Salah Maknai Bahasa, Muhammad dan Said Baku Hantam

  TAKENGON │ ACEH HERALD Peristiwa yang terjadi di Kampung Balik, Aceh Tengah, mengundang tawa. Hanya karena salah memahami bahasa, dua orang yang berselisih paham langsung adu jotos. Untungnya, peristiwa itu sempat dilerai, sehingga tak menimbulkan korban jiwa. Adalah Muhammad (33) dan M Said (52) yang terlibat perseteruan itu pada Selasa (3/5/2020) sekira pukul 10.00 … Read more

Reje (Kepala Desa-red) dan aparatur Kampung Balik memediasi pertikaian Muhammad dan M Said yang sempat baku hantam karena salah memahami bahasa, Selasa (3/5/2020). Permusuhan itu pun berakhir damai. DOK : POLRES ACEH TENGAH

Iklan Baris

Lensa Warga

REJE  (Kepala Desa-red) dan aparatur Kampung Balik memediasi pertikaian Muhammad dan M Said yang sempat baku hantam karena salah memahami bahasa, Selasa (3/5/2020). Permusuhan itu pun berakhir damai.
DOK : POLRES ACEH TENGAH

 

TAKENGON │ ACEH HERALD

Peristiwa yang terjadi di Kampung Balik, Aceh Tengah, mengundang tawa. Hanya karena salah memahami bahasa, dua orang yang berselisih paham langsung adu jotos. Untungnya, peristiwa itu sempat dilerai, sehingga tak menimbulkan korban jiwa.

Adalah Muhammad (33) dan M Said (52) yang terlibat perseteruan itu pada Selasa (3/5/2020) sekira pukul 10.00 WIB. Muhammad berasal dari luar Kabupaten Aceh Tengah. Dia datang ke sana untuk bekerja di pabrik penggilingan tebu. Selama di Aceh Tengah, dia menetap di Kampung Balik, Kecamatan Kute Panang. Namun, Muhammad tak bisa berbahasa Gayo.

Sementara Said merupakan wiraswasta yang juga tinggal di desa sama. Berbeda dengan Muhammad, Said penduduk asli di sana yang menggunakan bahasa Gayo dalam percakapan sehari-harinya.

Akibat perkelahian di depan umum itu, mereka pun digelandang warga ke kantor Reje (kepala kampung-red) Kampung Balik, untuk dimediasi. Setelah mendapat penjelasan dari pimpinan desa, pertikaian itu pun berakhir damai.

Pangkal peristiwa itu ketika Muhammad mendengar kabar, Said menyebut pabrik penggilingan tebu tempat iya bekerja merupakan pabrik tahu. Dia pun merasa terhina. Tak terima dengan pernyataan tersebut, Muhammad mendatangi Said di salah satu warung kopi di desa itu.

Setiba di sana, Muhammad menanyakan maksud ucapan Said yang mengatakan pabrik penggilingan tebu milik tokenya sebagai pabrik tahu. Namun, diskusi itu tak ada titik temu. Perkelahian pun tak terelakkan.

Kabar perkelahian antara Muhammad dan Said pun terdengar oleh Reje Kampung. Spontan, Reje Kampung Balik meminta warga membawa Muhammad dan Said ke kantor Reje Kampung.

Setiba di sana, Reje Kampung menanyakan perihal yang terjadi di antara keduanya. Di depan aparat desa, Muhammad mengaku kesal lantaran Said mengatakan pabrik penggilingan tebu tempat dia bekerja sebagai pabrik tahu. Sementara Said menjelaskan, gula—hasil olahan dari gilingan tebu—itu dalam bahasa Gayo disebut tau.

Setelah mendengarkan penjelasan keduanya, aparatur kampung menyimpulkan, permasalahan terjadi di antara keduanya karena kesalahpahaman lantaran Muhammad tak memahami Bahasa Gayo. Padahal, pabrik tahu dimaksud adalah pabrik tau alias pabrik gula.

Baca Juga:  Dailami Resmikan Pembangunan Ponpes Wadi Nur Arrahmah dan Masjid Nur Al-Aqsa

Dan, pertikaian itu pun berakhir damai, dikuatkan dengan surat pernyataan yang ditandatangani keduanya. Ada-ada saja, ya…(*)

PENULIS : POPON EL AZWANI

Berita Terkini

Haba Nanggroe