rabu (18/10/2023) kemarin. Acara yang diinisiasi oleh Badan Dayah, Aceh Jaya itu, menampilkan Amal Hasan sebagai salah seorang keynote speaker. Kegiatan tersebut diikuti oleh para pimpinan dayah di Aceh Jaya.
Menurut Amal, akibat tak mampu mandiri, terkadang pengurus dan santri harus melakukan berbagai upaya untuk memobilasasi sumber dana, guna memenuhi kebutuhan operasional dayahnya. “Kita berharap ke depan pemerintah bertindak secara konsisten dalam mempercepat kemandirian dayah melalui strategi kolaborasi pemberdayaan ekonomi. Kita yakin banyak peluang usaha produktif bisa dikembangkan oleh dayah dayah di kabupaten Aceh Jaya ini,” tutur Amal Hasan.
Ditambahkan, dari sisi potensi lahan, hampir setiap dayah di Aceh Jaya memiliki sumber daya lahan yg cukup untuk dikelola menjadi lahan produktif. Tinggal bagaimana dinas terkait bisa saling berkoordinasi untuk mengkolaborasikan berbagai program pemberdayaan dengan pengembangan ekonomi secara terintegrasi. “Forum ini sangat bagus dan perlu dilakukan secara berkala, agar mampu mendorong keandirian dayah sebagai basis pengembangan ilmu agama, konon lagi dikaitkan dengan keistimewaan Aceh,” kata Amal.
Acara yang dilaksanakan oleh Badan Dayah Aceh Jaya itu berlangsung di Aula gedung DPMPKB komplek perkantoran pemerintah Aceh Jaya.
Amal Hasan membawakan presentasi dengan titel, “Penataan Ekonomi Produktif Untuk Membangun Fondasi Kemandirian Dayah”
Menurut Amal dalam presentasinya, selama ini keberadaan lembaga pendidikan dayah cenderung dipandang sebagai lembaga yang tupoksinya berada di bawah lembaga pendidikan umum. Stigma yang melekat secara psikologis dalam persepsi pemerintah dan publik, telah menyebabkan lembaga pendidikan dayah ini seperti kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Bahkan di Aceh yang memiliki kekhususan dalam penerapan Syariat Islam secara kaffah, perhatian terhadap lembaga pendidikan dayah masih belum cukup memadai. “Hal tersebut juga disampaikan dan dikeluhkan oleh pengurus dayah dalam forum itu, misalnya tidak jelasnya dukungan alokasi anggaran untuk kegiatan operasional dan proses belajar di Dayah, maupun dukungan dalam bentuk infrastruktur dan kebutuhan para santri dari berbagai tingkatan. “Semestinya dengan Penerapan Syariat Islam di Aceh, dukungan kepada dayah dayah ini harus maksimal atau paling tidak sama dengan lembaga pendidikan umum lainnya. Sehingga keberadaan pendidikan dayah ini juga mampu menghasilkan SDI (Sumber Daya Islam) yang handal di masa depan.
Dalam kesempatan itu juga sempat dilakukan MoU Komitmen bersama KOPIAH untuk mempercepat kemandirian dayah.
Turut memberikan materi, Kadis Pendidikan Dayah Aceh Jaya, Anggota Komisi D DPRK Aceh Jaya serta Ketua Bappeda Aceh Jaya.