Cuaca Panas Ekstrem, Jambore Pramuka Dunia di Korsel Terancam Batal

JAKARTA | ACEHHERALD.COM — Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea Selatan terancam batal untuk pelaksanaannya pada Sabtu (5/8) waktu setempat gara-gara kondisi cuaca panas ekstrem. Panas ekstrem itu membuat kontingen dari sejumlah negara menarik diri. Penarikan kontingen Amerika Serikat, Inggris, dan Singapura menjadi pukulan bagi penyelenggara dan pemerintah Korsel. Singapore Scout Association mengatakan mereka akan … Read more

Iklan Baris

Lensa Warga

JAKARTA | ACEHHERALD.COM — Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea Selatan terancam batal untuk pelaksanaannya pada Sabtu (5/8) waktu setempat gara-gara kondisi cuaca panas ekstrem.

Panas ekstrem itu membuat kontingen dari sejumlah negara menarik diri. Penarikan kontingen Amerika Serikat, Inggris, dan Singapura menjadi pukulan bagi penyelenggara dan pemerintah Korsel.

Singapore Scout Association mengatakan mereka akan dipindahkan dari lokasi jambore. Pasalnya suhu di Saemangeum yang berdekatan Buan, lokasi Jambore Pramuka Dunia ke-25 berlangsung, mencapai 34 derajat Celcius.

Kontingen pertama-tama akan dipindahkan ke Pusat Pendidikan Daejeon sebelum bergabung dengan Pramuka Inggris di Seoul.

“Keselamatan dan kesejahteraan remaja dan sukarelawan kami adalah yang paling penting,” kata asosiasi tersebut, dikutip dari Channel News Asia.

“Kami tahu itu mungkin mengecewakan bagi sebagian orang, tetapi kami akan melanjutkan pengalaman jambore di Daejeon dan Seoul bekerja sama dengan mitra lokal kami dan Pramuka Inggris dalam program kegiatan sehingga anak-anak muda kami masih mendapatkan hasil maksimal,” lanjutnya.

Singapore Scout Association mengatakan tidak satu pun dari kontingen mereka yang jatuh sakit akibat cuaca panas. Terdapat 67 peserta dari Singapura yang terdiri atas 40 siswa dan 27 guru.

Tak seperti Singapura, beberapa negara seperti Filipina dan Argentina memastikan akan tetap berada di perkemahan meski ada tantangan dari cuaca ekstrem. Mereka melihat adanya perbaikan di lokasi perkemahan.

“Kami mendapat janji dari pimpinan pemerintah bahwa segala sesuatunya akan diperbaiki,” kata Presiden Argentina Scout Association Marina Rustan.

Sedangkan kontingen AS akan mengambil bagian dalam program jambore pada Sabtu (5/8) sebelum pindah ke Garnisun Humphreys Angkatan Darat AS di dekat lokasi jambore pada Minggu (6/8).

“Kontingen AS untuk Jambore Pramuka Dunia telah membuat keputusan sulit bahwa kami akan meninggalkan lokasi Jambore Pramuka Dunia ke-25 lebih awal karena cuaca ekstrem yang sedang berlangsung dan mengakibatkan kondisi di lokasi jambore,” ujar mereka.

Baca Juga:  Jokowi Soal 5 Partai Bentuk Koalisi Besar: Cocok

Sebelumnya, Inggris telah terlebih dahulu memindahkan kontingen mereka ke sejumlah hotel di Seoul. Tim Pramuka Inggris juga terlihat meninggalkan perkemahan dengan tas mereka di Buan pada Sabtu (5/8) pagi waktu setempat.

Panas Ekstrem, Demokrat Minta Jokowi Tarik Kontingen dari Jambore

Sementara itu, Kepala Badan Komando Strategis (Bakomstra) Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra meminta agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) menarik pulang kontingen Indonesia dalam gelaran Jambore Dunia 2023 di Saemangeum, Provinsi Jeolla Utara, Korea Selatan, lantaran kondisi cuaca ekstrem.

Herzaky mengatakan para kontingen anak itu tengah dalam kondisi terancam cuaca panas yang sangat ekstrem mencapai 34-38 derajat celcius, dengan fasilitas yang sangat menyedihkan. Ia menyebut tak perlu menunggu hingga 12 Agustus agar para kontingen dipulangkan ke Indonesia.

