Berbuah Anugerah SMSI
TANGGAL 14 Juli 2022 menjadi titik balik bagi Muhammad Iswanto SSTP MM, pria kelahiran Blang Bintang, Aceh Besar, 10 April 2022. Dilantik menjadi Pj Bupati termuda di Aceh, ia didapuk untuk menjadi nakhoda Pemerintahan Aceh Besar, sebuah kawasan yang menjadi hinterland bagi Banda Aceh. Yaa… kawasan yang menghidupi ibukota propinsi, mulai dari suplai sayur hingga menjaga ketersediaan air bersih sekalipun. Tugas berat menanti, memimpin Aceh Besar sekaligus sebenarnya menjaga kesinambungan posisi full supporting untuk ibukota propinsi.
Saat dilantik bersama empat Pj Bupati/Walikota yang lain, suami dari Cut Rezky Handayani SIP MM ini sempat dibisiki oleh Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki dalam nada singkat, “jagalah amanah, Anda adalah harapan saya.” Sebuah ucapan yang penuh makna, dan memunculkan spirit tersendiri.
Iswanto sadar sepenuhnya, jika rakyat Aceh Besar dominan sebagai petani dan nelayan. Hanya irisan kecil dalam grafik dengan fungsi di luar itu, seperti ASN hingga kontraktor sekalipun.

Bercermin dari hal tersebut, pria yang masih tercatat sebagai Kepala Biro Adpim Setda Aceh ini, bergerak cepat untuk berbuat. Ia membangun komunikasi internsiv dengan lintas jajaran, mulai dari level propinsi, hingga Jakarta, bahkan menggandeng legislator Aceh di Jakarta. Ketika dia mulai bertugas, saat itu peternak di Aceh Besar sedang dilanda Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), bahkan jumlah ternak yang terinfeksi di Aceh Besar saat itu melewati angka 12 ribu ekor, namun dengan langkah cepat dan pasti, dia bersama Forkopimda langsung memimpin penanganan ini ke lokasi – lokasi peternak di seluruh kecamatan. Hasilnya adalah, Aceh Besar tercatat sebagai Kabupaten/kota yang tercepat dan pertama kembali ke nol kasus PMK di Aceh.
Sektor lainnya seperti pertanian, Aceh Besar diguyur tambahan pupuk bersubsidi tahun 2022 dan 2023, selain itu juga mendapat bantuan saprodi (sarana produksi) untuk sektor pertanian, mulai dari bibit hingga alsintan. Antara lain traktor tangan, traktor skala besar untuk para petani, hingga rumah pengering, yang membuat gabah petani tak tergantung dengan cuaca untuk proses pengeringan.

Iswanto yang menjadi satu satunya Kepala Daerah di Aceh yang menjadi anggota Keluarga Besar Kementerian Pertanian RI, setelah disematkan Pin Keluarga Besar oleh Mentan Yasin Limpo itu, terus bergerak. Tujuannya hanya satu, mewujudkan petani Aceh Besar yang tangguh, mandiri dan sejahtera. Dan secara langsung akan memiliki daya tahan terhadap gempuran inflasi karena memiliki ketahanan pangan yang mumpuni.
Di sisi lain, perhatian kepada nelayan juga harus diutamakan. Iswanto menyurati Pertamina untuk penambahan kuota solar nelayan di Pulo Aceh yang menjerit karena kelangkaan solar. Di bagian lain, anak lelaki yang besar dari keluarga petani itu, juga menyadari jika impitan inflasi mengepung rakyatnya. Ia lalu melakukan serangkaian operasi pasar murah, termasuk menyurati Pertamina untuk melakukan Operasi Pasar Murah gas 3 Kg. Rakyat lalu menikmati harga gas elpiji 3 kg dengan harga sebenarnya Rp 18.000 per tabung sesuai HET. Satu hal yang selama ini bagai mimpi tiada kata akhir. Karena sebelumnya terpaksa membeli Rp 35 -50 ribu per tabung. “Saya lahir dari tengah rintihan rakyat kebanyakan. Karena saya bukan sekadar mendengar, tapi juga memahami jeritan keprihatinan mereka. Kini saat saya diberi amanah, saya berusaha untuk berbuat, walau hanya ibarat riak buih di tengah samudera luas.”
Selaku sosok muda, Iswanto layak dikatakan sebagai the rising star, karena ia telah merakit sebuah bahtera yang bernama ketahanan pangan menuju kesejahteraan petani di Aceh Besar dan mampu menjadi supporting bagi ekonomi Aceh Besar, dengan membenahi Pasar Induk secara tiada henti. Itulah, hasil dari sebuah dedikasi tiada henti tanpa demarkasi.

Iswanto bukan hanya sekadar mencukupi kebutuhan lokal rakyat Aceh Besar, namun ia juga menjaga kontinuitas pasokan pangan dan sembako untuk Kota Banda Aceh. Siapapun tak bisa membantah jika Pasar Induk Lambaro di Kecamatan Ingin jaya, adalah ruh untuk pasokan pangan dan sembako hinggga sayur sayuran sekalipun untuk Kota sabang, Banda Aceh hingga Kabupaten Aceh Jaya.
Tak terhitung jumlahnya, ketika bakda subuh, lelaki yang pernah menekuni beladiri karate itu, melanglang buana di gang gang pasar induk, sambil bercengkrama dengan pedagang untuk sekadar memastikan ketertiban dan kenyaman transaksi, dan hari ini tampilan pasar induk Lambaro jauh berbeda dari sebelumnya, meski masih sangat butuh perbaikan sarana dan prasarana. Hanya sekadar itukah…? Jelas bukan!! Bersama jajaran terkaitnya, ia memastikan tingkat ketersedian stok pangan yang cukup, serta harga yang sesuai dengan trend yang ada, tanpa memberi kesempatan pedagang atau distributor sekalipun untuk berspekulasi. Sekali lagi, jaminan itu bukan semata mata untuk rakyat Aceh Besar, tapi juga Kota Sabang, Banda Aceh dan masyarakat Aceh Jaya sekalipun. Tak berlebihan jika anak muda ini menjadi the rising star dan SMSI merasa terpanggil memberinya award Peduli Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani.