
[divider style=”solid” top=”20″ bottom=”20″]
BANDA ACEH | ACEH HERALD
ACEH sebagai daerah bersyariat, dengan segala kelebihannya diperkirakan akan mampu merebut pangsa pasar 20 ribu turis muslim dari beberapa negara Asia Tenggara. Ada sekitar 20 juta muslim saat ini mendiami Malaysia, Singapure, Brunai Darusslam, dan Thailand.
Hal itu dikemukakan mantan Wakil Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Aceh, Ustadz Mujiburrizal kepada Aceh Herald, Kamis (7/1/2021) di Banda Aceh. “Ini potensi yang harus digarap Pemerintah Aceh dengan sejumlah stake holder yang bergerak di sektor pariwisata di Tanah Rencong,” ujar Mujiburrizal yang akrab disapa dengan panggilan Ustadz Mujib.
Dikatakan, dalam beberapa tahun terakhir sejumlah biro perjalanan wisata di Malaysia memang telah menyediakan berbagai paket tour untuk mengunjungi Aceh. Namun, pandemi yang melanda dunia, paket-paket wisata yang sudah disiapkan terpaksa batal.
“Beberapa mitra Malaysia kami, semula sudah menyiapkan paket untuk akhir tahun 2020. Tapi, karena kondisi pandemi Covid-19 belum juga reda, mereka akhirnya juga harus membatalkan,” ujar mantan Wakil Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) DPD Aceh, Ustadz Mujib.
Namun, tambahnya, meski wisatawan asing banyak yang gagal berkunjung ke Aceh, tapi dalam dua pekan menjelang akhir 2020, sejumlah destinasi wisata utama Aceh dipenuhi sejumlah turis nusantara. Di Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang, terlihat banyak wisatawan dari Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Barat, dan bahkan ada yang dari Palembang, yang wara-wiri di berbagai obyek wisata.
Namun, kehadiran wisatawan nusantara, tidak berpengaruh pada sektor usaha travel biro, kuliner, dan souvenir. Mereka kebanyakan datang dengan menggunakan mobil pribadi, menginap di wisma-wisma, dan makan di warung-warung jajanan yang terdekat dengan penginapan, tanpa dikoordinir oleh perusahaan travel.
Mereka bahkan, tak menggunakan jasa pemandu wisata yang ada di Banda Aceh. Mereka mengunjungi obyek wisata langsung dengan menggunakan mobil pribadi.
Meski demikian, beberapa pengusaha jasa transportasi wisata di Banda Aceh dan Sabang mengaku tak cukup bus untuk melayani kebutuhan wisatawan pada akhir tahun 2020.(*)
PENULIS : M NASIR YUSUF