“Kami berharap, bapak Presiden, bapak Menteri Pemuda dan Olahraga, Ketua Kwarnas, Dubes Indonesia untuk Korea Selatan, ambil tindakan segera dan sungguh-sungguh untuk membantu anak-anak kita di sana,” kata Herzaky dalam keterangan tertulis, Minggu (8/6).

Ia menyebut setidaknya terdapat 1.569 warga Indonesia, sebagian besar siswa usia 14-18 tahun, yang tergabung dalam kontingen Indonesia, dari total lebih dari 42.000 peserta Jambore dari seluruh dunia. Mereka dijadwalkan berkegiatan di Korea Selatan dari tanggal 30 Juli sampai dengan 12 Agustus 2023.

“Jika kegiatan sudah banyak yang dibatalkan karena cuaca ekstrem, untuk apa bertahan sampai tujuh hari lagi?,” imbuhnya.

Herzaky selanjutnya juga mengaku terdapat sejumlah ‘kekacauan’ di sana. Di antaranya, para kontingen tinggal di dalam tenda yang sangat tipis dengan menggunakan palet plastik untuk tidur karena lahan tempat berkemah aslinya merupakan sawah dan becek.

Kemudian juga buruk fasilitas sanitasi lantaran anak-anak mesti berjalan hingga 2 kilometer menuju lokasi untuk mandi, buang air, dan mencuci pakaian.

“Situasi di sana sangat menyedihkan. Bukan lagi kegiatan pramuka yang melatih kemandirian dan kebersamaan, melainkan sudah menjadi ajang bertahan hidup di tengah ancaman cuaca panas yang sangat ekstrem mencapai 34-38 derajat celcius, dengan fasilitas yang sangat menyedihkan,” kata dia.

Baca Juga:  PT Imza Rizky Jaya Group, PBNU, dan Magnatec Co Ltd Korea, Kolaborasi Bangun Rumah Sakit Internasional di Sabang

Selain itu, ia menyebut asupan makanan yang tidak cukup baik diterima oleh para kontingen. Selanjutnya, fasilitas Shuttle Bus yang terbatas sehingga menyebabkan antrian tunggu yang lama dan mengakibatkan anak-anak kami terpapar panas kembali.

Lalu ada pula laporan terkait kegiatan yang sudah diatur oleh penyelenggara sebagian besar dihentikan karena cuaca dan heatwave tidak aman, sehingga para kontingen seperti terlantar tanpa kegiatan apapun layaknya di camp pengungsian.

“Kondisi anak-anak tidak lagi fisik yang terganggu, ada yang lecet, tidak bisa berjalan, bahkan patah kaki, terserang sakit karena gelombang panas, dan lain sebagainya, melainkan kondisi psikisnya sudah mulai terganggu,” ujarnya.

“Di dekat-dekat tenda anak kami, hampir tiap malam ketika video call, mereka menangis karena tertekan betul. Kalau lokasi seperti bumi perkemahan cibubur, tanahnya ada rumput yang asri, penuh dengan pepohonan yang sejuk. Di sana? gersang, tanpa pohon,” imbuh Herzaky.

Lebih lanjut, apabila para kontingen memang harus tetap berada di sana, maka Herzaky meminta agar diturunkan sejumlah tim untuk membantu para remaja itu untuk menyelesaikan sejumlah permasalahan yang telah ia rangkum itu.

Herzaky juga meminta agar pendamping dari Kwarnas untuk membuka kondisi aktual di sana atau tidak hanya memberikan laporan manis. Apalagi kalau ada anak-anak yang ditanya orang tuanya mengenai kondisi di sana, jangan malah diberikan peringatan karena dianggap mengadu.

“Terakhir, bapak Presiden yang terhormat. Tolong diingat, mereka anak-anak remaja, ikut pramuka, ikut Jambore Dunia. Bukan mau ikut latihan bertahan hidup di camp pengungsian,” ujar Herzaky.

“Kini saatnya bapak Presiden benar-benar menjadi pahlawan untuk rakyatnya. Kami tunggu aksi nyatanya untuk anak-anak kami,” imbuhnya.

Sumber: CNNIndonesia.com

Berita Terkini

Haba Nanggroe