SEBAGAI putra daerah yang lahir dan besar di Bumi Aceh Rayeuk, Muhammad Iswanto sadar betul dengan potensi utama daerah yang kini dipimpinnya. Sejak dari era dekade enam puluhan sekalipun, Aceh Besar adalah salah satu pusat ketahanan pangan di Aceh.
Aceh Besar adalah satu di antara daerah tingkat II di Aceh yang berstatus swa sembada pangan. Di sisi lain, sejarah telah membuktikan jika Aceh Besar adalah penghasil ternak pedaging kelas premium di Aceh. Sapi Aceh Besar telah dianggap sebagai salah satu plasma nutfah jenis sapi lokal unggulan di negeri ini. Dan terhitung lebih unggul dari Sapi Bali dan Lombok sekalipun.
Dan karena kesadaran itu pula, Muhammad Iswanto yang memang besar dari keluarga yang punya tradisi bertani dan memelihara ternak itu, merasa sangat terpanggil untuk turun tangan, ketika menyadari ternak di Aceh Besar didera Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Aceh Besar yang sentra ternak itu, tiba tiba dirundung lara panjang, saat kawasan tersebut dihantam wabah PMK terparah di Aceh.
Karena itulah, sejenak dilantik tanggal 14 Juli 2022, Muhammad Iswanto langsung all out mengentaskan PMK dari Aceh Besar, sekaligus untuk menjaga hegemoni Aceh Besar di sektor peternakan Aceh. Hegemoni mana yang membuat Aceh Besar sejak era 60-an menjadi pemasok ternak ke Sumatera Utara.
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mulai terdeteksi di Aceh Besar sejak tanggal 20 Mei 2022 di Lhoknga, tepatnya nyaris tiga bulan sebelum Muhammad Iswanto menerima amanah sebagai Pj Bupati Aceh Besar. Akhinya wabah itu menyebar hingga ke 22 kecamatan dari 23 kecamatan dalam wilayah Aceh Besar. Dan yang perlu dicatat, Aceh Besar termasuk kantong utama PMK ternak di Aceh kala itu.
Iswanto langsung bergerak cepat menyelamatkan ternak, namun lebih jauh dari itu menyelamatkan ancaman keekonomian akibat wabah yang terhitung ganas tersebut. Bersama instansi terkait serta bekerjasama dengan Disnak Aceh hingga jajaran kementerian, Iswanto dan unsur OPD terkait langsung mengucap bismillah untuk bekerja allout mulai dari melakukan vaksinasi, penyemprotan hingga pengobatan secara kuratif, semua lakon itu dilakukan sejenak dilantik menjadi Pj Bupati Aceh Besar.
Upaya kerja secara marathon dengan bersafari dari kandang ke kandang di beberapa kantong jangkitan PMK dalam wilayah Aceh Besar itu ahirnya berbuah manis. Alhamdulillah hanya dalam rentang 24 hari setelah dilantik, tepatnya Senin 8 Agustus 2022, seluruh ternak terjangkit PMK di Aceh Besar dinyatakan sembuh. Artinya hewan yang terjangkit PMK di Aceh Besar dinyatakan bebas dari jangkitan wabah tersebut.
“Kita melakukan beberapa tindakan terukur, mulai dari upaya kuratif hingga perlakuan preventif atau bahkan mitigasi,” tutur Iswanto.

Secara lebih detail disebutkan, langkah yang dilakukan antara lain dengan pemberian obat obatan, vaksin hingga pembersihan dan penyemprotan area kandang, serta kawasan seputarannya. Kita juga memerintahkan untuk melokalisir ternak terjangkit dan berpotensi terjangkit. Selain itu juga dengan menutup pasar hewan atau pusat transaksi ternak di Sibreh, serta memperketat pemeriksaan jalur keluar masuk ternak antardaerah.
Sesuai data yang ada ternak terjangkit PMK di Aceh Besar berjumlah 12.150 ekor. Jumlah itu terdiri dari 10.889 ekor sapi, 1.170 ekor kerbau dan 91 ekor kambing. Dari jumlah tersebut, hanya tiga ekor sapi yang proses penyembuhan. Belasan ribu ternak tersebut tersebar di 23 kecamatan di Aceh Besar. Sebuah kerja keras dengan segudang tantangan telah dituntaskan.
Kini komitmen lain yang mesti dijaga adalah mempertahankan Aceh Besar sebagai lumbung pangan di Aceh. Usaha itu bukan hanya sebatas level provinsi, namun perjuangan dilakukan hingga ibukota negara, tepatnya di level kementerian. Semua itu untuk memperkuat sektor pertanian yang merupakan mayoritas pekerjaan rakyat Aceh Besar.
Iswanto turun langsung ke lapangan sebagai upaya penguatan sektor pertanian dengan memberi spirit kepada petani, mulai dari ikut melakukan penanaman perdana, memperkuat sarpras Pertanian berupa pemberian traktor, bibit hingga saprodi untuk kelompok tani.
Semua itu adalah upaya penguatan sektor pertanian tanaman pangan. Bahkan dukungan untuk sektor pertanian itu juga dibuktikan dengan panen perdana padi di Gampong Jalin, Kecamatan Kota Jantho.
“Saya ingin mendengar suara petani yang sebenarnya atau sesuai warna aslinya. Itu hanya didapat di lapangan, seperti air irigasi yang minim dan tak menentu, kebutuhan pompa serta saprodi yang benar-benar sesuai tuntutan lapangan. Ini semuanya ada di lapangan, bukan dari laporan staf di belakang meja yang kadang terasa bias,” ujar Iswanto.
Pj Bupati yang dalam kesehariannya komit untuk membesarkan sektor UMKM Aceh Besar, dengan tetap memakai jasa kuliner dalam wilayah Aceh besar ketika membawa keluarga intinya sekadar menikmati makan siang atau bersantai kala petang. Karena itu adalah bagian dari meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Bulan-bulan awal Muhammad Iswanto di pucuk pimpinan daerah Aceh Besar itu juga diwarnai rangkaian musibah dan bencana yang datang silih berganti, mulai dari banjir, angin puting beliung hingga korban terseret banjir di Bendung Brayeun.
Kadang Pj Bupati itu merogoh kantong pribadi untuk sekadar memberi spirit kepada petugas lapangan, karena dana daerah memang sedang seret. “Namun dengan semangat kebersamaan, alhamdulillah kehadiran pemerintah saat masyarakat tertimpa musibah dapat dilihat dan dirasakan. Bagaimanapun itu adalah kewajiban seorang ‘khalifah’. Dan Muhammad Iswanto mencoba konsisten untuk itu semua. Walau kadang banyak tantangan yang mengadang.(*)
Penulis Nurdinsyam