
BLANGPIDIE| ACEH HERALD
PEMERINTAH kembali membuka kran ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan minyak goreng, terhitung Senin (23/5/2022) besok, setelah sempat distop sejak 28 April lalu.
Kebijakan tersebut tentu membuat petani menjadi sedikit lega. Mereka berharap dengan kembali dibuka kran ekspor CPO dan minyak goreng, bisa mendongkrak secara perlahan harga Tandan Buah Segar (CPO) sawit di tingkat petani.
Sudah hampir satu bulan terakhir petani sawit di negeri ini menjerit karena harga TBS sawit terpuruk habis mencapai 65 persen dari harga awal April lalu yang tembus Rp 2.800 sampai Rp 2.950 per kg di tingkat petani.
Namun, harga TBS terpuruk secara tidak terkendali terkena imbas larangan ekspor CPO dan minyak goreng, diterapkan pemerintah sejak 28 April 2022.
Petani sawit di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), termasuk Kabupaten Nagan Raya, memilih tidak memanen TBS sawit karena harga produksi tanaman perkebunan unggulan itu terjun bebas.
Ribuan hektare (ha) areal perkebunan kelapa sawit rakyat, seperti di Kecamatan Babahrot dan Kuala Batee, Abdya, terlantar.
Buah sawit dibiarkan jatuh dan membusuk di bawah pohon, karena lebih 25 hari tidak dipanen.
Diperparah lagi, Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) di Abdya, termasuk sejumlah pabrik di Nagan Raya, berhenti beroperasi sekitar tiga hari lantaran harga TBS semakin kacau balau. Alasan lain, tanki-tanki penyimpanan CPO milik pengusaha PMKS sudah pada penuh semua.
Namun, tiga hari lalu, Presiden RI, Joko Widodo, mengumumkan bahwa pemerintah mengambil kebijakan untuk kembali membuka kran ekspor CPO dan turunannya, berlaku mulai 23 Mei 2022.
Setelah, pemberitahuan yang ditungu-tunggu itu langsung dari Kepala Negara/Kepala Pemerintahan, harga TBS sawit yang ditampung pengusaha PMKS mengalami perbaikan.
Dari kisaran Rp 1.420 sampai Rp 1.500 per kilogram (kg) menjadi Rp 1.620 per kg pada hari Jumat (20/5/2022).
Malahan, pada Sabtu (21/5/2022) di PMKS PT Mon Jambee, Babahrot, satu-satunya pabrik Abdya, menampung TBS sawit toke SP mencapai Rp 1.720 per kg atau naik Rp 100 per kg.
Sehingga pedagang pengepul sudah bisa membeli TBS sawit petani Rp 1.450 per kg. Petani pun mulai optimis harga TBS akan membaik.
Kenyataannya, pada Minggu (22/5/2022) hari ini atau satu hari jelang dibuka kran ekspor CPO dan minyak goreng tiba-tiba harga TBS sawit di PMKS turun lagi.
Pengusaha PMKS PT Mon Jambee, misalnya menampung Rp 1.570 per kg atau turun Rp 150 per kg dari sehari sebelumnya. “Hari ini (Minggu) harga TBS turun lagi menjadi Rp 1.570 kg dari sehari sebelumnya Rp 1.720 kg,” kata M Salim, pedagang pengepul di Kuala Batee, kepada Aceh Herald.
Dari informasi yang ia peroleh, bahwa harga TBS sawit yang ditampung di PMKS di Nagan Raya, juga turun.
Seperti, PMKS SNRM/dr Leni menampung seharga Rp 1.570 per kg, dan PMKS Raja Marga Rp 1.560 per kg. Hal yang sama juga terjadi di PMKS Ensem Lestari.
Harga TBS sawit yang berfluktuasi (naik turun) jelang diizin kembali ekspor CPO dan minyak goreng sangat mengherankan dan dipertanyakan banyak pihak.
Diduga, persoalan itu merupakan spekulasi pengusaha untuk mengambil keuntungan dengan memanfaatkan meledaknya stok bahan baku TBS sawit sekarang ini.
