
BANDA ACEH I ACEHHERALD.com
Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, meminta kepada Satuan kerja pemerintah Aceh (SKPA), Instansi Vertikal dan seluruh Bupati dan walikota agar fokus dalam menghadapi krisis pangan yang diperkirakan akan terjadi November 2020 sampai Januari dengan 2021.
“Kita harus berpikir ketahanan pangan dalam menghadapi krisis pangan, kita punya enam bulan, bila katakanlah kalau Januari 2021 terjadi krisis pangan. Kita perlu melibatkan semua pihak, TNI/Polri, LSM, Kabupaten/kota,” ujar Nova pada acara Rapat High Level Meeting (HLM) TPID se-Aceh semester I Tahun 2020 yang dilaksanakan secara Daring dan diterima AcehHerald.com, Kamis (14/5/2020).
Plt Gubernur Aceh juga telah memerintah Distanbun Aceh untuk mendukung kegiatan kebutuhan alsintan, bibit, dan pupuk. “Produksi beras kita tinggi, cuma kekurangan dalam hal pengolahan terhadap gabah yang ada,”ujar Nova.
“Setahun kedepan kita harus melakukan produksi dan proteksi bahan pangan kita, karena yang lain juga melakukan hal yang sama” ujar Nova. Plt Gubernur Aceh itu juga mengatakan bahwa pertukaran data komoditi antar kabupaten/kota sangat penting. “Harus menggunakan aplikasi data saling tukar untuk menjaga pasokan dan harga pasar,” tambah Nova.
Sementara itu, masih tingginya harga gula dan bawang merah serta ketersediaan kedua komoditi tersebut masih menjadi fokus laporan dari Bupati/walikota dalam rapat tersebut. Sementara kepala Dolog menyatakan bahwa “Dolog terus mengupayakan ketersediaan gula untuk Aceh, sekarang sudah ada di pasaran 100 ton, namun menjelang Idul Fitri akan masuk 360 ton lagi dan kemudian akan ada masuk lagi 600 ton,” ujar Irsan Nasution.
Sementara itu Asisten II, Teuku Ahmad Dadek yang juga bertindak sebagai pimpinan rapat mengatakan bahwa “hari ini sudah didistribusikan bawang merah dari Temanggung sebanyak 7 Ton, kita harapkan pengecer dapat melepaskan dengan harga 28.000/kg. Karena bawang merah tersebut pengangkutannya disubsidi pemerintah,” tegasnya.
Sementara itu Kepala Cabang BI Aceh, Zainal Arifin Lubis mengatakan bahwa tingkat Inflasi Aceh tahun 2018 dan 2019 selalu dibawah Sumatera dan Nasional, tingkat inflasi Aceh terjadi kenaikan pada bulan Mei s.d Juni pada setiap tahunnya. Yang diukur di 3 Kab/Kota yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe dan Meulaboh. “Kelompok yang sangat mempengaruhi inflasi yaitu bahan makanan, sandang, makanan jadi, transportasi.” ujar Zainal.
Menurut Zainal, daging ayam, beras, daging sapi, angkutan udara, ikan tongkol, dencis, ikan kembung, cabai merah, cumi-cumi, tomat, dan sayur terus menjadi penyumbang kenaikan inflasi Aceh selama 5 tahun terakhir.
“Inflasi Aceh bulan April 2020 sudah menyentuh 1,7%, nilai ini sudah menjadi tingkat inflasi Aceh per tahun pada tahun 2019, menurut prediksi Bank Indonesia Provinsi Aceh tingkat inflasi Aceh tahun 2020 diatas 3 %”
Zainal mengatakan ada 2 skenario proyeksi inflasi, nilai optimis tahun 2020 sekitar 3 % namun nilai pesimis akan lebih dari 3 %, Dampak COVID-19 mengganggu distribusi barang baik dari dalam maupun luar negeri.
Contohnya ekspor batu bara yang terganggu dan harga emas yang sangat fluktuatif, Upaya pengendalian inflasi melalui operasi pasar dan sidak pasar, rakor TPID, Peningkatan konektivitas antar daerah, kerjasama antar daerah, iklan layanan masyarakat himbauan belanja bijak, Desa mandiri benih (benih padi), program toko tani Indonesia center, pengawasan LPG 3 kg, subsidi stagnasi transportasi, pengawasan stok pangan dan distribusi antar pulau. percepatan SRG (pemerintah Kabupaten Bener Meriah sudah mengeluhkan harga kopi yang semakin turun, efek terbesarnya jika harga semakin turun akan menyebabkan menurunnya semangat Pertani kopi dalam menananm dan merawat kebun kopinya).
Editor : M Nasir Yusuf