Soalnya, ratusan truk sarat muatan TBS sawit kini antre menunggi giliran bongkar muatan di PMKS, baik Abdya dan Nagan Raya.
Itu terjadi setelah para petani beramai-ramai kembali memanen kebun sawit, dan pedagang pengepul berbondong-bondong memasok TBS sawit ke PMKS wilayah, itu. “Bukan kah, harga TBS sawit membaik secara perlahan dengan diperbolehkan ekspor CPO dan minyak goreng, kini malah turun. Kan, aneh,” kata Bakhtiar, salah seorang petani di Babahrot.
Menurut keterangan, senumlah pedagang di Abdya, beralih memasok TBS sawit PMKS di Kota Subulussalam. Sebab, harga TBS sawit daerah berkisar antara Rp 1.700 sampai Rp 1.800 per kg sampai posisi hari Sabtu.
Sepeti diberitakan, hanya berselang dua hari setelah aksi keprihatinan yang digalang oleh Apkasindo (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) di Jakarta dan beberapa daerah lain di Indonesia, pemerintah akhirnya kembali membuka kran ekport minyak goreng (Migor). Dalam pengumuman yang dibacakan langsung oleh Presiden Jokowi diseburkan, pembukaan kran eksport itu, karena pasokan migot curah di dalam negeri sudah melimpah.
Tak ayal pengumunan Presiden Jokowi, Kamis (19/05/2022) siang itu disambut gembira oleh pengusaha dan petani sawit di seantero negeri.
Walaupun dalam pengumuman itu tidak disebutkan crude palm oil (CPO) secara khusus, namun banyak kalangan menerjemahkan pengumuman tersebut juga sebagai legalitas ekspor CPO kembali, seperti diakui oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki)m Joko Supriyono. “Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang telah membuka kembali larangan ekspor minyak goreng (migor). Kebijakan ini akan menjamin keberlanjutan industri minyak sawit nasional. Semoga perdagangan minyak sawit dan turunannya bergairah kembali baik domestik maupun ekspor,” ujar Joko Supriyono di Jakarta, Kamis (19/5/2022).
Ditambahkan Joko Supriyono, para mitra dagang di Eropa, India dan Pakistan menyampaikan terimakasih kepada Presiden RI Jokowi yang telah mencabut larangan ekspor migor.
Sementara menurut Presiden Jokowi dalam akun resmi sekretariat Presiden bahwa kebutuhan nasional minyak goreng curah kurang lebih 194 ribu ton perbulannya.
Pada bulan Maret sebelum dilakukan pelarangan ekspor, pasokan hanya sekira 64,5 ribu ton per bulan. Namun setelah dilakukan pelarangan pada
Bulan April pasokan mencapai 211 ribu ton per bulan. ”Melebihi kebutuhan nasional bulanan kita,” kata Presiden Jokowi dikutip dari akun Youtube Sekretariat Presiden.
Selain itu diakui terdapat penurunan harga Minyak goreng secara nasional. Pada bulan April sebelum dilakukan pelarangan ekspor harga Minyak goreng curah kisaran 19.800 per kg. Setelah dilakukan pelarangan ekspor terjadi penurunan kisaran 17.200-17.600 per kg.
Masih kata Jokowi, Penambahan pasokan dan Penurunan harga minyak goreng merupakan usaha bersama pemerintah, BUMN dan pihak swasta.
Walaupun ada beberapa daerah yang diketahuinya harga minyak goreng relatif tinggi. Tapi dalam beberapa minggu kedepan kata Jokowi harga minyak goreng akan menuju lebih baik sesuai yang diinginkan karena ketersediaannya semakin melimpah.
Oleh karena itu berdasarkan kondisi pasokan pasar minyak goreng saat ini serta mempertimbangkan adanya 17 juta orang di industri sawit baik sebagai petani, tenaga kerja dan lainnya, maka diputuskan pemerintah membuka kembali ekspor minyak goreng mulai Senin, 23 Mei 2022.
Penulis : Zainun Yusuf (Aceh Barat Daya)